Histologi Paru-paru Sistem Pertahanan pada Paru-paru

2.4.2 Histologi Paru-paru

Sel penyusun utama paru-paru adalah sel alveolar tipe I. Pada sel inilah terjadi pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida. Sel ini merupakan sel yang berbentuk pipih. Inti dari sel alveolar tipe I menonjol ke dalam kantung alveol. Sel alveolar tipe I mempunyai fungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Selain sel alveolar tipe I pada paru-paru juga terdapat sel alveolar tipe II dan otot polos. Sel alveolar tipe II merupakan sel sekretori. Pada mikroskop cahaya sel ini terlihat berbentuk bulat atau kubus. Sel alveolar tipe II mempunyai fungsi mengeluarkan sekreta yang disebut surfaktan. Surfaktan mempunyai fungsi untuk menjaga tegangan permukaan untuk mencegah kolapsnya paru-paru Akers 2008. Gambar 3. Histologi normal paru-paru. BV menandakan pembuluh darah, AV menandakan saluran nafas dan EP menandakan Epitel. Gambar A menggunakan pewarnaan HE, Gambar B menggunakan pewarnaan PAS. Sumber: Olmez et al. 2009

2.4.3 Sistem Pertahanan pada Paru-paru

Sistem pertahan pada paru-paru secara umum dapat dibagi menjadi sistem pertahanan spesifik dan sistem pertahanan non spesifik. Sistem pertahanan non spesifik terdiri silia, mukus yang dihasilkan, dan refleks batuk. Apabila sistem pertahanan non spesifik tidak mampu menangkal antigen yang masuk maka antigen akan berhadapan dengan sistem pertahanan spesifik. Antibodi spesifik terdiri dari immunoglobulin yang dihasilkan oleh sel limfoid yang banyak tersebar pada saluran pernafasan. Sel-sel limfoid ini berupa limfosit yang tersebar secara acak. Pada saluran pernafasan bagian atas limfosit banyak menghasilkan IgA. Sedangkan pada bronkhiol dan alveoli sekreta yang dihasilkan lebih banyak mengandung IgG. IgA bertugas untuk mencegah penempelan antigen pada dinding saluran pernafasan sehingga antigen tidak bisa menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Sedangkan IgG yang banyak dihasilkan pada alveoli dan bronkhioli bertugas ketika terjadi peradangan yang akut transudasi serum protein Tizard 2008. Gambar 4. Mekanisme Sistem Pertahanan pada Paru-paru Sumber: Bals 1999 Pada dinding alveol banyak sekali terdapat makrofag. Dalam menjalankan tugasnya makrofag bisa bersifat tetap tidak berpindah tempat atau bergerak. Karena makrofag dapat bergerak bebas maka makrofag bisa bekerja secara maksimal dalam membuang sisa antigen pada paru-paru. Makrofag yang bergerak ini dapat meninggalkan paru-paru karena terbawa oleh mukus ke arah laring atau menembus sel alveolar dan masuk ke dalam pembuluh limfe paru-paru Akers 2008. Conrod 1989 dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa alveolar makrofag merupakan sel yang utama yang melindungi paru-paru dari mikroba yang masuk ke dalam paru-paru. Alveolar makrofag membunuh mikroba baik dengan mekanisme oksidatif maupun non-oksidatif. Selain itu, alveolar makrofag juga mensekresikan faktor anti mikrobial termasuk lisozim, peptida dan transferrin yang memungkinkan alveolar makrofag membunuh mikroba secara ekstraselular. Selain berfungsi untuk membunuh mikroba yang masuk atau terhirup ke paru-paru, sekresi yang dikeluarkan alveolar makrofag juga berfungsi sebagai inisiasi proses peradangan untuk membasmi mikroba secara tuntas. Heitmann 1999 menggunakan mencit unuk mengamati karakteristik immunohistologi dari paru-paru mencit sehat dan melihat jenis sel radang pada paru-paru mencit saat peradangan akut terjadi. Dalam penelitiannya tersebut Heitmann menggunakan Haemophilus influenza tipe b Hib yang diberikan secara intratrakhea. Pada paru-paru mencit yang sehat populasi sel radang didominasi oleh sel T, dan sel CD4 + . Saat peradangan akut terjadi, jumlah neutrofil pada jaringan parenkhim dan BALT meningkat. Peningkatan neutrofil terjadi pada satu jam pertama setelah infeksi bakteri dan kembali ke jumlah minimum dalam waktu satu minggu.

2.4.5 Perubahan Histopatologi Paru-Paru Pada Penderita Asma