tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya HS 0.1 dan HS Madu. Peningkatan juga terjadi pada kelompok kontrol yang mempunyai jumlah fokus
radang paling banyak, namun peningkatannya tidak sebanyak pada kelompok HS 0.2 karena pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.
Meningkatnya kepadatan sel limfoid pada BALT berarti menigkatkan sistem pertahanan pada saluran nafas. Jintan hitam dapat meningkatkan sistem imun pada
saluran nafas.
4.4 Kongesti dan Hemoragi
Kongesti merupakan penumpukan darah di dalam pembuluh darah. Hal ini bisa disebabkan karena aliran darah tidak lancar. Darah yang masuk melalui arteri
terlalu banyak dan darah yang keluar melalui vena terlalu sedikit Jones et al. 1997. Kongesti dapat berjalan secara aktif maupun pasif. Kongesti secara aktif
terjadi karena pembuluh darah mengalami dilatasi dan diisi oleh darah sedangkan proses kongesti secara pasif terjadi karena adanya kelainan jantung Cheville
2006. Hemoragi adalah ekstravasasi darah akibat rupturnya pembuluh darah. Secara mikroskopis, hemoragi yang terjadi di dalam jaringan terlihat dengan
adanya sel darah merah di dalam jaringan di luar pembuluh darah Cheville 2006. Pengamatan terhadap kongesti dan hemoragi dilakukan dengan perbesaran 20x10.
Pengamatan dilakukan pada 10 lapang pandang dengan luas lapang pandang 0,24 mm
2
. Pengamatan terhadap kongesti dilakukan dengan menghitung jumlah pembuluh darah yang mengalami kongesti terdapat sel darah di dalamnya.
Pengamatan dilakukan baik pada pembuluh darah arteri maupun vena. Pengamatan terhadap hemoragi dilakukan dengan menghitung titik-titik pusat
hemoragi. Pengamatan pada perubahan kongesti yang tidak disertai adanya adanya udema, menunjukkan bahwa kejadian kongesti adalah akut. Hasil
pengamatan terhadap kongesti dan hemoragi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil Pengamatan Jumlah Kongesti dan Hemoragi Pada Paru-Paru Mencit yang Diberi Perlakuan Jintan Hitam
Kelompok Perlakuan Kongesti
Hemoragi Kontrol
HS 0.1 HS 0.2
HS-Madu 5.13 ± 4.32
b
5.00 ± 1.36
b
5.20 ± 2.93
b
1.73 ± 1.53
a
2.87 ± 1.8
a
2.53 ± 1.77
a
2.80 ± 2.24
a
1.47 ± 1.19
a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada taraf
p0.05
Hasil pengamatan kongesti pada sediaan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Kelompok HS Madu
menunjukkan jumlah kongesti yang paling rendah dibandingkan kelompok yang lainnya. Kongesti dan hemoragi pada sediaan histopatologi bisa juga disebabkan
karena trauma yang terjadi saat penanganan hewan coba. Euthanasi dengan cara pemisahan sendi atlanto occipitalis diduga dapat menyebabkan terjadinya
kongesti maupun hemoragi pada paru-paru. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya peningkatan sel-sel radang yang menunjukkan adanya peradangan.
Gambaran histopatologi kongesti dan hemoragi dapat dilihat pada gambar 12 dan 13.
Gambar 12. Gambaran histopatologi kongesti tanda panah pembuluh darah vena pada organ paru-paru. Pewarnaan HE. Perbesaran 40x10
Gambar 13. Gambaran histopatologi hemoragi tanda panah pada organ paru- paru. Pewarnaan HE. Perbesaran 40x10
4.5 Fokus Radang