asma selama 45 hari. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut ekstrak jintan hitam menurunkan gejala asma. Penurunan ini disebabkan karena khasiat jintan
hitam sebagai anti radang. Minyak esensial dari jintan hitam mampu mengurangi efek inflamasi yang terjadi pada saluran pernafasan. Efek anti inflamasi jintan
hitam berasal dari kemampuan ekstrak jintan hitam menghambat pembentukan asam arachidonat Houghton et al. 1995. Kemampuan ekstrak jintan hitam dalam
menghambat histamin juga mendukung kemampuan jintan hitam dalam mencegah asma Boskabady et al. 2007.
4.7 Emfisema
Pengamatan daerah emfisema dilakukan dengan mengukur daerah yang mengalami emfisema. Daerah yang mengalami emfisema diukur dengan
menggunakan perangkat lunak image J kemudian dibagi dengan luas lapang pandang secara keseluruhan. Hasil pengukuran daerah emfisema disajikan dalam
bentuk presentasi dapat dilhat pada tabel 14. Tabel 14 Pengamatan Persentase Daerah Emfisema Pada Mencit yang Diberi
Perlakuan Jintan Hitam Kelompok Perlakuan
Persentase Daerah yang Mengalami Emfisema
Kontrol HS 0.1
HS 0.2 HS-Madu
19.07 ± 9.81
b
15.53 ± 11.28
ab
10.13 ± 4.31
a
22.67 ± 11.97
b Keterangan: Huruf superscript pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf p0.05
Pengamatan terhadap persentase daerah yang mengalami emfisema menunjukkan hasil yang berbeda secara statistik antar kelompok perlakuan. Rata-
rata luas daerah yang mengalami emfisema tertinggi terdapat pada kelompok kontrol dan kelompok HS Madu. Tingginya persentase daerah yang mengalami
emfisema pada kelompok HS Madu diduga disebabkan karena pada kelompok HS Madu kandungan jintan hitamnya lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok
perlakuan lainnya HS 0.1 dan HS 0.2.
Gambar 15. Gambaran histopatologi emfisema tanda panah pada organ paru- paru. Pewarnaan HE. Perbesaran 40x10
Emfisema merupakan perluasan ruangan alveol yang terjadi akibat kerusakan dinding alveol tetapi tanpa diikuti fibrosis. Pada manusia emfisema
merupakan penyakit yang disebabkan karena reaksi yang kompleks akibat proses peradangan. Pada hewan emfisema hampir selalu merupakan kejadian sekunder
atau dipicu oleh keadaan lain McGavin 2007. Biasanya emfisema pada hewan dipicu oleh terhalangnya aliran udara pada saluran nafas. Meningkatnya mukus
pada saluran nafas dapat menyebabkan terganggunya aliran udara pernafasan. Peningkatan jumlah sel goblet pada saluran nafas dapat menyebabkan
peningkatan mukus pada saluran nafas. Peningkatan sel goblet bisa dipicu akibat adanya antigen yang berhasil masuk kedalam saluran nafas. Peningkatan sel
goblet merupakan respon tubuh terhadap masuknya antigen.
4.8 Pembahasan Umum