Kelompok Perlakuan Penelitian Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ Pembuatan Sediaan Histopatologi

3.3.2 Kandang Hewan Coba

Hewan coba dipelihara dalam sebuah boks plastik. Pada boks tersebut diletakkan wadah pakan dan wadah minum. Setiap hari dilakukan desinfeksi pada boks, wadah pakan, dan wadah minum menggunakan cairan desinfektan Bayclin ® . Agar hewan coba merasa nyaman maka pada boks diletakkan potongan kain kecil-kecil yang juga didesinfeksi menggunakan Bayclin ® setiap hari. Gambar 7 Kandang Hewan coba. A Pengelompokan mencit berdasarkan perlakuan B Kandang mencit yang menggunakan alas kain

3.3.3 Pakan dan Minum

Pemberian pakan dilakukan satu kali dalam satu hari dengan jumlah 5 grekorhari. Jumlah tersebut sudah melebihi jumlah kebutuhan pakan untuk satu ekor mencit per hari Arrington 1972. Pemberian jumlah pakan yang berlebih bertujuan untuk mengantisipasi pakan yang terbuang ketika hewan coba berebut pakan. Pakan yang diberikan merupakan pakan khusus untuk mencit. Air minum diberikan secara ad libitum. Air yang digunakan merupakan air layak minum.

3.3.4 Kelompok Perlakuan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 12 ekor mencit jantan. Mencit tersebut dibagi menjadi empat kelompok. Masing masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit jantan. Kelompok yang pertama merupakan kelompok kontrol negatif dicekok air B A minum selanjutnya disebut dengan kelompok kontrol, kelompok kedua diberi perlakuan dengan dicekok ekstrak minyak jintan hitam dengan dosis 0,1 mlekorhari selanjutnya disebut dengan kelompok HS 0.1. Kelompok ketiga diberi perlakuan dengan dicekok ekstrak minyak jintan hitam dengan dosis 0,2 mlekorhari selanjutnya disebut dengan kelompok HS 0.2. Kelompok keempat diberi perlakuan dengan dicekok sediaan kombinasi antara ekstrak minyak jintan hitam dengan madu dengan perbandingan 1:20, selanjutnya disebut dengan kelompok HS-Madu. Dosis sediaan kombinasi antara ekstrak minyak jintan hitam dengan madu yang diberikan adalah 0,3 mlekorhari jumlah madu = 0,285 ml, jumlah ekstrak minyak jintan hitam = 0,015 ml. Dosis yang digunakan merupakan konversi dari dosis yang biasa digunakan pada manusia. Pemberian perlakuan ini dilakukan setiap hari selama dua bulan.

3.3.5 Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ

Setelah masa perlakuan selesai hewan coba dimatikan dengan cara dislokasio atlanto-occipitalis. Hewan kemudian dinekropsi untuk diambil sampel organ paru-parunya. Organ ini kemudian akan diproses menjadi preparat histopatologi yang kemudian akan diamati perubahan histopatologinya. Dari perubahan histopatologi organ tersebut dapat diketahui efek yang ditimbulkan oleh ekstrak minyak jintan hitam Nigella sativa. Segera setelah dilakukan pengambilan, sampel organ langsung difiksasi ke dalam Buffer Neutral Formalin BNF 10. Fiksasi ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan jaringan karena proses pembusukan.

3.3.6 Pembuatan Sediaan Histopatologi

Sampel organ yang telah difiksasi dalam cairan BNF 10 kemudian ditrimming dan dimasukkan dalam tissue basket dan kembali difiksasi dalam cairan BNF 10. Selanjutnya dilakukan dehidrasi dengan cara merendam sampel organ secara berturut-turut dalam larutan alkohol konsentrasi bertingkat 70, 80, 90, alkohol absolut dua kali ulangan, silol dua kali ulangan, dan parafin dua kali ulangan. Perendaman pada masing-masing larutan dilakukan selama dua jam. Perendaman dilakukan secara otomatis dengan menggunakan alat Sakura ® tissue processor selama satu malam. Setelah melalui serangkaian proses di atas, potongan organ dimasukkan kedalam alat pencetak yang berisi parafin cair Sakura ® tissue embedding console. Letak potongan ditahan agar posisi potongan organ tetap berada di tengah. Setelah mulai membeku, kembali ditambahkan parafin hingga alat pencetak penuh lalu parafin dibiarkan mengeras dan diberi label. Selanjutnya blok parafin yang berisi potongan organ dipotong menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5µm. Hasil potongan akan berbentuk pita ribbon. Untuk menghilangkan lipatan akibat pemotongan pada pita, pita diletakkan di atas permukaan air hangat 45 C. Sediaan diangkat dari permukaan air dengan menggunakan gelas objek yang sebelumnya telah dilapisi dengan larutan albumin sebagai perekat. Selanjutnya sediaan dikeringkan pada suhu 60 C selama satu malam. Selanjutnya preparat dimasukkan ke dalam larutan silol untuk dideparafinasi sebanyak dua kali. Setelah proses deparafinasi dilakukan proses rehidrasi. Proses rehidrasi diawali dengan mencelupkan preparat ke dalam larutan alkohol absolut sampai larutan alkohol 80. Pencelupan pada masing-masing larutan dilakukan selama dua menit. Setelah melalui proses rehidrasi preparat dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.

3.3.7 Pewarnaan Sediaan Histopatologi