hitam dalam menghambat pembentukan NO nitrat oksida. NO merupakan radikal bebas yang dihasilkan oleh jaringan tubuh. NO bisa dijadikan indikator
keadaan patologis beberapa jenis inflamasi. Thymoquinone terbukti sebagai bahan aktif jintan hitam yang mampu menghambat pembentukan NO.
4.6 Ketebalan Otot Polos
Pengamatan terhadap ketebalan otot polos dilakukan dengan mengukur otot polos yang berada pada bronkhus. Pengukuran otot polos dimaksudkan untuk
melihat hipertrofi pada otot polos. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak image J. Pengamatan terhadap ketebalan otot polos dilakukan
pada perbesaran 40x10. Pewarnaan yang digunakan untuk mengamati keadaan ketebalan otot adalah pewarnaan Hematoxylin Eosin HE. Pengamatan dilakukan
pada sepuluh lapang pandang. Hasil pengamatan terhadap ketebalan otot polos disajikan pada tabel 13.
Tabel 13 Hasil Pengamatan Terhadap Ketebalan Otot Polos Pada Bronkhus Mencit Yang Diberi Perlakuan Jintan Hitam
Kelompok Perlakuan Ketebalan Otot Polos µm
Kontrol HS 0.1
HS 0.2 HS-Madu
0.029 ± 0.023
a
0.024 ± 0.012
a
0.023 ± 0.008
a
0.019 ± 0.006
a Keterangan: Huruf superscript pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf p0.05
Hasil pengamatan terhadap ketebalan otot polos tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan, akan tetapi kelompok
kontrol menujukkan kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang diberi perlakuan jintan hitam HS 0.1, HS 0.2 dan HS Madu.
Gambaran histopatologi otot polos dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Gambaran histopatologi otot polos tanda panah di sekitar bronkhus pada organ paru-paru. Pewarnaan HE. Perbesaran 40x10
Tidak lancarnya aliran udara dapat mempengaruhi ketebalan otot polos pada bronkhus dan bronkhiolus. Hal ini disebabkan otot polos bekerja lebih keras
untuk menahan tekanan udara dalam bronkhus akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Peningkatan ketebalan otot polos pada paru-paru bisa merupakan
indikasi adanya penyakit asma Olmez et al. 2009. Perubahan yang dapat diamati pada preparat histopatologi organ paru-paru
yang menderita asma menurut Yamauchi 2006 terdapat pada beberapa bagian. Bagian yang pertama adalah bagian lumen saluran pernafasan. Pada penderita
asma, saluran pernafasan akan berisi eksudat. Bagian yang kedua yang dapat diamati pada penderita asma adalah lapisan mukus pada bronkhus. Pada mukosa
bronkhus juga terdapat eksudat. Selain eksudat juga terlihat kelainan sel-sel epitel pada mukosa bronkhus. Bagian terakhir adalah dinding bronkhus. Pada penderita
asma, dinding bronkhus akan mengalami kelainan berupa hipertrofi otot polos. Jintan hitam diketahui memiliki efek preventif terhadap penyakit asma.
Boskabady et al. 2007 melakukan penelitian dengan memberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 15 mLkg dari 0.1 g ekstrak kepada pasien yang menderita
asma selama 45 hari. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut ekstrak jintan hitam menurunkan gejala asma. Penurunan ini disebabkan karena khasiat jintan
hitam sebagai anti radang. Minyak esensial dari jintan hitam mampu mengurangi efek inflamasi yang terjadi pada saluran pernafasan. Efek anti inflamasi jintan
hitam berasal dari kemampuan ekstrak jintan hitam menghambat pembentukan asam arachidonat Houghton et al. 1995. Kemampuan ekstrak jintan hitam dalam
menghambat histamin juga mendukung kemampuan jintan hitam dalam mencegah asma Boskabady et al. 2007.
4.7 Emfisema