Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik dan Anorganik

23 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju purposive dengan alasan Desa Purwasari merupakan salah satu produsen beras organik di Kabupaten Bogor. Serta di desa tersebut juga terdapat produsen beras anorganik. Pengambilan data penelitian akan dilakukan pada bulan Maret- April 2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang diambil mencakup dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani padi organik dan petani padi anorganik dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh melalui beberapa instansi, yaitu Badan Pusat Statistik dan buku monografi Desa Purwasari.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada responden petani dalam penelitian ini dilakukan secara sensus untuk petani padi organik dan random sampling untuk petani padi anorganik. Jumlah sampel petani padi organik adalah 15 orang, supaya terjadi kesetaraan, maka jumlah petani padi anorganik yang dijadikan sampel juga 15 orang. Petani padi organik maupun anorganik yang masing-masing berjumlah 15 orang ini dinilai cukup mewakili untuk dilakukannya analisis perbandingan dua jenis usahatani tersebut. 24

4.4. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum dan menjelaskan mengenai biaya dan pendapatan petani padi organik dan anorganik di lokasi penelitian yang diurai secara deskriptif. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis biaya dan pendapatan usahatani, analisis rasio penerimaan dan biaya RC ratio, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi dan pendapatan usahatani padi organik maupun anorganik. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer, yaitu Microsoft excel 2007 dan Minitab14.

4.4.1. Analisis Regresi

Analisis regresi menjelaskan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Analisis regresi pada penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya produksi dan pendapatan usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik. Persamaan regresi yang digunakan adalah persamaan regresi bentuk double-log. Pada usahatani padi organik faktor-faktor biaya produksi yang digunakan yaitu jumlah benih padi, jumlah pupuk organik, jumlah POC, jumlah tenaga kerja, harga benih, dan harga POC. Faktor-faktor pendapatan usahatani padi organik, yaitu biaya benih, biaya pupuk, biaya tenaga kerja, biaya alat bajak, produksi gabah organik, dan harga gabah organik. Pada biaya usahatani padi anorganik faktor-faktor yang digunakan yaitu jumlah benih, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk TSP, jumlah tenaga kerja, jumlah pestisida kimia dan harga benih. Sedangkan faktor-faktor pendapatan dari 25 usahatani padi anorganik, yaitu biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida kimia, biaya tenaga kerja, biaya alat bajak, produksi gabah anorganik, dan harga gabah anorganik. Pada usahatani padi organik persamaan biaya produksi dituliskan sebagai berikut: Ln C o = Ln b + b 1 Ln BP 1o + b 2 Ln Pu 2o +…+ b 6o Ln HPC 6o + u b 1 , b 2 , b 3 , b 4 , b 5 , b 6 Keterangan: C o = biaya usahatani padi organik per musim Rp b = intersep b 1 , b 2 ,…, b 6 = parameter variabel penduga BP 1o = jumlah benih padi organik per musim kg Pu 2o = jumlah pupuk organik per musim kg PC 3o = jumlah POC per musim liter TK 4o = jumlah tenaga kerja per musim HOK HB 5o = harga benih Rpkg HPC 6o = harga POC Rpliter u = galat Persamaan untuk pendapatan usahatani padi organik dituliskan sebagai berikut: Ln P o = Ln b + b 1 Ln BBP o + b 2 Ln BPu o +…+ b 6 Ln HGO o + u b 1 , b 2 , b 3 , b 4 0 dan b 5 , b 6 Keterangan: P o = pendapatan usahatani padi organik per musim Rp 26 b = intersep b 1 , b 2 ,…, b 6 = parameter variabel penduga BBP o = biaya benih per musim Rpha BPu o = biaya pupuk per musim Rpha BTK o = biaya tenaga kerja per musim Rp BAB o = biaya alat bajak per musim Rp PrG o = produksi gabah organik kg HG o = harga gabah organik Rpkg u = galat Pada usahatani padi anorganik, persamaan biaya produksi dituliskan sebagai berikut: Ln C a = Ln b + b 1 Ln BP a + b 2 Ln PuU a +…+ b 6 Ln HB a + u b 1 , b 2 , b 3 , b 4 , b 5 , b 6 Keterangan: C a = biaya usahatani padi anorganik per musim Rp b = intersep b 1 , b 2 ,…, b 6 = parameter variabel penduga BP a = jumlah benih padi anorganik per musim kg PuU a = jumlah pupuk urea per musim kg PuT a = jumlah pupuk TSP per musim kg TK a = jumlah tenaga kerja per musim HOK Pes a = jumlah pestisida kimia liter HB a = harga benih Rpkg u = galat 27 Persamaan untuk pendapatan usahatani padi anorganik dituliskan sebagai berikut: Ln P a = Ln b + b 1 Ln BBP a + b 2 Ln BPu a + … + b 7 Ln HG a + u b 1 , b 2 ,..., b 5 0 dan b 6 , b 7 Keterangan: P a = pendapatan usahatani padi anorganik per musim Rp b = intersep b 1 , b 2 , … b 7 = parameter variabel penduga BBP a = biaya benih per musim Rpha BPu a = biaya pupuk per musim Rpha BPes a = biaya pestisida kimia per musim Rpha BTK a = biaya tenaga kerja per musim Rp BAB a = biaya alat bajak per musim Rp PrG a = produksi gabah anorganik per musim kg HG a = harga gabah anorganik per musim Rpkg u = galat Dalam menduga parameter dari persamaan-persamaan tersebut, digunakan metode kuadrat terkecil atau metode OLS Ordinary Least Square. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menganalisis persamaan regresi tersebut untuk memperoleh nilai t-hitung, F-hitung, dan R 2 . Nilai t-hitung untuk menguji apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas faktor biaya produksi atau faktor pendapatan usahatani padi yang digunakan secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas biaya produksi atau pendapatan usahatani padi. Nilai F-hitung untuk menguji apakah semua variabel 28 bebas faktor biaya produksi atau faktor pendapatan usahatani padi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas biaya produksi atau pendapatan usahatani padi. Nilai koefisien determinasi R 2 digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang diterangkan oleh variabel bebas faktor-faktor biaya produksi atau faktor-faktor pendapatan usahatani terhadap variabel tidak bebas biaya produksi atau pendapatan usahatani padi.

4.4.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah serangkaian data mendekati distribusi normal. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software komputer,yaitu Minitab 14. Uji inidilakukan dengan melihat sebaran Residual RES, jika nilai probabilitasnya lebih besar dari α maka error term berdistribusi normal.

4.4.1.2. Uji Hipotesis Model

1. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua peubah bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Hipotesis: H : b 1 = b 2 = ... = b 5 = 0 H 1 : minimal ada satu b i ≠ 0 Rumus uji F, yaitu: F hitung k 1 1 n k Dimana : R 2 = koefisien determinasi 29 K = jumlah parameter peubah bebas n = jumlah pengamatan contoh Kriteria uji: F-hitung F-tabel k-1, n-k pada taraf nyata α : terima H F-hitung F-tabel k-1, n-k pada taraf nyata α : tolak H Jika H diterima berarti semua peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Sebaliknya, jika H ditolak berarti paling sedikit ada satu peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Selain itu, dapat dilihat dari nilai peluangnya. Apabila nilai peluangnya lebih kecil dari α maka peubah bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebasnya.

2. Uji t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Hipotesis: H : b i = 0 H 1 : b i ≠ 0 Rumus uji t, yaitu: t hitung dimana: b i = koefisien regresi ke-i yang diduga S bi = standar deviasi koefisien regresi ke-i yang diduga Kriteria uji: t-hitung t-tabel α2, n-k, maka tolak H t-hitung t-tabel α2, n-k, maka terima H 30 Jika H ditolak berarti peubah bebas Xi berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas Y. Sebaliknya, Jika H diterima berarti peubah bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas Y. Selain itu, dapat dilihat dari nilai peluangnya. Apabila nilai peluangnya lebih kecil dari α maka peubah bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebasnya.

3. Goodness of Fit

Besarnya nilai koefisien determinasi R 2 dihitung untuk mengetahui seberapa jauh keragaman biaya produksi atau pendapatan usahatani yang dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang telah dipilih. Jika nilai R semakin tinggi, maka akan semakin baik model karena semakin besar keragaman biaya produksi atau pendapatan usahatani yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelas. Rumus koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut: R J J

4. Uji Pelanggaran OLS

Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, maka dapat dikatakan peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna perfect multicollinearity Juanda, 2009. Salah satu cara mengukur multikolinearitas adalah variance inflation factor VIF. Variance Inflation Factor merupakan suatu cara mendeteksi multikolinearitas dengan melihat sejauh mana variabel penjelas dapat diterangkan oleh variabel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi. Terdapat satu VIF untuk masing-masing variabel penjelas di dalam sebuah persamaan regresi. Rumus Variance Inflation Factor Sarwoko, 2005, yaitu: 31 VIF b 1 1 R Dimana: R = koefisien determinasi Selain dengan menggunakan rumus diatas, masalah multikolinearitas juga dapat dilihat langsung melalui keluaran komputer. Semakin tinggi nilai VIF maka semakin berat dampak multikolinearitas. Apabila nilai VIF suatu variabel melebihi 10 maka terjadi multikolinearitas. Selanjutnya dilakukan uji heteroskedastisitas dengan melihat grafik residuals terhadap fitted values, jika titik-titik pada grafik tersebut menyebar secara acak, maka tidak ada masalah heteroskedastisitas.

4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan tunai merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai. Sedangkan pendapatan yang diperhitungkan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya yang diperhitungkan. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk Soekartawi, 2002. Penerimaan terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang diterima petani dari hasil produksi yang benar-benar dijual. Sedangkan penerimaan yang diperhitungkan merupakan penerimaan didapat dari hasil produksi yang digunakan sendiri oleh petani tetapi tetap diperhitungkan. kepada orang lain. Secara matematis penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y.Py 32 Keterangan: TR = total penerimaan Y = produksi yang diperoleh suatu usahatani Py = Harga Y Menurut Hernanto 1991, biaya usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan secara tunai. Sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan biaya yang tidak termasuk ke dalam biaya tunai tetapi diperhitungkan dalam usahatani. Rumus biaya usahatani dapat dituliskan sebagai berikut: TB = Bt + Bd Dimana: TB = total biaya Bt = biaya tunai Bd = biaya diperhitungkan Jadi, perhitungan pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut: Pd tunai = TR – Bt Pd total = TR – TB Dimana: Pd = pendapatan usahatani TR = total penerimaan TB = total biaya

4.4.3. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya RC ratio

Analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan kelayakan usahatani Soekartawi, 2002. Rasio RC dapat diperhitungkan pada usahatani organik maupun usahatani anorganik. Rumus perhitungan RC ratio adalah sebagai berikut: 33 rasio R C rasio R C Dimana: R = Py.Y C t = Bt + Bd C d = Bt R = penerimaan C = biaya Py = harga output Y = output Bt = biaya tunai Bd = biaya diperhitungkan Jika nilai RC 1 maka usahatani tersebut layak atau sudah efisien, sedangkan jika nilai RC 1 maka usahatani tersebut tidak layak atau tidak efisien. 34 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografi

Desa Purwasari yang menjadi lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Menurut data monografi desa, sebelah utara Desa Purwasari berbatasan dengan Desa Petir, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukajadi, sebelah timur berbatasan dengan Desa Petir, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Situ Daun. Jarak tempuh dari Kecamatan Dramaga ke desa ini sejauh 7 km, serta dari Ibukota Kabupaten dan Ibukota Provinsi Bogor masing-masing sejauh 40 km dan 157 km. Dilihat dari kondisi geografisnya desa ini berada 535 m dari permukaan laut. Berdasarkan data iklimnya, desa ini memiliki curah hujan 2000 mm hingga 2500 mmtahun dan suhu udara rata-rata 28 C sampai 32 C. Tabel 2. Luas Wilayah di Desa Purwasari Menurut Penggunaan, Tahun 2010 No Penggunaan Wilayah Luas ha Persen 1 2 3 4 5 6 7 8 Pemukiman Persawahan Perkebunan Pekarangan Pemakaman Taman Perkantoran Prasarana Umum Lain 30,42 158,23 12,28 1,75 1,44 0,10 0,15 8,40 14,41 74,98 5,81 0,83 0,68 0,04 0,07 3,98 Jumlah 211,02 100 Sumber: Buku Monografi Desa Purwasari, 2010 Luas lahan di Desa Purwasari mencapai 211,02 ha yang dimanfaatkan untuk pemukiman, persawahan, perkebunan, pekarangan, taman, pemakaman, perkantoran, serta prasarana umum lainnya. Pada Tabel 2 dapat dilihat persentase luas lahan untuk persawahan sebesar 74,98, pemukiman sebesar 14,41, perkebunan sebesar 5,81, pemakaman sebesar 0,68, pekarangan sebesar 35 0,83, taman sebesar 0,04, perkantoran sebesar 0.07, dan sisanya untuk prasarana lainnya sebesar 43,98. Berdasarkan luas pemanfaatan lahannya, terlihat bahwa Desa purwasari ini memiliki potensi besar di bidang pertanian.

4.1.2. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk desa Purwasari secara keseluruhan berjumlah 6.747 jiwa yang terdiri dari 3.474 laki-laki dan 3.273 perempuan. Jumlah kepala keluarga di desa ini adalah 1.791 orang. Dilihat dari angkatan kerja, jumlah penduduk di desa ini yang telah masuk angkatan kerja sebanyak 2.971 orang, masih sekolah dan tidak bekerja sebanyak 2.933 orang, ibu rumah tangga sebanyak 1.228 orang, penduduk bekerja penuh sebanyak 2.520 orang, dan 630 orang bekerja tidak tentu. Mata pencaharian penduduk Desa Purwasari terdiri dari pertanian, peternakan, perikanan, dan kerajinan. Struktur mata pencaharian penduduk di Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Purwasari, Tahun 2010 No Struktur Mata Pencaharian Jumlah orang Persen 1 2 3 4 Pertanian Peternakan Perikanan Kerajinan 649 13 15 125 80,92 1,62 1,87 15,59 Jumlah 802 100 Sumber: Buku Monografi Desa Purwasari, 2010 Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Purwasari adalah sebagai petani 80,92, khususnya petani tanaman padi dengan luas lahan 58,56 ha. Sisanya sebagai pengrajin 15,59, peternak ikan 1,87, dan peternak 1,62. Oleh karena itu, dapat dinyatakan Desa Purwasari merupakan desa pertanian. 36

4.2. Karakteristik Petani Responden Padi Organik dan Anorganik

Karakteristik petani responden yang akan dibahas dalam penelitian ini baik petani padi organik maupun anorganik meliputi umur petani, status kepemilikan lahan, luas lahan garapan, status usahatani, dan pengalaman usahatani.

4.2.1. Umur Petani

Responden petani padi organik dan anorganik dalam penelitian ini masing- masing berjumlah 15 orang. Berdasarkan hasil wawancara, umur responden petani padi organik mulai dari yang terkecil 25 tahun sampai yang tertua 70 tahun, sedangkan umur responden petani anorganik mulai dari yang terkecil 30 tahun sampai yang tertua 80 tahun. Karakteristik responden berdasarkan umur untuk petani padi organik dan petani padi anorganik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik Responden Petani Padi Organik dan Anorganik Berdasarkan Umur di Desa Purwasari, Tahun 2011 Umur Petani Th Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen 20 – 30 31 – 40 41 – 50 50 2 5 8 13,33 53,3 33,33 0,00 1 2 12 0,00 6,67 13,33 80,00 Jumlah 15 100 15 100 Sumber: Data Primer diolah 2011 Petani padi organik dan anorganik sebagian besar berumur lebih dari 50 tahun, hal tersebut dapat terlihat dari Tabel 4 yaitu sebanyak 53,33 responden petani organik berumur lebih dari 50 tahun dan sebanyak 80,00 untuk petani padi anorganik. Pada selang umur 41 sampai 50 tahun, responden petani padi organik sebanyak 33,33 dan petani padi anorganik sebanyak 13,33. Sisanya hanya petani padi anorganik yang umurnya berada pada selang umur dari 31 sampai 40 tahun yaitu sebanyak 6,67 dan pada selang umur 20 sampai 30 tahun hanya terdapat pada petani organik yaitu sebanyak 13,33. Dominannya 37 petani yang berumur lebih dari 50 tahun ,menunjukan bahwa petani padi organik maupun anorganik di Desa Purwasari cukup banyak memiliki ilmu di bidang pertanian.

4.2.2. Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan oleh petani padi organik maupun anorganik berdasarkan data wawancara menunjukan semua responden petani tersebut merupakan petani pemilik lahan. Lahan pertanian yang dimiliki tersebut didapat secara turun temurun. Sehingga para petani tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya sewa lahan.

4.2.3. Luas Lahan Garapan

Luas lahan yang garapan yang dimiliki oleh petani padi organik mulai dari 0,1 ha sampai 1ha. Sedangkan luas lahan garapan yang dimiliki oleh petani padi anorganik mulai dari 0,03 ha sampai 0,5 ha. Karakteristik responden berdasarkan luas garapan baik pada petani padi organik maupun anorganik di Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Karakteristik Responden Petani Padi Organik dan Anorganik Berdasarkan Luas Lahan Garapan di Desa Purwasari, Tahun 2011 Luas Lahan Garapan ha Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen ≤ 0,25 0,25 8 53,33 7 46,67 10 5 66,67 33,33 Jumlah 15 100 15 100 Sumber: Data Primer diolah 2011 Berdasarka Tabel 5 diatas terlihat bahwa luas lahan garapan petani padi organik maupun anorganik sebagian besar kurang dari sama dengan 0,25 ha. Pada petani padi organik yang memiliki luas lahan garapan kurang dari sama dengan 0,25ha sebanyak 53,33 dan petani yang memiliki luas lahan lebih dari 0,25 ha sebanyak 46,67. Petani padi anorganik yang memiliki luas lahan garapan kurang 38 dari sama dengan 0,25 berjumlah 66,67, sedangkan yang memiliki luas lahan garapan lebih besar dari 0,25 ha berjumlah 33,33. Hal tersebut menunjukan bahwa petani padi organik maupun anorganik termasuk golongan petani kecil.

4.2.4. Status Usahatani

Responden petani padi organik dan anorganik dalam penelitian ini sebagian besar menjadikan bertani sebagai pekerjaan pokok. Hal ini terlihat dari Tabel 6 yang menunjukan bahwa 73,33 status usahatani pada petani organik sebagai pekerjaan pokok dan 80,00 status usahatani pada petani padi anorganik adalah sebagai pekerjaan pokok. Sisanya, sebanyak 26,67 dari petani organik dan 20,00 petani padi anorganik menjadikan pekerjaan usahatani padi ini sebagai pekerjaan sampingan. Tabel 6. Karakteristik Responden Petani Padi Organik dan Anorganik Berdasarkan Status Usahatani, Tahun 2011 Status Usahatani Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen Pokok Sampingan 11 4 73,33 26,67 12 3 80,00 20,00 Jumlah 15 100 15 100 Sumber: Data Primer diolah 2011 Petani padi organik dan anorganik di lokasi penelitian yang menjadikan bertani sebagai pekerjaan sampingan, pada umumnya selain bertani mereka ada yang menjadi guru, supir angkutan umum, pengrajin kayu, dan pedagang. Banyaknya responden yang pekerjaan pokoknya sebagai petani, mengindikasikan bahwa pekerjaan sebagai petani cukup dapat memenuhi kebutuhan pokok responden.

4.2.5. Pengalaman Usahatani

39 Lamanya pengalaman usahatani merupakan hal yang sangat mendukung keberhasilan petani. Pada umumnya, semakin lama petani melakukan usahatani, maka ia akan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam bertani. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani padi organik di Desa Purwasari rata- rata sudah menjalankan usahatani padi organik selama 3 tahun. Pengalaman usahatani tiap responden cukup beragam, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Responden Petani Padi Organik dan Anorganik Berdasarkan Pengalaman Usahatani, Tahun 2011 Pengalaman Usahatani Th Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen 0 – 10 11 – 20 20 2 3 10 13,33 66,67 20,00 2 4 9 13,33 60,00 26,67 Jumlah 15 100 15 100 Sumber: Data Primer diolah 2011 Pada Tabel 7, terlihat bahwa sebagian besar petani padi organik dan anorganik memiliki pengalaman usahatani diatas 20 tahun, dengan komposisi 66,67 petani padi organik dan 60,00 petani padi anorganik. Selanjutnya sebanyak 20 petani organik dan 26,67 petani padi anorganik memiliki pengalaman usahatani antara 11 tahun sampai 20 tahun. Serta sisanya sebanyak 13,33 petani padi organik dan anorganik memiliki pengalaman usahatani antara 0 tahun sampai 10 tahun. Banyaknya petani padi organik dan anorganik yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun, maka hal tersebut menunjukan bahwa petani padi di Desa Purwasari ini memiliki pengetahuan yang banyak dalam bertani padi. 40 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik dan Anorganik

Analisis efisiensi yang dilakukan yaitu membandingkan antara penerimaan rata-rata dengan biaya rata-rata pada usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik. Perbandingan penerimaan dengan biaya rasio RC ini terdiri dari rasio RC total yang merupakan rasio antara penerimaan total rata-rata dengan biaya total rata-rata dan rasio RC tunai yang merupakan rasio antara penerimaan total rata-rata dengan biaya tunai rata-rata. Pada Tabel 8 diketahui bahwa penerimaan total rata-rata usahatani organik adalah sebesar Rp 10,82 juta, biaya total rata-rata usahatani organik adalah sebesar Rp 1,85 juta, dan biaya tunai rata-rata usahatani organik adalah sebesar Rp 1,81 juta. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh RC rasio total usahatani padi organik adalah sebesar 5,87, artinya setiap Rp 1 dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi organik akan memberikan penerimaan sebesar Rp 5,87. Kemudian RC rasio tunai usahatani organik adalah sebesar 5,96, yang berarti bahwa setiap Rp 1 dari biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani organik akan memberikan penerimaan sebesar Rp 5,96. Namun, untuk usahatani padi anorganik penerimaan total rata-rata sebesar Rp 10,48 juta, biaya total rata-rata sebesar Rp 3,05 juta dan biaya tunai rata-rata sebesar Rp 3,02 juta. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh RC rasio total dan tunai usahatani padi anorganik masing-masing sebesar 3,43 dan 3,47, yang berarti bahwa setiap Rp 1 dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi anorganik akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,43 dan setiap Rp 1 dari biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani padi anorganik akan memberikan penermaan sebesar Rp 3,47. 41 Tabel 8. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Organik dan Anorganik per Hektar pada Musim Tanam September-Desember 2010 di Desa Purwasari Biaya Usahatani Usahatani Padi Organik Usahatani Padi Anorganik Nilai Rp Nilai Rp A. Total Penerimaan B. Biaya Tunai C. Total Biaya D. RC atas Biaya Tunai E. RC atas Biaya Total 10.828.933 1.818.367 1,845.272 5,96 5,87 10.477.902 3.023.861 3.054.064 3,47 3,43 Sumber: Data Primer diolah 2011 Berdasarkan nilai RC rasio total dan tunai, kedua usahatani layak atau sudah efisien. Namun penerimaan atas setiap satu rupiah yang dikeluarkan baik dari biaya total maupun tunai usahatani padi organik lebih besar dibandingkan dengan usahatani anorganik, maka dapat dikatakan bahwa usahatani padi organik lebih menguntungkan dan efisien.

5.2. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik dan