Karakteristik Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur

VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI

6.1 Karakteristik Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur

Sejak diresmikan pada Juni 2008 Gapoktan Rukun Makmur oleh Tim PUAP Kabupaten Bogor anggota Gapoktan ini berjumlah 140 orang yang tersebar di empat Kelompok Tani Poktan diantaranya Poktan Sayagi, Poktan Sawargi, Poktan Rukun Makmur dan Poktan Berkah. Menurut data yang didapat dari pengurus Gapoktan tersebut jumlah awalan anggota Gapoktan sekitar 40 orang dan ketika PUAP sudah bergulir terjadi kenaikan menjadi 140 orang dalam jangka waktu empat bulan. Jumlah anggota Gapoktan terus mengalami pertambahan hingga kini berjumlah 223 orang yang tersebar di empat Poktan. Data peningkatan jumlah anggota Gapoktan Rukun Makmur dapat dilihat pada Tabel 5 dimana terjadi kenaikan jumlah anggota sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Tabel 5. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Tani Sebelum dan Sesudah Adanya program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur. Kelompok Tani Sebelum PUAP orang Sesudah PUAP orang Perubahan Anggota Berkah 17 28 64,7 Sawargi 30 46 53,3 Sayagi 20 36 80,1 Rukun Makmur 70 113 61,4 Total 140 223 64,8 S umber : Gapoktan Rukun Makmur, 2009 Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan Rukun Makmur perubahan jumlah anggota mengalami pertambahan yang cukup baik. Sejak awal didirikan, Gapoktan merupakan lembaga yang tidak begitu diperhatikam oleh masyarakat desa Cibitung Kulon. Akan tetapi sejak adanya program PUAP dan telah terealisasi pencairan dana BLM PUAP secara bertahap dan setelah empat bulan sudah berjalan mulai tampak hasil yang nyata dari program ini diantaranya petani bisa lebih tepat waktu membeli sarana produksi usahataninya dengan 47 diberikan kemudahan berupa bunga yang ringan yang dibayarkan pada akhir periode musim tanam. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Cibitung Kulon di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang berjumlah 30 orang responden yang merupakan anggota Gabungan kelompok tani Gapoktan Rukun Makmur sejak tahun 2008. Jumlah responden tersebut dipilih secara acak random sampling dengan melihat anggota Gapoktan yang merupakan anggota awal yang menerima dana Bantuan Langsung Mandiri BLM PUAP sejak awal dana ini digulirkan. Karakteristik dari responden penelitian merupakan petani yang sebagian besar hanya memiliki lahan sebesar rata-rata sebesar 6.470 m 2 , sehingga dengan demikian petani ini hanya petani kelas kecil menengah. Kebutuhan petani akan pembiayaan lahan usahanya untuk menghasilkan produktivitas hasil Gabah Kering Panen GKP merupakan dambaan setiap petani yang tentunya berimplikasi pada peningkatan margin keuntungan atau pendapatan petani. Oleh karena itu, penyebaran dana BLM PUAP harus tepat dan merata dengan diikuti pengontrolan angsuran dari anggotanya. Karakteristik petani responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, tingkat pengeluaran keluarga dan pengalaman berusaha. Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

6.1.1 Status Usahatani Petani Responden

Sebagian besar responden menganggap bahwa kegiatan bertani yang mereka lakukan merupakan pekerjaan utama dan sisanya sekitar tiga responden menganggap kegiatan bertani sebagai pekerjaan sampingan. Status lahan usahatani dari petani responden peserta program PUAP sebagian besar merupakan lahan milik sendiri. Sebanyak 90 persen responden adalah petani pemilik yang bertani merupakan pekerjaan utama dan sisanya sekitar 10 persen merupakan petani menyewa lahan yang hasil taninya nanti dibagi dengan perbandingan 60:40 kepada pemilik lahan Tabel 6. 48 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari petani responden menggantungkan hidupnya pada kegiatan usahatani padi sawah dan menganggap usahatani padi masih memberikan keuntungan bagi petani di Desa Cibitung Kulon. Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian Usahatani Padi di Gapoktan Rukun Makmur No Status Usahatani Gapoktan Rukun Makmur Jumlah Petani Responden orang Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan 1 Kelompok Tani Rukun Makmur 12 1 2 Kelompok Tani Sawargi 6 1 3 Kelompok Tani Sayagi 4 1 4 Kelompok Tani Berkah 5 - Jumlah 27 3 Dari 30 orang responden yang berhasil diwawancarai menyatakan bertani merupakan pekerjaan utama yang dilakukan secara turun-temurun dari orang tua. Sedangkan sisanya sebanyak tiga menganggap bertani sebagai pekerjaan sampingan karena pekerjaan utama responden adalah sebagai guru honorer, PNS dan pedagang sarana produksi pertanian. Pekerjaan sampingan bertani dilakukan apabila lahan yang dimiliki tidak sedang di sewa atau digadaikan kepada petani penggarap. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, tambahan pendapatan yang diperoleh responden dari pekerjaan utama mereka sebagai guru honorer adalah sebesar Rp 150.000,- sampai Rp 300.000,- per bulan, sedangkan untuk pedagang bisa mencapai Rp 1.000.000,- per bulan. Tambahan pendapatan ini dapat mereka gunakan sebagai modal dalam menjalankan aktivitas usahataninya untuk membeli sarana produksi pertanian yang dibutuhkan dan kebutuhan rumah tangganya masing-masing.

6.1.2 Usia Petani Responden

Usia petani merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan produktivitas padi. Usia produktif memberikan pengaruh yang cukup kepada keberlangsungan petani dalam menggarap lahannya. Selain itu juga, usia 49 produktif memberikan kemudahan bagi penyuluh untuk menyampaikan materi menanam yang baik, dikarenakan tingkat pemahaman petani yang tidak cepat lupa dalam menerima materi tersebut. Jumlah presentase petani responden program PUAP disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Usia No Usia Petani Responden Tahun Jumlah Petani Responden Presentase 1 30 1 3.33 2 31-39 7 23.33 3 40-49 11 36.67 4 50-65 11 36.67 Jumlah 30 100.00 Berdasarkan hasil penelitian rata-rata petani berusia 45 tahun. Pembagian usia responden dibagi menjadi empat kriteria satu responden berusia dibawah 30 tahun. Usia 31-39 tahun berjumlah tujuh orang atau 23,33 persen dan sebelas orang berusia 40-49 tahun atau sebesar 36,67 persen. Sehingga jika dijumlahkan petani responden yang berusia dibawah 50 tahun adalah 19 orang atau 63,33 persen. Sedangkan untuk usia diatas 50 tahun sebanyak 11 orang atau 36,67 persen. Namun faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari jumlah responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani.

6.1.3 Tingkat Pendidikan Petani Responden

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam mengetahui aspek teori dan teknis dalam memahami suatu persoalan terutama masalah mengenai ilmu pertanian. Oleh karena itu diperlukan peran pendamping atau penyuluhan terhadap petani dengan cara mentransfer ilmu-ilmu yang didapat kepada petani agar dapat secara langsung di aplikasikan ke lahan pertanian. Dari hasil kuisioner penelitian yang disebar dengan melakukan wawancara dengan petani responden, menunjukkan bahwa petani yang berpendidikan Sarjana atau Diploma hanya dua orang yang merupakan pengurus Gapoktan atau 6,67 50 persen. Responden yang berpendidikan sarjana merupakan pensiunan PNS Pemda Bogor dan Kepala Sekolah SD. Tingkat pendidikan petani responden program PUAP yaitu Sekolah Dasar SD sederajat sebanyak tujuh responden atau 23,33 persen, Sekolah Menengah Pertama SMP sederajat sebanyak 18 orang responden atau 60 persen dan sisanya Sekolah Menengah Umum SMU sederajat sebanyak tiga orang atau 10 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Petani Responden Jumlah Petani Responden Presentase 1 SDSederajat 7 23.33 2 SMPSederajat 18 60.00 3 SMUSederajat 3 10.00 4 DiplomaSarjana 2 6.67 Jumlah 30 100.00 Berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pendidikan tingkat SMP merupakan mayoritas dari petani responden yang menjadi peserta program PUAP. Tingkat yang pendidikan menengah pertama dapat dijadikan ukuran untuk bisa memahami suatu persoalan yang sulit dan mudah menerima hal-hal yang rasional yang diberikan oleh penyuluh masing- masing. Karakter tingkat pendidikan inilah yang dijadikan salah satu alasan memilih tempat penelitian di Desa Cibitung Kulon ini. Petani sebagai pengelola akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan dan harus dipilih untuk diusahakan. Beberapa hal yang harus diputuskan oleh petani diantaranya adalah menentukan cara-cara berproduksi, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Jika petani responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memudahkan mereka dalam mengadopsi teknologi dan hal-hal baru dalam kegiatan usahatani yang dapat meningkatkan produktivitas serta pendapatan usahatani. Selain itu, tingkat pendidikan dan keterampilan serta pengalaman juga mempengaruhi petani dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. 51

6.1.4 Status Luas Lahan Milik Petani Responden

Semakin besar lahan yang dimiliki oleh petani akan semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Selain itu jumlah tanaman padi yang ditanam juga akan bertambah dan berimplikasi pada meningkatnya produksi padi serta bertambah pula penghasilan bagi petani. Luas lahan yang menjadi milik petani responden dibagi menjadi dua kategori atau golongan yaitu golongan luas lahan antara 0-0,5 hektar sebanyak 17 responden atau 56,67 persen dan golongan luas lahan diatas 0,5 hektar sebanyak 13 responden atau 43,33 persen Lampiran 5. Selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Luasan Lahan Padi yang Dimiliki Tahun 2009 No Rata-rata Status Kepemilikan Petani Responden ha Jumlah Petani Responden orang Presentase 1 0 - 0,5 Ha 17 56,67 2 0,5 Ha 13 43,33 Jumlah 30 100.00 Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani, maka kemungkinan akan semakin banyak biaya dan jumlah gabah yang dihasilkan dari lahan tersebut. Luas lahan yang dimiliki juga menggambarkan besarnya skala usahatani yang dijalankan. Pada petani responden yang memiliki lahan sawah dibawah 0,25 ha, umumnya bertani merupakan pekerjaan sampingan dikarenakan hasil yang didapat tidak mencukupi jika tidak melakukan pekerjaan yang lainnya. Responden petani yang memiliki luas lahan sempit umumnya memiliki usaha lain yaitu dibidang peternakan, dagang dan jasa. Dikarenakan lahan yang tidak begitu luas, terkadang lahan pertaniannya digunakan untuk beternak kambing atau sapi sehingga alokasi pinjaman modal dari dana BLM PUAP lebih digunakan untuk membeli pakan ternak tambahan atau mempersiapkan lahan yang akan ditanami tanaman padi ketika hewan ternaknya sudah dijual. 52

6.1.5 Pengalaman Usahatani Petani Responden

Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisioner dengan para responden penerima BLM-PUAP dapat diinformasikan bahwa dari total 30 petani responden. Semakin lama pengalaman berusahatani maka dapat dikatakan petani sudah mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Namun juga tetap diperlukan pendampingan usaha berupa pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada petugas penyuluh lapangan untuk membantu para petani menjalankan kegiatan usahataninya serta dapat membantu mengatasi permasalahan di lapangan apabila para petani tidak mampu mengatasi sendiri. Selain itu pendampingan juga dapat membantu petani dalam menyerap informasi-informasi teknologi terbaru di bidang pertanian khususnya padi. Tabel 10. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Tahun 2009 No Pengalaman Usahatani Petani Responden Tahun Jumlah Responden orang Presentase 1 10 9 30.00 2 10-20 11 36.67 3 21-30 10 33.33 Jumlah 30 100.00 Tabel 10 menggambarkan pengalaman berusahatani dari petani peserta program PUAP. Pengalaman berusahatani tidak bisa dikaitkan dengan tingkat pendidikan atau status kepemilikan lahan. Pengalaman usahatani bisa dikaitkan juga dengan usia dari petani responden. Pada umumnya pengalaman bertani responden berkisar antara 11-29 tahun yaitu berjumlah 21 orang petani responden yang terdiri dari 11 orang berpengalaman antara 10-20 tahun atau 36,67 persen dan 10 orang petani berpengalaman antara 21-30 tahun atau sebesar sebesar 33,33 persen. Lain halnya dengan pengalaman bertani yang dibawah 10 tahun sebanyak sembilan orang atau sebesar 30 persen dari jumlah responden dan diantaranya adalah guru atau PNS dan meneruskan usahatani orang tua yang sudah dilakukan bertahun-tahun. 53

6.2 Kegiatan Usahatani Tanaman Padi di Lokasi Penelitian

Dokumen yang terkait

Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

4 102 117

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) PADA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KARANG MAKMUR LUMAJANG

2 14 92

Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus: Gapoktan Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor)

1 10 24

Pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani sayuran (Studi kasus: gapoktan rukun tani Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

10 63 146

Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Subang

0 34 130

PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

0 3 10

Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor).

0 0 22

Pengaruh Pemberian Bantuan Tambahan Modal Usahatani Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Puap) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani (Sebuah Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta).

0 0 10

Pengaruh Pemberian Bantuan Tambahan Modal Usahatani Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Puap)Terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani (Sebuah Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta).

0 1 1

KAJIAN DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

0 0 13