41 jiwa, usia 15-64 tahun sebanyak 2.871.380 jiwa, dan usia 65 tahun ke atas
sebanyak 157.196 jiwa. Dari komposisi umur tersebut, maka angka beban ketergantungan dependency ratio mencapai 47,59 yang berarti diantara 100
orang penduduk usia produktif menanggung sebanyak 48 orang penduduk usia non produktif.
Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor rata-rata 1.417 jiwa km², sementara tingkat kepadatan terendah adalah 306 jiwakm², terdapat di kecamatan
Tanjungsari dan tingkat kepadatan tinggi yaitu 7.854 jiwakm², terdapat di kecamatan Ciomas. Data ini menunjukkan bahwa pada wilayah perkotaan tingkat
kepadatannya lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan, terutama yang berbatasan langsung dengan Kota Depok dan Kota Bogor.
5.3 Potensi Pertanian On Farm dan Off Farm
Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Hal ini dapat terlihat dari letak geografisnya yang dilalui oleh jalur
pegunungan yang kaya akan sumber mata air. Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri dari pertanian pangan, sayuran dan hortikultura dan perkebunan. Tanaman
pangan padi menyebar hampir di semua kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda. Umumnya padi sawah menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana
sudah tersedia irigasi, seperti di Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu dan lainnya.
Tanaman padi gogo menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam luasan terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah adalah berkisar empat sampai lima ton
per ha, sedangkan produktivitas padi gogo dua sampai tiga ton per Ha. Produktivitas ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki
kondisi lingkungan, seperti menekan bahaya banjir, dan lain-lain dan perbaikan manajemen usaha tani seperti pemberian pupuk tepat dosis dan waktu, penyediaan
modal, sarana dan prasarana seperti pembangunan pasar, gilingan padi, dan seterusnya. Kendala penting tanaman padi sawah lainnya adalah luasan padi
sawah rata-rata adalah 6.720 m
2
per keluarga petani. Dengan luasan kepemilikan yang rendah ini maka penciptaan usaha selain bertani sawah harus dilakukan
terutama dari perikanan atau peternakan.
42 Daerah pertanian hortikultur seperti sayuran dan buah juga menyebar pada
hampir semua wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu hanya menyebar pada wilayah tertentu. Tanaman jagung menyebar di kecamatan Darmaga,
Cisarua, Megamendung, Cileungsi, Klapanunggal, Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan Rumpin. Sedangkan tanaman kedelai menyebar
hanya di Tamansari, Kemang, Rancabungur dan Megamendung. Situasi yang sama juga terjadi pada sayuran dan buah. Daerah sayuran
mendominasi terbatas pada beberapa kecamatan seperti Cisarua, Darmaga, Leuwisadeng, Cigombong, sedangkan buah berasal dari Tanjungsari, Mekarsari,
Jasinga, Tajurhalang, dan lain-lain. Kendala utama dalam komoditas lahan kering semusim dan tahunan adalah masih rendahnya produktivitas yang terkait dengan
manajemen usaha tani, dan pemasaran. Khususnya untuk tanaman buah, sebenarnya ada varietas lokal yang sudah dikenal tetapi produksi masih rendah.
Upaya pengembangan komoditas bersifat lokal perlu dilakukan, karena tanaman perkebunan relatif terbatas di Kabupaten Bogor, tetapi ada daerah utama
perkebunan penyebaran untuk teh di Ciawi, karet di Tanjungsari, dan kelapa sawit di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, dan Rumpin. Tanaman
perkebunan ini secara keseluruhan terdapat pada lahan yang berkategori kelas tiga dengan kendala utama pada kelerengan, sehingga degradasi lahan melalui proses
erosi dan penurunan kesuburan menjadi kendala utama. Dari sisi luasan kawasan yang dapat dikembangkan untuk tanaman
perkebunan relatif terbatas total sekitar 27.000 hektar, sehingga bentuk usaha skala besar tidak dianjurkan, tetapi ke bentuk usaha perkebunan skala kecil dan
bekerjasama dengan usaha yang sudah besar. Kabupaten Bogor memiliki potensi yang cukup baik di bidang peternakan. Perkembangan populasi ruminansia dan
unggas pada umumnya meningkat setiap tahun, terutama berkembang di Bogor Barat dan Bogor Timur, yang didukung oleh sumber daya alamnyasebagai daerah
pertanian yang sangat sesuai untuk berkembangnya kegiatan usaha peternakan, terutama dipandang dari segi ketersediaan pakan, dimana kegiatan usaha tersebut
merupakan kegiatan yang saling bersinergi. Perkembangan usaha peternakan di Kabupaten Bogor sangat ditunjang
oleh lokasi yang strategis sebagai daerah yang berbatasan dengan ibu kota negara.
43 Berkembangnya industri hulu dan hilir di bidang peternakan serta keberadaan
Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian di Kabupaten Bogor sebagai sumber informasi dan teknologi berpengaruh besar pada perilaku usaha peternak. Hal
tersebut di atas dapat merupakan suatu pendorong bagi calon investor untuk membuka usaha peternakan di Kabupaten Bogor. Kenyataan di atas didukung
oleh data meningkatnya produksi peternakan berupa daging, telur dan susu. Sedangkan pada sektor perikanan, Kabupaten Bogor cukup potensial
untuk dikembangkan, baik budidaya ikan hias, pembenihan maupun pembesaran ikan konsumsi. Untuk ikan konsumsi antara lain : mas, lele, nila, gurame dan
patin, yang dapat dikembangkan hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor. Saat ini perkembangan usaha perikanan terutama di Bogor Barat dan sebagian
wilayah Bogor Tengah. Produksi ikan konsumsi diperoleh dari cabang usaha Kolam Air Tenang 61,74 persen, Kolam Air Deras 27,89 persen, Perikanan
Sawah 6,84 persen, Jaring Apung 1,44 persen, Karamba 0,62 persen dan Perikanan Tangkap di Perairan Umum 1,34 persen.
5.4 Lokasi Petani Peserta Program PUAP