72 Pada tahap pencairan dari Departemen Pertanian ke rekening Gapoktan,
dokumen persyaratan harus terlebih dahulu dipenuhi. Kemudian setelah itu, pengurus Gapoktan membentuk Lembaga Keuangan Mandiri Agribisnis LKMA
yang bertugas untuk mengelola pembiayaan kepada petani anggota. Mekanisme penyaluran dari Gapoktan ke petani anggota peserta program PUAP dilakukan
dengan mengisi persyaratan diantaranya adalah mengisi formulir PUAP, foto coy KTP, pas foto dan petani merupakan anggota terdaftar dan aktif di kelompok
taninya masing-masing. Pengajuan dana pembiayaan dilakukan secara kolektif melalui masing-
masing ketua kelompoknya dengan batas minimal lima anggota. Setelah melakukan pengajuan dan persyaratan telah terpenuhi maka pengurus Gapoktan
melalui manajer LKM melakukan verifikasi ke lapang tentang luas lahan yang dimiliki. Untuk menjaga agar dana BLM PUAP bisa disalurkan kepada semua
anggota Gapoktan, pengurus menerapkan batas maksimal pembiayaan yaitu sebesar Rp.500.000,-petani.
Pola Grameen Bank tanggung renteng yang pernah diterapkan di Negara Bangladesh oleh Prof. M. Nuh juga diterapkan oleh Gapoktan Rukun Makmur.
Pola ini menekankan kerjasama dan gotong-royong anggota dalam mengelola pembayaran angsuran. Apabila salah satu anggota tidak sanggup membayar
angsuran atau pinjaman sesuai yang disepakati, maka pengurus LKM akan memberikan sanksi kepada petani untuk tidak mendapatkan pinjaman tahap
berikutnya. Oleh karena itu, peran anggota lainnya dalam satu kelompok harus dilakukan seperti menalangi atau membantu pembayaran pinjaman anggota
lainnya untuk kemudian bisa diberikan pinjaman pada tahap berikutnya.
6.5 Pengaruh PUAP dilihat dari Pendapatan Usahatani 6.5.1 Penggunaan Dana BLM PUAP
Suatu program akan menjadi sarana yang baik dan dapat membantu penguatan modal apabila dilakukan secara tepat dari segi perencanaan, waktu,
kegunaan, sasaran dan prosedur. Apabila pemberian dana tersebut tidak tapat sasaran maka akan berdampak negatif pada keberlanjutan program tersebut pada
73 periode tahun berikut. Alokasi tambahan modal ini bagi petani dimanfaatkan
untuk menambah biaya operasional seperti membeli pupuk, benih padi dan penyemprotan hama.
Pemanfaatan dana BLM PUAP di Desa Cibitung Kulon sebagian besar digunakan untuk simpan pinjam anggota yang melakukan usahatani padi sebagai
tambahan modal dan sisanya untuk pembelian sarana pendukung pertanian. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pengurus pembelian sarana pendukung
dilakukan untuk memperbaiki sarana kantor dan memfasiitasi petani untuk membeli input-input pertanian seperti pupuk dan obat pertanian yang
pengadaannya tercantum pada Rencana Usaha Bersama RUB Gapoktan. Hal ini dikarenakan petani ini memang memiliki usaha menyediakan keperluan petani
anggota lainnya sehingga harga yang ditawarkan lebih murah dan bisa dibayar saat akhir musim tanam nanti.
Sebanyak 29 petani responden atau 96,67 persen mengalokasikan dana BLM PUAP untuk menambah biaya usahatani. Begitu juga dengan perencanaan
yang tidak matang akan berimplikasi pada hasil akhir yang kurang memuaskan dan hasil yang tidak maksimal. Sedangkan sisanya sebesar 3,33 persen atau satu
petani responden menggunakan dana tersebut untuk membeli pupuk, pestisida dan alat pertanian lainnya.
Penggunaan dana BLM PUAP oleh petani responden di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengalokasian Penggunaan Dana BLM PUAP Tahun 2008
74 Sedangkan simpan pinjam diberikan senilai Rp.500.000,00 sebagi
pinjaman awal dan apresiasi akan diberikan jika petani mampu mengembalikan tepat waktu adalah dengan memberikan tambahan pinjaman senilai Rp.700.000,00
pada tahap berikutnya. Dengan adanya BLM PUAP petani sawah terbantu untuk pengadaan pembelian pupuk, bibit, sewa traktor maupun membayar biaya tenaga
kerja sehingga penangan pertanian bisa tepat waktu dan dosis. Terlaksananya kegiatan produksi tepat waktu dapat menningkatkan
produksi seperti pemberian pupuk atau pengendalian gulma yang tepat waktu, cara dan dosis yang benar akan menghilangkan kerugian. Dengan meningkatnya
produksi, maka nilai jual akan naik sesuai harga yang ditetapkan.
6.5.2 Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya PUAP
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi dikategorikan ke dalam biaya-biaya yang dibedakan menjadi biaya tunai dan
biaya yang diperhitungkan. Biaya yang tergolong biaya tunai meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pupuk, pestisida, benih, dan biaya untuk membayar
tenaga kerja luar keluarga TKLK. Sedangkan untuk biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja dalam keluarga
TKDK dan penyusutan alat-alat pertanian. Berikut penjelasan secara umum mengenai penggunaan faktor produksi input dalam usahatani padi pada
Gapoktan Rukun Makmur.
6.5.2.1 Pengadaan Input
Input merupakan sumberdaya awal dari biaya tunai yang harus disediakan bagi keberlangsungan produksi pertanian. Berdasarkan hasil wawancara dengan
petani responden, benih yang digunakan saat musim tanam 2009 hingga 2010 digunakan varietas IPB 2 Batola. Varietas padi ini selain tahan dengan penyakit
juga masa panennya pendek sehingga dalam waktu satu tahun bisa beberapa kali menanam.
Benih tersebut diperoleh dengan harga Rp.6.000,00 per kilogram. Rata- rata lahan yang dimiliki petani responden adalah 0,6470 hektar. Jumlah rata-rata
75 benih yang dibutuhkan petani sebelum adanya program PUAP adalah sekitar 29
kilogram per hektar dengan biaya yang dibutuhkan Rp.173.775,-. Pupuk adalah hal yang terpenting dari produksi dan nutrisi wajib bagi
keberlangsungan produktivitas tanaman. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani Gapoktan Rukun Makmur adalah Pupuk Kandang, Urea, TSP, dan Ponska.
Pemberian nutrisi ini dilakukan dua kali dalam satu musim tanam. Pemupukan yang rotasi tepat waktu dan dosis dapat meningkatkan produksi tanaman yang
cara aplikasinya disebar menggunakan tangan. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani di empat kelompok tani sebelum dan setelah adanya PUAP disajikan pada
Tabel 16.
Tabel 16. Rata-rata Jumlah Penggunaan Dosis Pupuk Per Hektar Oleh Petani Sebelum dan Setelah Adanya PUAP
Jenis Pupuk Satuan
Sebelum PUAP Setelah PUAP
Pupuk Kandang Kg
220,4 375
Urea Kg
127,8 125,2
Ponska Kg
106,1 113,5
TSP Kg
102,1 98,7
Berdasarkan pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk mengalami perubahan untuk pupuk pada jenis urea dan pupuk kandang. Untuk
pupuk urea berubah dari 127,8 kg menjadi 125,2 kg atau turun 2 kg dan pupuk kandang dari 220,4 kg menjadi 375 kg serta pupuk TSP turun dari 102,1 kg
menjadi 98,7 kg. Perubahan penggunaan pupuk ini dikarenakan adanya proses sosialisasi dari penyuluh pendamping tentang pentingnya penggunaan pupuk
organik terutama pupuk kandang terhadap hasil produksi padi. Selain itu juga, pupuk kandang ini merupakan hasil olahan limbah hewan yang diusahakan oleh
anggota Gapoktan Rukun Makmur pada sektor ternak yang tidak lagi bekerja disawah.
Penggunaan pupuk kimia yang dianjurkan oleh dinas terkait atau penyuluh lapang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17, dimana dosis rata-rata
perhektarnya lebih tinggi dari yang dianjurkan sehingga akan membuang biaya pembelian pupuk yang seharusnya bisa dialokasikan pada input yang lainnya.
76
Tabel 17. Perbandingan Penggunaan Rata-rata Pupuk per Hektar di Gapoktan Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan
Jenis Pupuk
Sebelum PUAP
Anjuran Dinas Pertanian
Selisih Kg HargaKg
Rp Nilai
Rp
Urea 127,8
100 - 27,8 1.300
36.140 Ponska
106,1 100 + 6,1
1.800 10.980
TSP 102,1
100 + 2,1 1.600
3.360 Keterangan : + = Penggunaan pupuk belebih
- = Penggunaan pupuk kurang
Penggunaan dosis yang berlebih diakibatkan karena opini petani yaitu semakin banyak di pupuk maka, produksi akan semakin meningkat. Perubahan
jumlah dosis pupuk yang digunakan oleh responden tidak menunjukkan perubahan jumlah atau nilai dosis yang signifikan. Adanya perubahan penggunaan
pupuk dikarenakan sebagian petani memilih untuk merubah kombinasi penggunaan dari pupuk urea dan TSP menjadi pupuk organik seperti pupuk
kandang padat dan cair. Untuk pupuk kandang digunakan kotoran kelinci berikut air seninya,
dikarenakan banyak petani responden yang membudidayakan kelinci di pekarangan rumahnya. Selain itu, hal tersebut juga sesuai arahan dari penyuluh
lapang dan Penyelia Mitra Tani setempat. Dari Tabel 18 juga dapat dijelaskan bahwa penggunaan alat pertanian
adalah Rp.168.000,00. Nilai terbesar terdapat pada penggunaan knapsack sebesar Rp.200.000,00 per unitnya. Para petani yang tergabung dalam anggota Gapoktan
di Desa Cibitung Kulon umumnya tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim tanam. Pertimbangannya adalah masih layaknya alat-alat tersebut untuk
digunakan kembali, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan peralatan pertanian tersebut.
Sarana produksi yang lainnya adalah alat-alat pertanian seperti cangkul, arit, parang, knapsack yang jumlahnya satu unit. Pada Tabel 15 disajikan
penggunaan peralatan pada usahatani padi di Desa Cibitung Kulon.
77
Tabel 18. Rata-rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan
No Jenis Peralatan
Jumlah yang dimiliki unit
HargaUnit Rp
Nilai Ekonomis Rp
1 Cangkul
1 45.000
45.000 2
Arit 2
20.000 40.000
3 Parang
2 24.500
49.000 4
Knapsack 0,17
200.000 34.000
168.000
Peralatan petani responden pada umumnya memiliki umur ekonomis satu sampai lima tahun dan jumlah musim tanam dalam satu tahun sebanyak dua kali.
Penggunaan dana BLM PUAP tidak digunakan untuk membeli peralatan pertanian tetapi hanya digunakan untuk membeli pupuk kimia, pupuk organik dan
pestisida. Perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan hasil yang bisa dilihat pada Tabel 19 berikut formulasinya.
Penyusutan = t
xJumlahUni etahun
usimdalamS isxJumlahM
UmurEkonom mis
NilaiEkono
Tabel 19. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Usahatani Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur per Tahun
No Jenis Peralatan
Nilai Ekonomis Rp
Umur Ekonomis Th
Nilai Penyusutan Rp
1 Cangkul
45.000 4
5.625,- 2
Arit 20.000
2 6.666,-
3 Parang
24.500 5
3.266,- 4
Knapsack 34.000
5 6.800,-
Jumlah 22.357,-
Berdasarkan data dari Tabel 19 diketahui bahwa nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yakni sebesar
Rp.22.357,00musim tanam, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp.5.625,00, nilai arit Rp. 6.666,00; parang Rp.3.266,00; dan nilai dari knapsack
semprotan Rp.6.800,00. Nilai penyusutan alat-alat pertanian sebelum dan setelah adanya program
PUAP tidak mengalami perubahan karena alat-alat pertanian tersebut sudah ada ketika para petani memulai usahataninya. Biaya pengeluaran kembali akan
78 diperhitungkan apabila peralatan pertanian sudah tidak layak pakai lagi dan harus
digantikan dengan peralatan yang baru. Menurut hasil wawancara dengan petani yang memiliki knapsack, alat ini
tidak selalu digunakan tergantung tingkat serangan hama penyakit yang menyerang. Sedangkan cangkul juga hanya digunakan saat perawatan untuk
pengolahan awal digunakan traktor.
6.5.2.2 Output Usahatani
Output usahatani padi merupakan tolak ukur keberhasilan usahatani padi yang dilihat dari produksi dan penerimaan yang diperoleh petani. Output ini
didapat dari wawancara dengan 30 responden petani anggota Gapoktan Rukun Makmur. Rata-rata lahan yang dimiliki sekitar 0,6470 hektar. Rata-rata produksi
padi sebelum dengan sesudah adanya program PUAP disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Rata-rata Produksi Per Hektar Usahatani Padi Petani Responden Sebelum dan Sesudah Adanya PUAP
Jenis Input Satuan
Nilai Rata-Rata Rp Sebelum
Nilai Rata-Rata Rp Setelah
Nilai Selisih Rp
Produksi GKP Kg
4.181 4.576
395 Harga GabahKg
2.200 2.200
Penerimaan Usahatani 9.198.200
10.067.200,00 869.000
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, sebagian hasil produksi yang diperoleh adalah dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual. Akan tetapi
dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa seluruh hasil produksi petani di jual petani dengan harga yang telah disesuaikan dengan harga yang berlaku di tingkat
Kecamatan Pamijahan. Gabah kering panen yang sudah dipisahkan dengan batang padi kemudian dijemur selama dua hari, kemudian dibawa ke tempat penggilingan
padi untuk ditimbang lalu digiling. Berdasarkan data dari Tabel 20 di atas bahwa rata-rata produksi per hektar
gabah kering panen sebelum adanya PUAP yang peroleh petani responden adalah 4.180 kilogram per musim. Dengan harga gabah kering panen HGP yang
berlaku di petani adalah Rp.2.200,00 per kilogram, maka penerimaan total yang didapat adalah sebesar Rp.9.198.200,00. Untuk produksi yang diperoleh setelah
79
adanya program PUAP yaitu 4.576 kilogram dengan rata-rata penerimaan total
sebesar Rp.10.067.200,00. Perubahan penerimaan ini dinilai positif bagi pendapatan petani karena adanya peningkatan sebesarnya Rp.869.000,00.
Peningkatan hasil produksi ini tidak diikuti dengan peningkatan harga produksi petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani adanya perubahan
tinggi rendahnya produksi dikarenakan hasil dari bimbingan penyuluhan yang memberikan arahan tentang penggunaan dosis pupuk, cara penggunaan, dan
waktu pelaksanaan. Selain itu juga dikarenakan penggunaan pupuk organik. Dari gambaran hasil peningkatan produksi telah menunjukkan manfaat adanya bantuan
dari program PUAP kepada petani.
6.6 Pendapatan Anggota Gapoktan Sebelum dan Setelah PUAP