Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

(1)

I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan yang terjadi di sektor pertanian pada umumnya ada di wilayah perdesaan, hal ini dikarenakan wilayah perdesaan adalah daerah yang kurang akses informasi dan teknologi. Selain itu, daerah perdesaan mengalami pembangunan yang tidak maju tidak demikian seperti di wilayah perkotaan.

Kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan menduduki urutan kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan. Kontribusi sebesar 15,8 persen pada tahun 2009 menjadi 16,1 persen pada tahun 2010 merupakan hasil nyata bahwa pertanian memberikan pengaruh positif pada perkembangan ekonomi mikro dan pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan kontribusi sektor lapangan usaha pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dari tahun ke tahun.

Tabel 1. Kontribusi Sektor Lapangan Usaha terhadap Produk Domestik Bruto Nasional 2008-2010

(Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha Tahun Laju

(%)

2008 % 2009 % 2010* %

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

549.452 15,0 659.675 15,8 760.792 16,1 3,56 Pertambangan dan Penggalian 401.898 11,0 428.216 10,3 519.896 11,0 0,30 Industri Pengolahan 1.011.427 27,6 1.098.575 26,4 1.175.011 24,9 -5,16 Listrik, Gas & Air Bersih 30.201 0,8 34.832 0,8 37.472 0,8 -1,93 Konstruksi 303.573 8,3 406.369 9,8 480.996 10,2 10,97 Perdagangan, Hotel &

Restoran

509.257 13,9 548.493 13,2 660.518 14,0 0,37 Pengangkutan dan

Komunikasi

227.158 6,2 260.522 6,3 296.088 6,3 0,46 Keuangan, Real Estate & Jasa

Perusahaan

270.749 7,4 300.555 7,2 331.396 7,0 -2,65 Jasa-jasa 356.803 9,7 425.589 10,2 465.605 9,8 0,61

Produk Domestik Bruto 3.660.520 100,0 4.162.727 100,0 4.727.775 100,0

Sumber : BPS, 2010 (diolah) Ket: *sementara


(2)

Dari Tabel 1 dapat dilihat kenaikan sektor lapangan usaha pertanian mengalami kenaikan terus dari tahun 2008 ke tahun 2010 dengan laju rata-rata sebesar 3,56 persen pertahun. Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor lapangan usaha yang masih menjadi pilihan utama oleh masyarakat Indonesia dalam mencari pekerjaan khususnya wilayah perdesaan. Secara implisit dapat dijelaskan bahwa tingkat produktivitas yang rendah serta penerimaan pendapatan yang sangat rendah terjadi di sektor pertanian juga turut mempengaruhi penggunaan tenaga kerja di sektor usaha masing-masing, sehingga yang terjadi adalah peningkatan jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di desa.

Hasil perhitungan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun baik di kota maupun di desa terus menurun. Pada Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2010 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 5,322 juta menjadi 4,774 juta jiwa yang sebagian besar penduduk miskin banyak terdapat di wilayah perdesaan sebesar 51 persen.

Tabel 2. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2010

No Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (000) % Penurunan Penduduk Miskin Garis Kemiskinan P1* (%) P2** (%) Kota Desa K+D K+D (%) K+D (Rp) K+D K+D

1 2008 2.617 2.705 5.322 13 176.216 2,17 0,6 2 2009 2.531 2.452 4.984 12 191.985 1,95 0,50 3 2010 2.351 2.423 4.774 11,3 201.138 1.93 0.52

Rata-rata 2.499 2.527 5.027 12,08 189.780 2,06 0,54

Sumber : BPS (2010)

Keterangan : *indeks kedalaman kemiskinan **indeks keparahan kemiskinan

Dilihat dari sisi mata pencaharian penduduk desa, dapat dikatakan kemiskinan masih mayoritas terjadi pada penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pada umumnya masalah kemiskinan sangat erat dengan hubungannya dengan pertanian. Menurut Hakim (2008)1, beberapa masalah pertanian yang dimaksud yaitu pertama, sebagian besar petani Indonesia sulit untuk mengadopsi teknologi

1

Lukman Hakim .2008. Kelembagaan & Kemiskinan Indonesia .http://www.google.com//kelembagaan//html. (20 Agustus 2011)


(3)

3 sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Tidak sedikit petani yang masih menggunakan cara-cara tradisional. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan ruang gerak petani terhadap fasilitas yang dimiliki sehingga membuat petani menjadi tertutup dan lambat dalam merespon perubahan yang terjadi di dunia luar. Kedua, petani mengalami keterbatasan pada akses informasi pertanian.

Adanya penguasaan informasi oleh sebagian kecil pelaku pasar komoditas pertanian menjadikan petani semakin tersudut. Terlihat dari realitas ketidaktahuan petani akan adanya HPP (Harga Pembelian Pemerintah) dan pembelian oleh oknum terhadap hasil pertanian dibawah harga yang ditentukan oleh pemerintah, sehingga tidak sedikit dari petani yang tidak memperoleh keuntungan dari hasil pertaniannya bahkan mengalami kerugian. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian besar petani Indonesia tidak mengandalkan dari sektor pertanian, tetapi dari luar sektor petanian seperti kerja sampingan buruh pabrik, kuli bangunan dan lain sebagainya.

Ketiga, petani memiliki kendala atas sumberdaya manusia yang dimiliki. Terlihat dari rendahnya pendidikan yang dimiliki petani. Ini terjadi karena masih adanya stigma atau pandangan yang berkembang di tengah masyarakat bahwa menjadi petani adalah karena pilihan terakhir dikarenakan tidak memperoleh tempat di sektor lain. Faktor penyebab lainnya adalah pemerintah yang berpihak pada sektor industri dari pada sektor pertanian yang berdampak pada semakin menyempitnya lahan yang dimiliki oleh petani akibat konversi lahan menjadi lahan industri maupun pemukiman. Keempat, masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Masalah modal tersebut diantaranya adalah sebagian besar petani mengalami kekurangan modal untuk berusaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya, belum adanya asuransi pertanian masih adanya praktek sistem ijon dan sistem perbankan yang kurang peduli kepada petani2.

Jika di dalami lagi permasalahan yang dihadapi petani adalah kekurangan modal untuk membeli input produksi pertanian. Peran kelompok tani sebagai lembaga desa yang mengayomi atau menyediakan sarana produksi pertanian perlu

2 Apriyantono, A. 2004 Pembangunan Pertanian di Indonesia.http://www.pdfgeni.com//pertanian


(4)

mendapat dukungan dari semua pihak terutama pemerintah. Kemampuan petani dalam mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas karena lembaga keuangan perbankan dan non perbankan menerapkan prinsip 5-C (Character, Collateral,Capacity, Capital dan Condition) dalam menilai usaha pertanian yang tidak semua persyaratan yang diminta dapat dipenuhi oleh petani.

Secara umum, usaha di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi, sedangkan skim kredit masih terbatas untuk usaha produksi, belum menyentuh kegiatan pra dan pasca produksi dan sampai saat ini belum berkembangnya lembaga penjamin serta belum adanya lembaga keuangan khusus yang menangani sektor pertanian (Syahyuti, 2007). Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono telah mencanangkan program Revitalisasi Pertanian pada tanggal 11 Juni 2005 dengan program-program utama antara lain: Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Pengembangan Agribisnis, Peningkatan Kesejahteraan Petani serta Pengembangan Sumberdaya dan Pemantapan Pemanfaatannya, baik di bidang perikanan maupun kehutanan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan.

Salah satu program jangka menengah (2005-2009) yang dicanangkan Kementerian Pertanian RI adalah memfokuskan pada pembangunan pertanian perdesaan. Langkah yang ditempuh adalah melalui pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor PERMENTAN Nomor 09/Permentan/OT.140/2/2011 dibentuk tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Program PUAP merupakan program terobosan Departemen Pertanian untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar sub sektor. PUAP berbentuk fasilitasi bantuan modal usaha petani anggota baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program PUAP memiliki tujuan antara lain: (1) Untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. (2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani. (3)


(5)

5 Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. (4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dicanangkan pada tahun 2008. Melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai pelaksana langsung program PUAP diharapkan dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) bisa tersalurkan dengan tepat sasaran. Penyaluran dana ini difokuskan pada daerah-daerah tertinggal yang memiliki potensi pertanian agribisnis.

Berdasarkan kebijakan teknis program PUAP, sebaran lokasi PUAP meliputi 33 provinsi, 379 kabupaten atau kota, 1.834 kecamatan miskin dan 10.524 desa miskin. Salah satu provinsi yang menerima PUAP adalah Provinsi Jawa Barat. Provinsi ini merupakan daerah penghasil beras terbesar nasional (Lampiran2). Jumlah kuota untuk Jawa Barat adalah sebanyak 529 desa yang terbagi dalam 17 kabupaten dan 2 kota3. Adapun kabupaten dan kota yang mendapatkan program PUAP dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar Desa Penerima Dana PUAP Di Kota dan Kabupaten Provinsi Jawa Barat Tahun 2008

No Nama Kabupaten/Kota Jumlah No Nama Kabupaten/Kota

Jumlah

Kec Desa Kec Desa

1 Kabupaten Bandung 16 25 11 Kota Banjar 1 6 2 Kabupaten Bandung Barat 6 30 12 Kota Depok 5 6 3 Kabupaten Bekasi 5 20 13 Kabupaten Kuningan 11 33 4 Kabupaten Bogor 10 25 14 Kabupaten Majalengka 11 35 5 Kabupaten Ciamis 11 29 15 Kabupaten Purwakarta 4 20 6 Kabupaten Cianjur 11 35 16 Kabupaten Subang 14 35 7 Kabupaten Cirebon 11 35 17 Kabupaten Sukabumi 17 35 8 Kabupaten Garut 12 35 18 Kabupaten Sumedang 13 35 9 Kabupaten Indramayu 8 35 19 Kabupaten Tasikmalaya 9 20 10 Kabupaten Karawang 11 35

Jumlah 101 304 Jumlah 85 225

Rata-rata 10 30 Rata-rata 9 25

Sumber: Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Deptan (PUAP), 2008

3


(6)

I.2 Perumusan Masalah

Permodalan dan akses informasi merupakan permasalahan yang dihadapi petani di perdesaan. Sumber modal yang bisa di dapat dari lembaga bank dan non bank belum bisa di akses dengan mudah oleh petani dikarenakan keterbatasan dan ketidaktahuan yang dimiliki petani. Petani sebagai debitor dan bank sebagai kreditur tidak memiliki titik temu atau kesepakatan dikarenakan pihak debitur tidak memiliki agunan atau jaminan yang jelas untuk mengajukan kredit pinjaman.

Di sisi debitor, karakteristik dari sebagian besar petani yakni masih belum menjalankan bisnisnya dengan prinsip-prinsip manajemen modern, tidak atau belum memiliki badan usaha resmi, keterbatasan aset yang dimiliki, memiliki lahan yang sempit, bermodal rendah, minim teknologi serta jumlah tenaga kerja yang banyak. Sementara itu, di sisi kreditor sebagai lembaga pemodal menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan prinsip-prinsip manajemen modern, izin resmi serta adanya jaminan.

Keterbatasan petani dalam mengakses sumber modal makin menguatkan petani mengalami beragam tekanan, baik tekanan ekonomi maupun tekanan sosial. Tekanan ekonomi berhubungan langsung dalam pengadaan sarana produksi meliputi bibit, pupuk maupun obat-obatan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara itu tekanan sosial lebih bersifat kepada penilaian sebagian besar masyarakat di luar petani yang menilai bahwa petani itu terbelakang dan tertinggal karena tidak mempunyai keinginan untuk maju. Ini yang menyebabkan sebagian besar petani mengalami kemunduran dan kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi banyak terdapat di perdesaan karena sebagian besar petani berada di wilayah desa.

Tahun 2008 program PUAP di Provinsi Jawa Barat khususnya di Kabupaten Bogor telah dilaksanakan dengan jumlah dana yang diterima sebesar 100 juta tiap desa miskin (Lampiran ). Salah satu kecamatan yang menerima dana PUAP adalah Kecamatan Pamijahan yang terdiri dari Desa Cibitung Kulon, Desa Cibitung Wetan, Desa Gunung Picung, Desa Gunung Bunder 1 dan 2. Pemanfaatan dana PUAP dialokasikan untuk pembelian sarana produksi kegiatan pertanian yang meliputi pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan dan lain sebagainya


(7)

7 serta juga digunakan untuk simpan pinjam. Namun pemanfaatan dana tersebut dikhawatirkan digunakan oleh petani tidak pada tempatnya atau terjadi penyimpangan penggunaan dana tersebut.

Pelaksanaan program PUAP pada tahun 2008 merupakan pelaksanaan program perdana yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian RI. Oleh sebab itu dalam pelaksanaannya masih jauh dari sempurna, karena diperlukan sosialisasi dan penjelasan yang utuh mengenai programini kepada petani desa yang minim pendidikan sehingga masih banyak perbaikan, saran maupun masukan yang berguna bagi pelaksanaan program ini pada periode selanjutnya. Hal inilah yang mendorong untuk lebih dikaji bagaimana pelaksanaan program ini. Dengan bantuan langsung berupa modal bergulir sebesar 100 juta per desa per Gapoktan diharapkan wilayah perdesaan akan semakin maju, timbul lapangan kerja di desa dan tidak ada lagi warga desa yang melakukan urbanisasi menuju perkotaan dan lebih memilih membangun desanya secara bersama-sama.

Daerah yang dikaji adalah Desa Cibitung Kulon di Kecamatan Pamijahan. Desa ini memiliki sistem irigasi yang baik dan potensi menghasilkan produksi padi yang unggul dibandingkan desa-desa yang lainnya. Selain itu, Desa Cibitung Kulon mengalokasi 94 persen dana BLM PUAP untuk kegiatan usahatani padi. Hal inilah yang menjadi alasan pemilihan tempat penelitian dilakukan. Lokasi desa yang terletak dibawah kaki gunung Salak menjadikan desa ini tidak pernah mengalami kekeringan atau kekurangan air.

Dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Pamijahan merupakan penghasil tanaman pangan padi terbesar yaitu rata-rata 28 ton pada tahun 2008 dan naik menjadi 33 ton pada tahun 2009. Produktivitas meningkat pada tahun 2008 sebesar 4,372 ton/ha menjadi 4,67 ton/ha pada tahun 2009. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Pamijahan memiliki potensi pertanian sektor tanaman pangan padi yang dapat terus ditingkat terlebih lagi dengan masuknya program PUAP di beberapa desa di wilayah kecamatan tersebut.

Kehadiran program PUAP dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani karena program ini pada dasarnya memberikan bantuan penguatan modal bagi petani. Bantuan modal usaha yang disalurkan melalui


(8)

Gapoktan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha yang mendukung pendapatan rumah tangga petani sehingga meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Berdasarkan hal tersebut menarik untuk diteiliti apakah program PUAP di Kabupaten Bogor telah mampu membantu masalah permodalan petani. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan program PUAP di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana pengaruh dari program PUAP terhadap pendapatan petani padi sebagai peserta program PUAP di Kecamatan Pamijahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis pelaksanaan program PUAP di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor?

2. Menganalisis pengaruh program PUAP terhadap pendapatan petani padi sebelum dengan sesudah mengikuti program PUAP di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari Penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan terutama mengenai program-program yang diberikan oleh Departemen Pertanian.

2. Bagi pembaca dan peneliti lain, dapat berguna sebagai informasi dan bahan rujukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dan evaluasi kepada Departemen Pertanian agar bisa maksimal dalam melakukan sosialisasi mengenai programnya kepada masyarakat.

4. Bagi masyarakat Kecamatan Pamijahan khususnya petani yang menjadi peserta program PUAP sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan usahanya dibidang agribisnis on farm khususnya tanaman pangan


(9)

9 1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini melingkupi pengaruh program PUAP yang dinilai dengan pendapatan usahatani padi dimana respondennya adalah petani Gapoktan Rukun Makmur penerima dana BLM PUAP tahun 2008. Gapoktan yang diteliti adalah Gapoktan yang berada di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan. Penelitian memfokuskan pada perubahan pendapatan petani sebelum menerima dana PUAP dengan pendapatan petani setelah menerima PUAP serta pelaksanaan program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur.


(10)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan produksi, penggunaan teknologi baru dalam usahatani dan peningkatan produksi pangan secara nasional (Sagala 2010).

Kemudian pada tahun 1985, kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan Kredit Usaha Tani (KUT) sebagai penyempurnaan dalam sistem kredit massal BIMAS, dimana pola penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui Koperasi Unit Desa (KUD). Sejalan dengan perkembangannya dari tahun ke tahun ternyata pola demikian banyak menemui kesulitan terutama dalam penyaluran kredit. Hal ini diakibatkan tunggakan pada musim sebelumnya sangat tinggi dan dalam kenyataannya banyak kelompok tani di wilayah KUD yang tidak menerima dana tersebut, padahal mereka memiliki kemampuan untuk melunasinya.

Setelah sepuluh tahun berjalan akhirnya pada tahun 1995 KUT mengalami perubahan dari pemerintah dengan mencanangkan skim kredit KUT pola khusus. Pada pola ini, kelompok tani langsung menerima dana dari Bank pelaksana bukan melalui KUD. Sepanjang perkembangan sistem baru tersebut, ternyata terjadi penunggakan yang besar dibeberapa daerah dikarenakan anjloknya harga gabah yang diterima petanni, faktor bencana alam, dan penyimpangan yang terjadi dalam proses penyaluran serta pemanfaatan dana tersebut. Salah satunya adalah pengalihan dana KUT yang seharusnya untuk usahatani kemudian dialihkan untuk keperluan konsumsi rumah tangga atau pembiayaan anak sekolah.

Program yang selanjutnya adalah program penguatan modal dengan nama Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Program ini diperkenalkan pada bulan Oktober 2000 sebagai pengganti KUT. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan pendapatan petani yang sasarannya untuk fasilitas modal usahatani tanaman pangan (padi dan palawija), tebu, peternakan, perikanan dan pengadaan pangan (Sagala 2010). Skim program ini pengaturannya adalah melalui


(11)

10 Bank pelaksana yang disalurkan melalui koperasi dan atau kelompok tani yang selanjutnya disalurkan kepada anggotanya langsung.

Pengajuan untuk memperoleh dana tersebut dilakukan melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Pengajuan ini dapat berbentuk proposal usaha yang selanjutnya dilakukan pemberian kredit. Dalam upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berusaha, pemerintah melalui Departemen Pertanian tahun 2002 mengeluarkan kebijakan baru berupa program fasilitas Bantuan Langsung Tunai (BLM). Program ini diarahkan untuk kegiatan ekonomi produktif, bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung penguatan proses kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan dan bantuan sistem pelaporan untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif.

Pada tahun 2008 dengan adanya kepemimpinan baru di pemerintahan, maka pemerintah melalui Departemen Pertanian mencanangkan program jangka menengah yang diberi nama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang bertujuan untuk penguatan modal yang diberikan serta pelatihan kepada anggota atau pengurus kelompok tani. PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau disingkat PNPM Mandiri. Melalui bantuan modal usaha yang diiringi dengan adanya pelatihan langsung dilapangan diharapkan dapat menumbuhkembangkan usaha agribisnis potensi pertanian desa baik off farm atau on farm.

PNPM Mandiri ini adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan sdan meningkatkan kesempatan kerja khususnya di wilayah perdesaan. Kebijakan dari program PUAP diwujudkan dengan penerapan pola bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Dalam operasional penyaluran dana PUAP dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada Gapoktan sebagai pelaksana langsung penyaluran dana kepada anggota. Gapoktan ini didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping ditingkat kecamatan dan penyelia mitra tani ditingkat kabupaten atau kota.


(12)

Kegiatan tahap pertama program PUAP adalah pendidikan dan pelatihan (Diklat) terpadu dari Departemen Pertanian (Deptan), adapun dana hibah merupakan pelengkap atau penunjang bagi kelancaran program tersebut. Pada tahap ini terdiri dari tiga aspek yaitu diklat kepemimpinan, diklat kewirausahaan dan diklat manajemen. Diklat kepemimpinan diberikan kepada ketua kelompok dan anggota gabungan kelompok tani dalam mengelola dan mengarahkan para petani yang menjadi anggota kelompok. Diklat kewirausahaan meliputi pengembangan keterampilan usaha pengolahan hasil tani agar menjadi produk yang bisa memberikan nilai tambah bagi petani tersebut. Selain itu diklat ini juga mengembangkan sikap kreatif dan inovatif yang bisa menumbuhkan ide-ide yang peluang usaha yang lain bagi petani.

Dana hibah yang digulirkan pada program PUAP ini merupakan sarana untuk menunjang program tersebut agar berjalan dengan baik. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ditujukan untuk memberikan modal kepada kelompok tani. Arus sirkulasi perputaran uang diharapkan dapat berputar secara merata kepada setiap anggota kelompok tani. Dengan dana yang diberikan ini diharapkan Gapoktan atau Poktan memiliki Unit Usaha Otonom yang dikelola secara mandiri dan bertanggungjawab. Adapun skema dari pola dasar PUAP dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Skema Pola Dasar PUAP Sumber : Pedoman Dasar PUAP, 2008

DIKLAT 1.KEPEMIMPINAN 2.KEWIRAUSAHAAN 3.MANAJEMEN

KOMITE PENGARAH

USAHA PRODUKTIF PETANI

GAPOKTAN

PENDAMPING

POLA DASAR PUAP

BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Rencana

Usaha Bersama

(RUB)

PENYELIA MITRA TANI


(13)

12 2.2 Tujuan dan Sasaran Program PUAP

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) mempunyai tujuan utama sebagaimana tercantum pada pedoman umum PUAP adalah untuki :

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah;

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan

Selain tujuan program PUAP juga memiliki sasaran program. Adapun sasaran yang ingin diharapaka dari program PUAP ini adalah :

1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/ tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa;

2. Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani;

3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan

4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman

2.3 Kelembagaan dan Peran Kelembagaan

Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga adalah organisasi atau kaedah-kaedah baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu.

Kelembagaan mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat aturan, prosedur, norma perilaku


(14)

individual dan sangat penting artinya bagi pengembangan pertanian. Pada dasarnya kelembagaan mempunyai dua pengertian yaitu: kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of the game) dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hirarki (Hayami dan Kikuchi, 1987)3. Kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan serta tanggung jawabnya.

Lembaga perdesaan diperlukan untuk merangsang energi sosial pada masyarakat, akan tetapi dapat juga dijadikan sebagai tempat untuk membangun pembangunan di tingkat desa. Sesuai dengan terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk membuat suatu kelembagaan di tingkat perdesaan yaitu Gabungan Kelompok Tani disingkat Gapoktan yang terdiri dari beberapa kelompok tani (Poktan). Kelembagaan perdesaan sangat dibutuhkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di desa yang memiliki potensi untuk maju. Dengan adanya kelembagaan perdesaan, informasi dan teknologi baru dapat diterima petani dengan baik, serta pemasaran hasil produksi petani akan lebih mempunyai harga jual yang tinggi, hal ini dikarenakan jaringan yang kuat antar sesama kelompok tani yang saling bekerja sama.

Terkait dengan komunitas perdesaan, maka terdapat beberapa unit sosial (kelompok, kelembagaan dan organisasi) yang merupakan aset untuk dapat dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Pengembangan kelembagaan di tingkat lokal dapat dilakukan dengan sistem jejaring kerjasama yang setara dan saling menguntungkan.

Menurut Sagala, (2010), kelembagaan di perdesaan dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu: pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD dan KUD. Kedua, kelembagaan tradisional atau lokal yang merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri. Biasanya kelembagaan ini berwujud nilai-nilai, kebiasan-kebiasan dan cara-cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas seperti kebiasaan gotong-royong, simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya

3


(15)

14 2.3 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Kelompok Tani (Poktan)

Menurut Kementerian Pertanian (2008), mendefinisikan Gabungan Kelompok tani sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah administratif desa atau berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak perairan tersier.

Menurut Syahyuti (2007), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan bagi anggotanya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelankangi oleh kenyataan kelemahan ekstabilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap masalah keuangan, pemasaran, penyedia sarana produksi pertanian dan sumber informasi. Akan tetapi lembaga ini diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi yang didalamnya bisa dibentuk unit-unit usaha yang dapat bergerak secara mandiri untuk kemajuan bersama.

Menurut Kementerian Pertanian (2008), kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria atau wanita) maupun petani taruna (pemuda dan pemudi), yang terkait secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama, kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

Dalam pengembangannya, kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan selama ini petani banyak mendapat subsidi dari pemerintah seperti bibit, benih, dan yang saat ini diberikan oleh pemerintah adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP). Dana BLM PUAP diberikan berupa kredit pertanian, dimana dana tersebut diberikan kepada petani dengan syaray yang mudah seperti bunga yang rendah, kredit tanpa agunan dan sebagainya yang selama ini mempersulit permodalan petani.

2.4 Pengertian Kredit

Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai tiga komponen penting, yaitu pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan.


(16)

Pertumbuhan ekonomi ditunjukan oleh adanya peningkatan produksi (output). Peningkatan produksi hanya dapat dicapai dengan cara menambah jumlah input atau dengan cara menerapkan teknologi baru serta penanganan produk secara tepat waktu, cara dan dosis. Penambahan input, penangan produk yang tepat dan cepat serta penerapan teknologi baru akan selalu diikuti dengan penambahan modal. Dalam hal, pelaksanaan pembangunan berarti pula peningkatan penggunaan modal secara tepat dan efektif. Penggunaan modal ini berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman (kredit), akan tetapi dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki maka dibutuhkan modal pinjaman yang tepat waktu guna menjaga input agar memiliki produktivitas yang maksimal.

Berdasarkan Undang-undang No,10 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Undang-undang No.8 tahun 1992, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga pinjaman.

Berdasarkan jenis kepentingannya, kredit dapat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kredit produksi dan kredit konsumsi. Kredit produksi diberikan kepada peminjam untuk membiayai kegiatan usaha yang besifat produtif, sedangkan kredit konsumsi diberikan kepada peminjam yang kekurangan dana untuk membiayai konsumsi keluarga seperti biaya anak sekolah.

Menurut Suyatno (2006), didalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur kredit, yaitu :

1. Kepercayaan

Merupakan keyakinan dari pihak pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang dan barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini timbul karena sebelumnya pihak pemberi kredit telah melakukan penyelidikan dan analisa terhadap kemampuan dan kemaun calon nasabah dalam membayar kembali kredit yang akan disalurkan.

2. Suatu masa akan memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini


(17)

16 terkandung pengertian nilai uang, yaitu nilai uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterimanya kembali pada masa yang akan datang.

3. Degree of Risk

Suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang. Semakin lama jangka waktu kredit yang diberikan semakin tinggi resiko yang dihadapinya karena dalam waktu tersebut terdapat juga unsur ketidakpastian yang tidak diperhitungkan. Keadaan inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko yang lahirnya yang bernama jaminan.

4. Prestasi atau Objek Kredit

Pemberian kredit tidak hanya diberikan dalam bentuk uang, akan tetapi juga dapat diberikan dalam bentuk barang dan jasa, namun dapat dinilai dalam bentuk uang. Dalam prakteknya transaksi kredit pada umumnya adalah menyangkut uang.

2.6 Penelitian Terdahulu Mengenai Program Bantuan Penguatan Modal Bergulir

Sejak pemerintahan pada zaman orde baru dulu juga telah meluncurkan kredit program yang diawali dengan kredit Bimas guna mendukung ketersediaan modal petani. Dalam perkembangannya model program kredit pertanian ini telah mengalami perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran dan bentuk kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian. Pemerintah selama ini sudah memberikan bantuan modal bergulir yang sudah berjalan diantaranya : (1) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); (2) Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM); (3) Kredit Ketahanan Pangan (KKP); (4) Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP); (5) Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Dari program pemerintahan tersebut telah dikaji dalam penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh masing-masing yaitu ; (1) Kasmadi (2005); (2) Filtra (2007); (3) Lubis (2005); Pertiwi (2006); Tarmidi (2006); Ifan (2009); Yulistia (2010) dan Koko (2009).


(18)

Penelitian Koko (2009) mengenai Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Anggota Gapoktan. Penelitian ini dilakukan dengan alat analisis pendapatan usahatani, uji t-statistik, uji korelasi dan analisis R/C rasio. Berdasarkan hasil penelitian di tiga Gapoktan dengan menggunakan uji korelasi, diperoleh hasil bahwa pengaruh PUAP terhadap kinerja Gapoktan sebelum dan setelah adanya PUAP berdasarkan indikator organisasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja Gapoktan itu sendiri. Dari hasil penelitian tersebut mayoritas responden petani yang menggunakan dana BLM-PUAP untuk menambah usahanya dan menyatakan ingin melakukan peminjaman kembali karena merasakan manfaat langsung dari pinjaman dana tersebut.

Dari hasil tersebut pendapatan anggota Gapoktan sebelum dan setelah menerima BLM-PUAP mengalami perubahan peningkatan. Hal ini dibuktikan melalui uji t-hitung terhadap perubahan pendapatan yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata dari pendapatan responden petani sebelum dan setelah adanya program PUAP.

Penelitian Sagala (2010), mengenai Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani Padi. Penelitian ini dilakukan dengan alat analisis pendapatan usahatani, uji t-statistik, dan analisis R/C rasio. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terjadi perubahan pendapatan petani padi antara sebelum dan sesudah adanya program PUAP.

Hasil penelitian Pertiwi (2006) mengenai Pengaruh Kelompok Usaha Bersama (KUB) pada program pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan memberikan gambaran bahwa program-program yang digulirkan baik dalam bentuk dana bantuan maupun pelatihan kepada masyarakat yang menekuni sektor riil sangat diminati dan mendapatkan respon yang positif. Walaupun program ini tidak berada pada sektor pertanian di perdesaan, akan tetapi persamaannya adalah dari tujuan dana tersebut digulirkan. Dari program tersebut lapangan kerja tercipta sehingga pengurangan pengangguran dan angka kemiskinan menjadi turun dengan signifikan. Hanya saja dari program ini sistem pengawasan dan pengendalian tidak sebaik dari program pemerintah yang sejenis.


(19)

18 Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarmidi (2006) mengenai Pengaruh Pengelolaan Kredit Mikro Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Analisis Pendapatan Keluarga Miskin memberikan pengertian bahwa kredit sebesar apapun yang diperuntukan bagi warga miskin akan memperoleh respon yang positif. Dana yang bergulir tersebut akan memberikan stimulus bagi warga miskin untuk memperkuat perekonomiannya. Pemberian kredit mikro dengan melibatkan Bank BUMN akan memberikan iklim usaha yang baik bagi dunia perbankan dan sektor ekonomi mikro, sehingga perekonomian nasional perlahan akan naik.

Kelebihan dari kredit yang ditawarkan biasanya tidak memakai agunan sehingga banyak warga yang menggunakan fasilitas tersebut. Akan tetapi yang menjadi kekurangnya adalah tidak adanya pengawasan yang optimal dari tingkat pusat ke daerah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya kebocoran-kebocoran dana di tengah prosesnya. Terlebih lagi dana tersebut hanya diperuntukan bagi masyarakat miskin perkotaan yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai pedagang kecil. Pengucuran dana dilakukan melalui bank-bank BUMN yang ditunjuk oleh pemerintah sehingga dalam hal ini pihak bank yang melakukan pengawasan dan kontrol terhadap program pemerintah.

Penelitian Yulistia (2009) mengenai analisis pendapatan dan efisiensi produksi belimbing dewa peserta primatani merupakan salah satu penelitian yang menganalisis pengaruh peran program pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian di tingkat perdesaan. Penelitian tentang Primatani memiliki kesamaan tujuan dalam aplikasi penerapan dilapangan yaitu melibatkan semua aspek yang memiliki kepentingan bersama dalam hal memajukan pertanian di Indonesia. Kemudian hal yang sama juga terjadi pada penelitian Ifan (2009) mengenai Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan program dari pemerintah yang memberikan pengaruh dari program-program yang digulirkan oleh pemerintah pusat dalam rangka memberdayakan ekonomi sektor mikro.

Dari penelitian terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis terhadap pendapat petani di Desa


(20)

Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Program ini merupakan fasilitas terhadap permodalan petani dalam bentuk simpan pinjam yang disalurkan melalui lembaga desa yaitu Gapoktan. Gapoktan sendiri mendirikan sebuah unit lembaga keuangan mikro untuk fokus mengelola kredit tersebut. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani untuk melihat pengaruh yang timbul dari program PUAP sebelum dan setelah adanya program ini.


(21)

20


(22)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab dan memecahkan pokok permasalahan suatu penelitian percobaan tertentu yang ilmiah.

3.1.1. Struktur Biaya

Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Komposisi biaya yang terjadi pada suatu usaha disebut struktur biaya. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya yang dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Mulyadi, 1999).

Perilaku biaya berhubungan dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Pengusaha harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya tetap terdiri dari gaji tenaga kerja administrasi, penyusutan kandang, penyusutan ternak dan lahan tempat pengelolaan ternak yang dianggap sebagai biaya yang diperhitungkan sebagai sewa lahan.

Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi dianggap variabel, maka biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya produksi dapat berubah apabila skala usaha berubah. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja langsung, pakan, obat-obatan, dan penyusutan peralatan tidak tahan lama.

Konsep biaya jangka panjang diperlukan oleh pengusaha untuk menentukan skala usaha dari suatu perusahaan. Pengusaha dapat menyesuaikan besarnya skala usaha agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Dalam membuat keputusan jangka panjang, pengusaha harus mengetahui biaya produksi yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang dapat diketahui dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang.


(23)

21 Hernanto (1989) mengungkapkan bahwa biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan :

1) Berdasarkan jumlah output yang dihasikan terdiri dari :

a) Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.

b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalkan pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja.

2) Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari : a) Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.

Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenagan kerja luar keluarga. Biaya tunai berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani.

b) Biaya tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen suatu usahatani.

Menurut Suratiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut :

1) Faktor internal dan eksternal

Faktor internal antara lain umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi biaya adalah input (ketersediaan dan harga) dan output (permintaan dan harga). 2) Faktor manajemen

Di samping faktor internal dan eksternal maka manajemen juga sangat menentukan. Dengan faktor internal tertenu maka petani harus dapat mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak sepenuhnya dapat dikuasai. Petani harus dapat melaksanakan usahataninya


(24)

dengan sebaik-baiknya yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaanny sangat diperlukan berbagai informasi tentang kombinasi faktordan informasi harga baik harga faktor produksi maupun produk. Dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera mengantisipasi perubahan yang ada agar tidak salah pilih dan merugi.

3.1.2 Konsep Usahatani.

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang maksimal pada waktu tertentu (Soekartawi 2002). Usahatani dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara tepat dan baik. Sedangkan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mubyarto 1989). Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian.

Organisasi ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai pengelolanya (Hernanto 1989). Dalam usahatani petani biasanya tidak terfokus dalam satu komoditi saja, pilihan biasanya ditunjukkan pada komoditi yang menguntungkan. Dalam menentukan komoditi ini banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain keadaan fisik lahan, jaminan kelangsungan, fluktuasi harga komoditi, modal yang dimiliki, teknologi yang dikuasai, musim tanam dan pertimbangan ekonomis.


(25)

23 Usahatani yang dimaksud di atas antara lain meliputi : (a) adanya lahan, tanah usahatani yang di atasnya tumbuh tanaman, ada tanah yang dibuat kolam tambak, sawah dan tegalan, (b) ada bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang lantai jemur dan lain-lain, (c) ada alat-alat pertanian seperti cangkul, garpu, linggis, sprayer, pencurahan, tenaga kerja untuk mengelola tanah untuk menanam, memelihara dan lain-lain serta (d) ada petani yang menerapkan rencana usahataninya, mengawasi jalannya usahatani dan menikmati hasil usahataninya (Hernanto 1989).

Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produk di bidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Karena dalam kegiatan itu petani yang bertindak sebagai pengelola, pekerja, dan sebagai penanam modal pada usaha tersebut, maka pendapatan itu digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.

Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh seorang yang disebut petani (Hernanto 1989). Keempat unsur ini tidak dapat dipisahkan karena kedudukannya dalam usahatani sama-sama penting. Pengenalan dan pemahaman keempat unsur pokok tersebut diperlukan karena berkaitan dengan kepemilikan dan penguasaan faktor produksi.

Ilmu yang mempelajari tentang usahatani dikenal dengan ilmu usahatani. Menurut Soekartawi (1995) ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada di lapangan pertanian secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya


(26)

bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Hernanto (1989) berpendapat bahwa selalu ada empat unsur pokok dalam usahatani atau sering juga disebut sebagai faktor-faktor produksi. Keempat unsur tersebut antara lain adalah :

1) Lahan

Lahan merupakan faktor produksi yang mewakili unsur alam dan merupakan jenis modal yang sangat penting. Lahan usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil, pemberian negara, warisan ataupun wakaf. Penggunaan lahan dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur ataupun tumpangsari. 2) Tenaga kerja

Tenaga kerja dalam usahatani sangat diperlukan dalam menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Jenis tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja maka petani mempekerjakan buruh yang berasal dari luar keluarga dengan member balas jasa atau upah. Berdasarkan hal tersebut, menurut sumbernya tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam dan luar keluarga.

3) Modal

Modal adalah faktor produksi dalam usahatani setelah lahan dan tenaga kerja. Penggunaan modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas, baik lahan maupun tenaga kerja untuk menciptakan kekayaan dan pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.

4) Pengelolaan (manajemen) usahatani

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang


(27)

25 dikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Manajemen merupakan tindakan manusia (petani) dengan kemampuan dan keterampilannya mengkombinasikan faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal dalam proses produksi pertanian untuk tujuan menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan secara maksimum.

Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pemahaman terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi syarat bagi seorang pengelola. Pengenalan dan pemahaman prinsip teknik meliputi perilaku cabang usaha yang diputuskan, perkembangan teknologi, tingkat teknologi yang dikuasai dan cara budidaya atau alternatif lain berdasar pengalaman orang lain.

Pengenalan pemahaman prinsip ekonomis antara lain penentuan perkembangan harga, kombinasi cabang harga, pemasaran hasil, pembiayaan usahatani, penggolongan modal dan pendapatan serta ukuran-ukuran keberhasilan yang lazim. Panduan penerapan kedua prinsip itu tercermin dari keputusan yang diambil agar risiko tidak menjadi tanggungan si pengelola. Kesediaan risiko sangat tergantung kepada tersedianya modal, status petani, umur, lingkungan usaha, perubahan posisi, pendidikan dan pengalaman petani.

3.1.3 Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani.

Penerimaan usahatani disebut sebagai pendapatan kotor usahatani dan selanjutnya dihitung dari jumlah produk dikalikan dengan harga per satuan atau dapat dirumuskan :

TR = Y. Py di mana :

TR = Jumlah penerimaan Y = Produk

Py = Harga produk per satuan

Secara khusus bagi petani, analisis pendapatan usahatani dapat memberikan bantuan untuk mengukur tingkat keberhasilannya dalam usaha. Suatu


(28)

usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat: (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal dan (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

Dalam kaitan ukuran keberhasilan suatu usahatani yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya, lebih jauh menyatakan beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi. Syarat- syarat tersebut adalah : (1) usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat-alat yang diperlukan; (2) usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipergunakan dalam usahatani tersebut; (3) usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dalam keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak; (4) usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula dan (5) usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer (Sagala dalam Hadisapoetro, 2010).

Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu petani untuk menentukan pilihan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani gambir yang akan memilih bentuk output yang mana yang menjanjikan keuntungan lebih besar.

Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Pendapatan petani dari usahataninya adalah sebagian dari pendapatan kotor yang karena tenaga keluarga dan kecakapannya memimpin usahanya dan sebagian bunga dari kekayaannya sendiri yang telah dipergunakan di dalam usahataninya menjadi hak dari keluarganya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat luar (Sagala dalam Hadisapoetra, 2010).


(29)

27 Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan)

Pengeluaran usahatani mencakup beberapa unsur seperti pembelian sarana produksi, upah buruh tani, sewa ternak kerja atau traktor, sewa alat-alat, bangunan dan lahan (apabila lahan bukan milik sendiri), pembelian alat-alat, perbaikan alat, biaya pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya, pembayaran pajak dan sumbangan wajib lainnya, serta pengurangan nilai investasi (penyusutan). Pengeluaran tersebut sering disebut sebagai pengeluaran usahatani keluarga. Selain itu terdapat juga pengeluaran serperti nilai tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan serta bunga modal sendiri. Jumlah dari keduanya disebut total pengeluaran usahatani. Berdasarkan cara perhitungan pendapatan usahatani, dikenal dua jenis pendapatan, yaitu pendapatan bersih usahatani (net farm income) dan pendapatan kotor (gross farm income).

Pendapatan bersih dihitung dari hasil pengurangan antara jumlah penerimaan (total revenue) dengan jumlah biaya (total cost) yang dikeluarkan dalam proses produksi. Dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih usahatani merupakan keuntungan usahatani (profit) dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

= TR − TC di mana :

= Keuntungan (Pendapatan Usahatani) TR = Total revenue

TC = Total cost

Menurut Soekartawati et al (1986), pendapatan kotor usahatani secara operasional dapat dihitung. Pendapatan kotor untuk tanaman meliputi (1) nilai hasil yang dijual, (2) nilai hasil yang dikonsumsi dalam rumah tangga petani, (3) nilai hasil yang digunakan untuk bibit, (4) nilai hasil yang digunakan untuk pembayaran, dan (5) nilai hasil yang masih disimpan. Pengeluaran usahatani meliputi seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat


(30)

berwujud biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya faktor- faktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang terpakai proses produksi atau habis terpakai dalam jangka waktu analisis usahatani. Data produksi meliputi hasil (produksi) yang diperoleh dan yang diberikan kepada pihak lain karena jasanya dalam kegiatan usahatani tersebut.

Biaya variabel sangat mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya faktor-faktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang tidak habis terpakai dalam proses produksi atau tidak habis terpakai selama jangka waktu analisis usahatani. Dalam analisis jangka panjang hampir tidak terdapat biaya tetap karena semua faktor produksi bersifat variabel. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat-alat, sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja harian dan biaya bibit. Jadi biaya tetap ini tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh.

Kesulitan dalam menghitung biaya usahatani biasanya timbul bila tanaman yang diusahakan itu lebih dari satu komoditi, misalnya tanaman tumpangsari jagung dan kedelai. Hal ini menyebabkan jumlah input yang dipakai tidak diketahui persis diarahkan untuk tanaman jagung atau kedelai. Besaran pendapatan yang diperoleh dari usahatani tergantung pada: luas lahan usahatani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang sering disebut yang sering disebut sebagai pendapatan total.

Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut:

Itunai = NP – BT

Itotal = NP – (BT+BD)

Keterangan:

Itunai = Tingkat Pendapatan Bersih Tunai

Itotal = Tingkat Pendapatan Bersih Total

NP = Nilai produk; Hasil Perkalian Jumlah Output Dengan Harga Satuan BT = Biaya tunai


(31)

29 3.1.4 Imbangan Penerimaan dan Biaya

Menurut Hernanto (1989), tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). R/C rasio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani memiliki nilai R/C rasio lebih besar dari satu dapat dikatakan menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu, berarti penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan bahwa usahatani tersebut belum menguntungkan.

Sedangkan jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C rasio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas.

3.1.5EvaluasiProgram PUAP

Keberhasilan program ini dalam rangka pemberdayaan potensi agribisnis desa akan memberikan pengaruh berupa manfaat yang optimal terutama bagi petani yang membudidayakan atau mengusahakan tanaman pangan padi. Oleh karena itu, evaluasi terhadap pelaksanaan program ini perlu dilakukan untuk memberikan masukan terhadap program PUAP lanjutan tahun ini. Adapun indikator-indikator dari keberhasilan PUAP berdasarkan pedoman atau juknisnya antara lain9:

1. Indikator keberhasilan output yaitu :

a. Tersalurkannya dana BLM-PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan b. Terlaksananya fasilitas Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia

Mitra Tani

2. Indikator keberhasilan outcome yaitu :

9


(32)

a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani;

b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha;

c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; dan

d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. 3. Indikator benefit dan Impact antara lain :

a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa peserta PUAP;

b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan

c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran

Berdasarkan dari indikator tersebut dapat dinilai keberhasilan program PUAP dalam memberikan pengaruh terhadap pendapatan petani peserta. Dengan digunakannya salah satu indikator keberhasilan, maka program PUAP berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani peserta. Salah satu yang menjadi indikator dari keberhasilan penerapan program PUAP adalah dapat dilihat dari dimensi moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran. Indikator yang dimaksud adalah menilai tingkat pendapatan. Pemilihan indikator ini dengan pertimbangan bahwa pendapatan merupakan salah satu parameter yang bisa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan seseorang.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan salah satu program terobosan dari Departemen Pertanian yang menitikberatkan pada pengembangan agribisnis dengan melihat pontensi komoditi yang dimiliki desa peserta PUAP. Sejak februari 2008 program ini dirancang dengan tujuan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang memiliki lumbung pangan mandiri, sehingga hal ini berdampak pada pengurangan penggunaan devisa akibat


(33)

31 dari impor beras atau bahan baku pertanian. Pada awal digulirkannya program ditujukan untuk terlebih dahulu memberdayakan sektor on farm terlebih dahulu dan dalam rangka mempertahankan predikat swasembada pangan tahun 2008, hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang masih kekurangan baik itu sektor pertanian dan peternakan.

Komoditi tanaman pangan merupakan sektor komoditi on farm yang terbesar dibiayai oleh dana BLM PUAP terutama di wilayah Propinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan tanaman pangan merupakan komoditi yang menjadi prioritas dari pemerintah untuk dapat dikembangkan yang dalam jangka panjangnya nanti Indonesia tidak lagi menjadi importir bahan baku pertanian

Alokasi dana yang sebagian besar ditujukan untuk tanaman pangan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk wilayah Propinsi Jawa Barat, pemerintahan pusat mempunyai tujuan untuk menjadikan propinsi ini sebagai lumbung pangan. Dengan melihat dasar yang jelas tersebut, maka komoditi tanaman pangan dapat menjadi indikator dari keberhasilan program PUAP dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pendapatan petani di desa.

Salah satu penilaian keberhasilan atau pengaruh dari program PUAP adalah dengan melihat dari salah satu indikator yang diberikan oleh Departemen Pertanian dalam pedoman PUAP yang diantaranya adalah adanya peningkatan kesejahteraan atau pendapatan petani dari sebelum mendapatkan dana BLM PUAP dengan pendapatan sesudah memperoleh dana BLM PUAP. Penilaian keberhasilan ini adalah dengan mengambil sampel salah satu komoditi pertanian yang mayoritas dibiayai PUAP yaitu tanaman pangan. Perbedaan mencolok dalam melihat pengaruh program ini adalah tingkat hasil produktivitas padi yang meningkat dari sebelum memperoleh dana ini.


(34)

Gambar 2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional Permasalahan pertanian di Perdesaan 1. SDM Petani

2. Kemampuan Permodalan 3. Akses Informasi

Pengaruh Keberhasilan Program PUAP Terhadap Pendapatan

Petani-petani Tanaman Pangan (Padi) Penyaluran melalui Gapoktan

dengan kredit PUAP Program PUAP 1. Pengentasan Kemiskinan 2. Lapangan Kerja

3. Pemerataan Pembangunan di Desa 4. Penguatan Modal Usaha

Pendapatan Petani Padi Setelah PUAP bergulir Pelaksanaan Program PUAP dilihat dari

tingkat pendapatan dengan metode Analisis Usahatani

Pendapatan petani padi Sebelum PUAP bergulir

Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Rukun Makmur


(35)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif khususnya tanaman pangan yang menjadi andalan di Kabupaten Bogor. Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Petani adalah Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan. Pemilihan tempat penelitian tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan beberapa hal diantaranya : (1). Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu sentra penghasil sentra tanaman pangan di Kabupaten Bogor, (2). Lokasi yang sangat strategis dekat dengan pemerintah pusat ekonomi nasional ditambah dengan akses sarana dan prasarana transportasi yang memadai, (3). Kecamatan ini merupakan salah satu daerah pertama dalam penerima dana BLM PUAP sejak tahun 2008, (4). Produktivitas tanaman pangan yang tinggi dibandingkan kecamatan lainnya, dan (5). Letak lokasi yang dekat dengan sumber air sehingga sangat cocok untuk budidaya tanaman pangan khususnya padi yang membutuhkan pasokan air yang cukup.

Penelitian dilakukan dengan mengambil satu sampel desa dari lima desa yang menjadi peserta program PUAP. Desa Cibitung Kulon dipilih dikarenakan proporsi dari penggunaan dana BLM PUAP mayoritas untuk budidaya (on farm) tanaman pangan khususnya padi. Pelaksanaan penelitian dilakukan sejak awal penyusunan proposal hingga penyerahan skripsi terhitung dari Juni 2009 hingga Agustus 2009.

4.2 Data dan Instrumentasi

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengumpulkan variabel-variabel yang akan digunakan untuk estimasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen


(1)

107 Lampiran 18. Rata-Rata Biaya Tunai dan Total Usahatani Petani Responden Di Gapoktan Rukun Makmur Setelah Adanya PUAP

(Rupiah) Luas

Lahan

Harga Benih

Harga P.Kandang

Harga P.Urea

Harga

P.Ponska Hargap.TSP

Harga P.Pestisida

Tenaga Kerja

Biaya Total

Biaya Tunai LK (Rp) DK (Rp) Total Sewa

Traktor

40.000 4 1.696.080 135.000 520.000 828.000 611.456 27.846 22.370.600 5.084.400 27.455.000 2.520.000 34.318.382 29.144.554 7.636 1 323.799 25.773 99.273 158.073 116.073 5.316 4.270.771 970.663 5.241.434 481.093 6.975.835 5.988.099 1.500 0 63.603 5.063 19.500 31.050 23.414 1.044 838.898 190.665 1.029.563 94.500 1.792.737 1.598.718 1.818 0 77.094 6.136 23.636 37.636 28.145 1.266 1.016.844 231.109 1.247.953 114.545 2.061.413 1.826.240 7.636 1 323.799 25.773 99.273 158.073 115.462 5.316 4.270.771 970.663 5.241.434 481.093 6.975.224 5.987.488 2.200 0 93.284 7.425 28.600 45.540 35.200 1.532 1.230.383 279.642 1.510.025 138.600 2.385.206 2.100.645 6.545 1 277.541 22.091 85.091 135.491 104.727 4.557 3.660.647 831.993 4.492.640 412.364 6.059.502 5.212.874 2.500 0 106.005 8.438 32.500 51.750 40.000 1.740 1.398.163 317.775 1.715.938 157.500 2.638.870 2.315.506 10.000 1 424.020 33.750 130.000 207.000 160.000 6.962 5.592.650 1.271.100 6.863.750 630.000 8.980.482 7.687.025 3.000 0 127.206 10.125 39.000 62.100 48.000 2.088 1.677.795 381.330 2.059.125 189.000 3.061.644 2.673.607 5.000 1 212.010 16.875 65.000 103.500 80.000 3.481 2.796.325 635.550 3.431.875 315.000 4.752.741 4.106.012 4.900 0 207.770 16.538 63.700 101.430 78.400 3.411 2.740.399 622.839 3.363.238 308.700 4.668.186 4.034.392 30.000 3 1.272.060 101.250 390.000 621.000 480.000 20.885 16.777.950 3.813.300 20.591.250 1.890.000 25.891.445 22.011.074 5.000 1 212.010 16.875 65.000 103.500 80.000 3.481 2.796.325 635.550 3.431.875 315.000 4.752.741 4.106.012 4.500 0 190.809 15.188 58.500 93.150 72.000 3.133 2.516.693 571.995 3.088.688 283.500 4.329.967 3.747.911 5.000 1 212.010 16.875 65.000 103.500 80.000 3.481 2.796.325 635.550 3.431.875 315.000 4.752.741 4.106.012 4.745 0 201.217 16.016 61.691 98.231 75.927 3.304 2.653.970 603.195 3.257.165 298.964 4.537.515 3.923.710 4.500 0 190.809 15.188 58.500 93.150 72.000 3.133 2.516.693 571.995 3.088.688 283.500 4.329.967 3.747.911 6.000 1 254.412 20.250 78.000 124.200 96.000 4.177 3.355.590 762.660 4.118.250 378.000 5.598.289 4.822.215 6.000 1 254.412 20.250 78.000 124.200 96.000 4.177 3.355.590 762.660 4.118.250 378.000 5.598.289 4.822.215 10.000 1 424.020 33.750 130.000 207.000 160.000 6.962 5.592.650 1.271.100 6.863.750 630.000 8.980.482 7.687.025

600 0 25.441 2.025 7.800 12.420 9.600 418 335.559 76.266 411.825 37.800 1.032.329 954.721

1.500 0 63.603 5.063 19.500 31.050 24.000 1.044 838.898 190.665 1.029.563 94.500 1.793.322 1.599.304 909 0 38.547 3.068 11.818 18.818 14.545 633 508.422 115.554 623.977 57.273 1.293.679 1.176.092 4.000 0 169.608 13.500 52.000 82.800 60.525 2.785 2.237.060 508.440 2.745.500 252.000 3.903.717 3.386.335 4.500 0 190.809 15.188 58.500 93.150 70.243 3.133 2.516.693 571.995 3.088.688 283.500 4.328.210 3.746.154 5.000 1 212.010 16.875 65.000 103.500 74.936 3.481 2.796.325 635.550 3.431.875 315.000 4.747.677 4.100.948

600 0 25.441 2.025 7.800 12.420 9.058 418 335.559 76.266 411.825 37.800 1.031.786 954.179

4.000 0 169.608 13.500 52.000 82.800 64.000 2.785 2.237.060 508.440 2.745.500 252.000 3.907.193 3.389.810 4.500 0 190.809 15.188 58.500 93.150 72.000 3.133 2.516.693 571.995 3.088.688 283.500 4.329.967 3.747.911


(2)

108 Lampiran 19. Rata-Rata Biaya Tunai dan Total Usahatani Petani Responden Di Gapoktan Rukun Makmur Sebelum Adanya PUAP

(Rupiah) Luas Lahan Harga

Benih

Harga P.Kandang

Harga P.Urea

Harga Ponska

Harga P.TSP

Harga Pestisida

Tenaga Kerja Biaya Total

Biaya Tunai

Penyusutan Alat

M2 Ha LK (Rp) DK (Rp) Total

40.000 4 1.248.000 81.000 650.000 828.000 723.200 33.660 24.822.000 8.175.600 32.997.600 36.650.888 28.385.860 89.428 7.636 1 238.256 15.464 131.041 144.328 124.626 6.426 4.738.768 1.560.804 6.299.572 6.976.785 5.398.908 17.073 1.500 0 46.800 2.970 23.400 30.240 23.904 1.262 930.825 306.585 1.237.410 1.369.340 1.059.401 3.354 1.818 0 56.727 3.600 27.182 37.636 28.713 1.530 1.128.272 371.618 1.499.889 1.659.342 1.283.660 4.065 7.636 1 238.256 15.464 133.026 151.201 124.626 6.426 4.738.768 1.560.804 6.299.572 6.985.643 5.407.766 17.073 2.200 0 68.640 4.653 35.178 40.392 35.200 1.851 1.365.210 449.658 1.814.868 2.005.701 1.551.124 4.919 6.545 1 204.218 13.255 105.726 117.818 107.869 5.508 4.061.785 1.337.827 5.399.612 5.968.639 4.616.179 14.634 2.500 0 78.000 4.725 39.325 46.350 40.200 2.104 1.551.375 510.975 2.062.350 2.278.643 1.762.079 5.589 10.000 1 312.000 19.350 170.300 194.400 165.200 8.415 6.205.500 2.043.900 8.249.400 9.141.422 7.075.165 22.357 3.000 0 93.600 5.400 68.250 59.400 49.104 2.525 1.861.650 613.170 2.474.820 2.759.806 2.139.929 6.707 5.000 1 156.000 7.875 79.463 101.025 81.200 4.208 3.102.750 1.021.950 4.124.700 4.565.649 3.532.520 11.179 4.900 0 152.880 9.482 84.084 84.011 78.635 4.123 3.040.695 1.001.511 4.042.206 4.466.375 3.453.910 10.955 30.000 3 936.000 62.640 468.000 545.400 482.880 25.245 18.616.500 6.131.700 24.748.200 27.335.436 21.136.665 67.071 5.000 1 156.000 10.125 79.300 90.225 81.920 4.208 3.102.750 1.021.950 4.124.700 4.557.656 3.524.528 11.179 4.500 0 140.400 8.505 83.070 83.430 74.520 3.787 2.792.475 919.755 3.712.230 4.116.002 3.186.187 10.061 5.000 1 156.000 10.665 85.150 101.700 81.800 4.208 3.102.750 1.021.950 4.124.700 4.575.401 3.542.273 11.179 4.745 0 148.058 11.745 77.114 88.835 76.125 3.993 2.944.795 969.925 3.914.720 4.331.199 3.350.665 10.609 4.500 0 140.400 7.290 72.101 90.720 72.302 3.787 2.792.475 919.755 3.712.230 4.108.891 3.179.075 10.061 6.000 1 187.200 9.990 104.520 118.800 98.160 5.049 3.723.300 1.226.340 4.949.640 5.486.773 4.247.019 13.414 6.000 1 187.200 12.690 97.500 109.080 98.160 5.049 3.723.300 1.226.340 4.949.640 5.472.733 4.232.979 13.414 10.000 1 312.000 20.970 169.000 189.000 160.400 8.415 6.205.500 2.043.900 8.249.400 9.131.542 7.065.285 22.357

600 0 18.720 1.215 9.890 12.096 10.560 505 372.330 122.634 494.964 549.292 425.316 1.341

1.500 0 46.800 3.051 23.400 30.510 23.820 1.262 930.825 306.585 1.237.410 1.369.607 1.059.668 3.354

909 0 28.364 1.825 14.832 16.855 14.365 765 564.136 185.809 749.945 828.982 641.140 2.032

4.000 0 124.800 8.100 66.040 74.160 65.600 3.366 2.482.200 817.560 3.299.760 3.650.769 2.824.266 8.943 4.500 0 140.400 8.100 67.275 82.620 73.872 3.787 2.792.475 919.755 3.712.230 4.098.344 3.168.529 10.061 5.000 1 156.000 9.675 81.250 93.600 80.120 4.208 3.102.750 1.021.950 4.124.700 4.560.731 3.527.603 11.179

600 0 18.720 1.166 9.968 10.314 10.560 505 372.330 122.634 494.964 547.539 423.564 1.341

4.000 0 124.800 8.100 64.480 80.640 63.232 3.366 2.482.200 817.560 3.299.760 3.653.321 2.826.818 8.943 4.500 0 140.400 10.287 78.975 82.013 71.921 3.787 2.792.475 919.755 3.712.230 4.109.673 3.179.857 10.061


(3)

109 Lampiran 20. Rata-rata Pendapatan Usahatani Atas Biaya Tunai dan Total Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP

Luas Laha

n (Ha)

Sebelum Pendapatan

Sesudah Pendapatan

Selisih Selisih Produksi (Kg) Prod uksi (Ton) Prod/Ha /Musim (Ton) Harga Jual Penerimaa n Atas Biaya Total Atas Biaya Tunai Prod uksi (Ton) Prod/Ha/ Musim (Ton) Harga Jual Penerimaa n Atas Biaya Total Atas Biaya Tunai 4,00 17,1

6

4,290 2.200 37.752.000 1.101.112 9.366.140,0 0

18,8 8

4,719 2.200 41.527.200 7.208.818 12.382.646 3.775.200 1,72 0,76 3,16 4,140 2.200 6.955.233 -21.552 1.556.325,1

2

3,40 4,451 2.200 7.476.876 501.041 1.488.777 521.642 0,24 0,15 0,61 4,060 2.200 1.339.800 -29.540 280.399,00 0,72 4,799 2.200 1.583.644 -209.093 -15.074 243.844 0,11 0,18 0,71 3,930 2.200 1.571.998 -87.344 288.338,43 0,76 4,183 2.200 1.673.078 -388.335 -153.162 101.079 0,05 0,76 3,31 4,340 2.200 7.291.235 305.592 1.883.468,7

2

3,56 4,658 2.200 7.824.953 849.729 1.837.465 533.718 0,24 0,22 0,95 4,300 2.200 2.081.200 75.499 530.076,00 0,99 4,521 2.200 2.187.966 -197.240 87.321 106.766 0,05 0,65 2,78 4,240 2.200 6.105.605 136.966 1.489.426,0

9

3,02 4,617 2.200 6.649.004 589.502 1.436.130 543.399 0,25 0,25 1,03 4,105 2.200 2.257.750 -20.893 495.671,00 1,13 4,516 2.200 2.483.525 -155.345 168.019 225.775 0,10 1,00 3,94 3,940 2.200 8.668.000 -473.422 1.592.835,0

0

4,33 4,334 2.200 9.534.800 554.318 1.847.775 866.800 0,39 0,30 1,31 4,370 2.200 2.884.200 124.394 744.271,00 1,44 4,807 2.200 3.172.620 110.976 499.013 288.420 0,13 0,50 2,04 4,080 2.200 4.488.000 -77.649 955.480,00 2,24 4,488 2.200 4.936.800 184.059 830.788 448.800 0,20 0,49 2,07 4,230 2.200 4.559.940 93.565 1.106.030,0

0

2,28 4,653 2.200 5.015.934 347.748 981.542 455.994 0,21 3,00 12,2

7

4,090 2.200 26.994.000 -341.436 5.857.335,0 0

13,5 0

4,499 2.200 29.693.400 3.801.955 7.682.326 2.699.400 1,23 0,50 2,12 4,230 2.200 4.653.000 95.344 1.128.472,0

0

2,33 4,653 2.200 5.118.300 365.559 1.012.288 465.300 0,21 0,45 1,89 4,210 2.200 4.167.900 51.898 981.713,00 2,08 4,631 2.200 4.584.690 254.723 836.779 416.790 0,19 0,50 2,16 4,320 2.200 4.752.000 176.599 1.209.727,0

0

2,38 4,752 2.200 5.227.200 474.459 1.121.188 475.200 0,22 0,47 1,98 4,170 2.200 4.353.485 22.286 1.002.820,0

0

2,18 4,587 2.200 4.788.834 251.319 865.124 435.349 0,20 0,45 1,89 4,200 2.200 4.158.000 49.109 978.925,00 2,08 4,620 2.200 4.573.800 243.833 825.889 415.800 0,19 0,60 2,60 4,340 2.200 5.728.800 242.027 1.481.781,0

0

2,86 4,774 2.200 6.301.680 703.391 1.479.465 572.880 0,26 0,60 2,62 4,360 2.200 5.755.200 282.467 1.522.221,0

0

2,88 4,796 2.200 6.330.720 732.431 1.508.505 575.520 0,26 1,00 4,30 4,300 2.200 9.460.000 328.458 2.394.715,0

0

4,70 4,696 2.200 10.330.320 1.349.838 2.643.295 870.320 0,40 0,06 0,27 4,500 2.200 594.000 44.708 168.684,00 0,30 4,950 2.200 653.400 -378.929 -301.321 59.400 0,03 0,15 0,57 3,780 2.200 1.247.400 -122.207 187.732,00 0,62 4,158 2.200 1.372.140 -421.182 -227.164 124.740 0,06 0,09 0,32 3,540 2.200 707.999 -120.983 66.859,29 0,36 3,936 2.200 787.295 -506.384 -388.797 79.296 0,04 0,40 1,65 4,120 2.200 3.625.600 -25.169 801.334,00 1,77 4,425 2.200 3.893.894 -9.823 507.559 268.294 0,12 0,45 1,97 4,370 2.200 4.326.300 227.956 1.157.771,0

0

2,11 4,689 2.200 4.642.120 313.910 895.966 315.820 0,14 0,50 2,01 4,020 2.200 4.422.000 -138.731 894.397,00 2,21 4,422 2.200 4.864.200 116.523 763.252 442.200 0,20 0,06 0,24 3,920 2.200 517.440 -30.099 93.876,00 0,26 4,312 2.200 569.184 -462.602 -384.995 51.744 0,02 0,40 1,77 4,420 2.200 3.889.600 236.279 1.062.782,0

0

1,91 4,782 2.200 4.208.547 301.354 818.737 318.947 0,14 0,45 2,03 4,500 2.200 4.455.000 345.327 1.275.143,0

0

2,18 4,851 2.200 4.802.490 472.523 1.054.579 347.490 0,16 0,65 2,72 4,181 5.992.090 81.685 1.418.492 4,576 10.067

.029


(4)

(5)

RINGKASAN

ANGGA SUANGGANA. Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi,

(

Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor

)

.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

(

Di bawah Bimbingan DWI RACHMINA).

Pertanian merupakan basis dasar dari kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Hal ini dikarenakan kebutuhan bangsa akan ketahanan pangan secara mandiri yaitu dari sektor pertanian. Permasalahan kemiskinan saat ini selalu terkait dengan sektor pertanian, terutama sektor pertanian di wilayah perdesaan. Keterbatasan akses informasi dan teknologi menjadi masalah yang serius bagi petani untuk mengetahui bagaimana mengakses modal dalam rangka pemenuhan kebutuhan usahatani. Peran organisasi tani di tingkat desa sangat erat dengan akses permodalan. Oleh karena itu, diperlukan organisasi tani yang kuat, terarah dan memiliki manajemen SDM yang bisa dipertanggungjawabkan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi tersebut pemerintah melalui Kementrian Pertanian mencanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang merupakan program revitalisasi pertanian Presiden Republik Indonesia pada tahun 2008. Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Kehadiran program PUAP diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi petani.

Pada awal dicanangkan program PUAP, Provinsi Jawa Barat mendapatkan jatah 17 kabupaten dan 2 kota dengan jumlah Gapoktan sebanyak 529 desa. Kabupaten Bogor adalah salah satu daerah yang menerima dana Bantuan Langsung Mandiri PUAP yang tersebar di 10 kecamatan dan 25 desa. Kecamatan Pamijahan mendapatkan dana PUAP di lima desa potensi salah satu adalah Desa Cibitung Kulon yang merupakan daerah sentra tanaman pangan di kecamatan ini yang menerima dana PUAP sebesar 100 juta dan penghasil padi sebagai produk andalannya. Gapoktan ini mengalokasikan 90 persen dana PUAP untuk sektor tanaman padi terutama budidayanya.

Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Rukun Makmur desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan. Pengumpulan data dilaksanakan pada Juni 2009 hingga Agustus 2009. Responden penelitian adalah para petani padi yang merupakan anggota penerima dana BLM-PUAP sebanyak 30 responden. Metode penelitian yang digunakan adalah pendapatan usahatani dan perhitungan uji t statistik.

Gapoktan di Desa Cibitung Kulon ini merupakan lembaga desa yang telah ada sebelum program PUAP dicanangkan oleh Pemerintah. Karakteristik Gapoktan ini adalah sebagai lembaga desa yang memiliki struktur organisasi seperti ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi di unit usaha. Seksi usaha yang dimiliki Gapoktan ini baru berjumlah dua diantaranya unit usaha simpan pinjam dan unit usaha sembako.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi di Desa Cibitung Kulon menunjukkan bahwa pelaksanaan program PUAP pada dasarnya memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan atas biaya total usahatani padi sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Produksi rata-rata yang dihasilkan petani meningkat dari 4.181 kilogram/hektar Per musim sebelum adanya PUAP menjadi 4.580 kilogram/hektar Per musim setelah mengikuti program PUAP. Penerimaan rata-rata petani atas biaya total sebelum adanya PUAP adalah sebesar Rp.9.198.200,00/hektar Per musim dan sesudah


(6)

adanya PUAP sebesar Rp.10.067.200,00/hektar Per musim. Sedangkan pendapatan rata-rata atas biaya tunai adalah Rp.2.315.029,00/hektar Per musim dan pendapatan rata-rata-rata-rata atas biaya total sebelum adanya program PUAP Rp.261.672,00/hektar Per musim. Begitu juga pendapatan rata-rata atas biaya tunai setelah adanya program PUAP naik menjadi Rp.2.845.594,00/hektar Per musim dan pendapatan rata-rata atas biaya total sebesar Rp.1.565.037,00/hektar Per musim. Jika dilihat dari perbandingan pendapatan terdapat kenaikan rata-rata sebesar 83,23 persen untuk pendapatan total dan 22,92 persen atas pendapatan tunai.

Sesuai dengan analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani padi yang diusahakan oleh petani responden menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibandingkan biaya usahatani. Hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio yang lebih dari satu yang artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan maka akan memberikan penerimaan lebih dari satu satuan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai sebelum PUAP adalah 1,34, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan menerima sebesar Rp.1,34. Sementara itu R/C atas biaya tunai setelah PUAP sebesar Rp1,39 yang berarti ada kenaikan nilai rasio sebesar 0,06.

Sementara apabila nilai R/C rasio ditambahkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen total biaya maka R/C rasio sebelum adanya PUAP sebesar Rp.1,03 naik menjadi Rp.1,18 setelah adanya PUAP artinya walaupun sebelum ada PUAP, petani responden sudah mendapatkan keuntungan akan tetapi setelah adanya PUAP bertambah lagi keuntungannya walaupun dalam biaya tunai mengalami kenaikan 4,32 persen dan biaya total kenaikan sebesar 15,04 persen.

Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired test) terhadap pendapatan bersih responden sebelum mengikuti program PUAP dan pendapatan bersih responden sesudah mengikuti program diperoleh Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,00000293 (2.93). Nilai hasil perhitungan tersebut secara nyata masih lebih kecil dari pada level of significant ( ) yakni digunakan yakni 0,05 atau t-hitung (nilai mutlak) ± 1,98 > t-table 1,645. Hal ini dapat ditarik kesimpulan untuk menolak H0 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah mengikuti program PUAP. Dengan demikian secara nyata terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah mengikuti program PUAP.

Sosialisasi secara lengkap dan menyeluruh kepada anggota baru yang dinilai masih kurang dikarenakan kesibukan pengurus Gapoktan dengan cara mengundang petugas penyuluh lapang (PPL) dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Desain program akan lebih baik jika dilakukan dan diikuti program pengembangan SDM terutama anggota Gapoktan usia produktif.Implementasi program PUAP akan lebih riil terlihat apabila bentuk pinjaman diberikan berupa pembelian benih unggul yang langsung dibagikan ke anggota sesuai nilai pinjaman dan sarana produksi diadakan secara kolektif dalam rangka efektivitas harga beli yang lebih murah. Mendirikan sejumlah unit-unit usaha bersama yang terkait dengan pengadaan bahan-bahan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan input pertanian, sehingga petani tidak perlu lagi memberli keluar desa.


Dokumen yang terkait

Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

4 102 117

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) PADA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KARANG MAKMUR LUMAJANG

2 14 92

Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus: Gapoktan Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor)

1 10 24

Pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani sayuran (Studi kasus: gapoktan rukun tani Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

10 63 146

Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Subang

0 34 130

PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

0 3 10

Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor).

0 0 22

Pengaruh Pemberian Bantuan Tambahan Modal Usahatani Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Puap) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani (Sebuah Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta).

0 0 10

Pengaruh Pemberian Bantuan Tambahan Modal Usahatani Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Puap)Terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani (Sebuah Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta).

0 1 1

KAJIAN DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

0 0 13