53
6.2 Kegiatan Usahatani Tanaman Padi di Lokasi Penelitian
Usahatani tanaman padi merupakan usaha yang paling banyak dilakukan oleh petani di Indonesia. Menanam padi bagi petani merupakan usaha pokok yang
ditekuni sejak mereka dilahirkan, karena menanam padi bagi masyarakat Desa Cibitung Kulon merupakan tradisi yang turun temurun.
Produktivitas padi di Kecamatan Pamijahan paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi alam
yang mendukung dan pasokan debit air yang lebih dari cukup sehingga hasil panen per hektare bisa di atas rata-rata Lampiran 4. Hasil yang didapat dari
panen padi tersebut masih bisa ditingkatkan apabila dilakukan penanganan yang tepat dan akurat dalam memberikan pupuk dan pengolahan lahan sebelum
ditanami. Pemberian nutrisi bagi tumbuhan dengan jadwal yang sesuai akan
menjadikan tanaman tumbuh subur. Pada dasarnya metode menanam padi yang dilakukan oleh petani setelah mendapatkan dana BLM dan peserta program PUAP
dengan sebelum menjadi anggota dan sebelum mendapatkan dana PUAP sama saja. Akan tetapi yang mempengaruhi faktor produktivitas panen padi meningkat
adalah pemberian nutrisi yang tepat waktu, faktor alam atau cuaca dan benih yang tepat.
Dari ketiga faktor tersebut yang dapat memberikan pengaruh pada produktivitas padi salah satunya adalah pemberian nutrisi yaitu pupuk yang tepat
waktu, tepat dosis dan tepat cara. Sebelum adanya program PUAP ini petani Desa Cibitung Kulon merasa kebingungan untuk membeli pupuk sehingga pemupukan
yang seharusnya lima hari setelah masa tanam menjadi terlambat dikarenakan kekurangan modal.
Dengan adanya penambahan modal usaha dari dana BLM PUAP petani responden merasa terbantu dan dapat memberikan nutrisi dengan tepat waktu
sehingga hal ini berimplikasi pada produktivitas gabah yang meningkat. Pada penggunaan rasio tenaga kerja terjadi perubahan hanya pada aktivitas pengolahan
lahan, dimana penggunaan tenaga kerja setelah adanya PUAP menggunakan traktor sedangkan untuk sebelum adanya PUAP menggunakan tenaga kerja luar
keluarga. Pada Tabel 11 dapat dilihat perbedaan pemakaian tenaga kerja per
54 hektar setelah adanya PUAP berdasarkan luas lahan rata-rata yang dimiliki petani
responden yang pada proses pengolahan lahan umumnya memakai traktor.
Tabel 11. Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja Terhadap Luas Lahan Sebelum dan Setelah Adanya PUAP per hektar
Jenis Kegiatan Budidaya
Tenaga Kerja Sebelum PUAP HOK
Tenaga Kerja Setelah PUAP HOK
LK DK
LK DK
Pengolahan Lahan 17,52
25,76 -
2 Penyemaian Benih
5,04 5,46
5,04 5,46
Penanaman 32,68
9,58 32,68
9,58 Pemupukan
5,23 2,43
5,23 2,43
Pengendalian HPT 25,52
16,9 25,52
16,9 Panen
91,32 8
91,32 6
Total Rata-Rata 177,01
68,13 159,8
42,37
Sumber: Data primer, diolah Ket: LK = Luar Keluarga, DK = Dalam Keluarga
Kebutuhan rata-rata tenaga kerja pada Tabel 11 sebelum dan setelah adanya program PUAP hanya mengalami perubahan yang signifikan pada proses
pengolahan lahan. Hal ini dikarenakan proses pengolahan lahan menggunakan traktor dan dibantu satu atau dua operator dari tenaga kerja dalam keluarga.
Penggunaan tenaga traktor untuk mengolah lahan bertujuan untuk percepatan penanaman benih padi, sehingga waktu tanam bisa lebih cepat
dikerjakan. Selain cepat dan efektif penggunaan teknologi traktor diharapkan mampu membuat petani merasa terbantu karena biaya yang dibebankan dikenakan
secara kolektif minimal satu hektar. Tenaga kerja yang tidak lagi mengolah lahan berganti propesi menjadi produsen pupuk kandang organik. Mereka mengolah
limbah kotoran hewan seperti kelinci, kambing maupun sapi sebagai pupuk pengganti kimia. Limbah kotoran yang diolah menjadi pupuk kandang adalah
limbah padat peses dan cair urine.
6.2.1 Pengolahan Lahan
Kegiatan penanaman padi sawah yang pertama adalah dimulai dari menyiapkan lahan yang akan ditanam. Lahan yang sebelumnya telah ditanami
55 oleh tanaman padi dibiarkan selama satu bulan sambil terus dialirkan air, hal ini
dikarenakan untuk menggemburkan tanah sebelum dilakukan pembajakan. Biasanya penggemburan lahan atau tanah pertanian dilakukan secara manual yaitu
menggunakan tenaga manusia atau hewan dan menggunakan traktor. Umumnya biaya yang dikeluarkan untuk mengolah lahan hingga bisa
ditanami bervariasi. Untuk saat ini setelah adanya program PUAP proses pengolahan lahan menggunakan tenaga traktor dengan biaya Rp.600.000,-ha
sedangkan dengan menggunakan tenaga manusia atau hewan Rp.35.000,-HOK pria selama lima hingga enam hari. Efisiensi waktu menjadi pertimbangan petani
responden untuk memilih traktor dalam membajak sawahnya daripada menggunakan tenaga hewan atau manusia. Karena pada dasarnya traktor juga
dikendarai oleh manusia sehingga biayanya menjadi efektif yang hanya memerlukan waktu dua hari
Kebiasan untuk mengolah lahan di Desa Cibitung Kulon mengupah buruh tani adalah dengan sistem bagi hasil atau yang mereka sebut paket, karena
dilakukan saat awal penanaman, perawatan hingga panen. Bagi hasil yang dilakukan pada saat panen dimana gabah yang dihasilkan dibagi dengan
perbandingan empat banding satu 4:1, dimana ketika gabah yang dihasilkan sebesar 100 kwintal akan dibagikan 80 kwintal untuk pemilik dan 20 kwintal
untuk penggarap dalam setiap 100 kwintal hasil panen. Kegiatan pengolahan lahan saat sebelum adanya prorgam PUAP
melibatkan tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan lahan per hektar yang dilakukan sebanyak
dua kali dengan 25,76 HOK Hari Orang Kerja untuk tenaga kerja dalam keluarga dan 17,52
HOK untuk tenaga kerja luar keluarga. Akan tetapi pada umumnya pengolahan lahan di Desa Cibitung Kulon dilakukan menggunakan
traktor yang di sewa dari pengurus Gapoktan dengan pertimbangan cepat dan kualitas yang dihasilkan lebih baik.
Pada kegiatan awal ini perlu penggunaan tenaga pria yang lebih banyak dikarenakan penyiapan lahan yang cepat terdiri dari perbaikan pematang sawah,
perataan tanah, dan pembuatan parit disekitar pematang. Tenaga kerja pria dari luar keluarga lebih banyak dari tenaga kerja dalam keluarga, dikarenakan tenaga
56 kerja dalam keluarga umumnya menggunakan anak-anak mereka yang bersekolah
pada pagi hingga sore hari.
6.2.2 Penyemaian Benih
Setelah dilakukan persiapan lahan maka dilakukan penyemaian benih yang dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga. Hal ini dikarenakan kegiatan ini
tidak terlalu sulit apabila dilakukan oleh keluarga sendiri. Kebutuhan rata-rata tenaga kerja per hektarnya pada kegiatan usahatani penyemaian benih adalah 5,04
HOK tenaga kerja luar keluarga dan 5,46 HOK tenaga kerja dalam keluarga Cara persemaian yang dilakukan di Desa Cibitung Kulon pada lahan basah
yang sudah diolah menggunakan traktor. Kegiatan selanjutnya adalah membuat petak-petakan yang berukuran 3 x 2 m dan terletak dekat dengan aliran sumber
air. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyebaran dan pemindahan benih pada saat benih akan siap ditanam. Umur benih yang siap ditanam yaitu benih
yang berumur lebih kurang 15 hari.
6.2.3 Penanaman
Jarak tanam padi adalah 20 x 20 cm, dilakukan secara lurus dan teratur. Hal ini bertujuan untuk memudahkan saat melakukan kegiatan penyiangan atau
perawatan dari rumput, hama dan gulma lainnya. Setelah penanaman selesai sekitar 10 hari petakan sawah tidak digenangi air. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memberi kesempatan kepada bibit padi yang telah ditanam dapat memperkuat perakarannya dan merangsang tumbuhnya anakan padi
Dalam penanaman, petani biasa menggunakan dua hingga tiga bibit perlubang tanam. Hal ini supaya persaingan bibit tidak terlalu banyak dalam
memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Selain itu juga dalam menanam tidak terlalu dalam agar pada proses penyerapan air dan hara oleh akar
dalam tanam tidak terganggu. Kebutuhan tenaga kerja rata-rata per hektarnya adalah 5,23 HOK untuk
tenaga kerja luar keluarga dan 2,43 HOK tenaga kerja dalam keluaga. Kebutuhan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan ini lebih kepada pengkordinasian kerja
di lapangan. Rasio ini didapat dari wawancara dengan petani responden dengan
57 alasan tenaga kerja keluarga hanya dibutuhkan untuk pengawasan atau koordinasi
di lapangan.
6.2.4 Pemupukan
Menyediakan kebutuhan hara dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dilakukan dengan kegiatan
pemupukan. Pupuk yang digunakan dalam satu kali musim tanam per hektar adalah tiga kwintal per satu kali pemupukan dengan perincian satu kwintal urea,
1,5 kwintal proskaSP dan satu kwintal TSP. Pupuk NPK digunakan untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Untuk pupuk tambahan dalam meningkatkan hasil panen petani biasanya menggunakan pupuk organik pupuk cair dan kandang atau air seni ternak. Untuk
mempertahankan ketersediaan hara di dalam tanah yang cukup optimal, maka perlu dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dan warna daun
7
. Pemupukan yang dianjurkan oleh penyuluh adalah tiga kali yaitu saat umur 7-10 HST hari
setelah tanam dengan dosis urea 50-75kgha, PonskaSP 100-150 kgha, dan TSPKCL 50 kgha. Pada usia 21 HST dilakukan pemupukan yang kedua
dengan dosis Urea 100-150 kgha. Untuk pemupukan ketiga dilakukan pada usia tanam 30-40 HST dengan
dosis Urea 50-100 kgha dan KCL atau Proska 50-100 kgha. Waktu pemupukan dilakukan pada pukul 10-11 siang hal ini dikarenakan untuk mencegah pupuk
menempel pada daun masih basah dan dapat menyebabkan daun padi terbakar dan pupuk hilang atau hanyut terbawa air. Selain itu saluran air baik yang masuk
dan keluar petak sawah ditutup terlebih dahulu agar pupuk tidak terbuang. Penutupan saluran irigasi dilakukan diatas jam 12 siang hingga sore hari.
Dari hasil wawancara dengan petani responden dosis pemberian pupuk sebelum mendapatkan dana BLM PUAP dilakukan tidak teratur dan sering
terlambat. Hal ini dikarenakan ketersediaan modal yang kurang sehingga petani harus mencari pinjaman bahkan melalui rentenir. Hal ini berimplikasi pada hasil
panen pada akhir musim dan margin pendapatan yang diperoleh kadangkala tidak
7
Cara dan langkah mudah bertanam padi, Majalah Abdi Tani edisi 35 April-Juni 2009
58 sesuai yang diharapkan bahkan hanya cukup untuk modal menyiapkan musim
tanam berikutnya.
6.2.5 Pengairan Tanaman
Dalam sistem pengairan tanaman padi sawah di Desa Cibitung Kulon dilakukan secara berundak atau sistem sengkedan yaitu memanfaatkan sifat air
yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Kegiatan pangairan dilakukan untuk menjaga dan menyediakan kebutuhan air
bagi pertumbuhan tanaman padi yang memang sangat tergantung sekali dengan air. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah hingga usia 100 hari. Setelah diatas
tiga bulan barulah volume air dikurangi, karena akan memasuki persiapan masa panen. Untuk tinggi air sebaiknya antara dua sampai lima sentimeter setelah
tanam dengan usia tanaman diatas 10 hari dengan kondisi air bersikulasi mengalir sampai fase pembungaan. Petani responden biasanya melakukan pengairan pada
awal musim tanam ketika pertama kali bibit ditanam hingga tanaman berusia 100 hari.
6.2.6 Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit
Dalam budidaya tanaman padi sawah, selain hama dan penyakit, tanaman pengganggu atau gulma perlu juga dikendalikan. Gulma secara langsung akan
berkompetisi dengan tanaman padi dalam pengambilan unsure hara, air,CO
2
, sinar matahari dan ruang tumbuh. Hal ini menjadikan pertumbuhan tanaman tidak
optimal dan menghambat tumbuhnya bulir padi. Dalam penyiangan gulma di lahan pertanaman padi, dapat dilakukan dengan manual dan dengan menggunakan
herbisida Penyiangan secara manual dilakukan dengan mencabut gulma yang
tumbuh dan juga menggunakan alat yang disebut gosrok. Sedangkan penyiangan dengan herbisida dilakukan dengan menyemprot tanaman pengganggu atau gulma
dengan bahan kimia yang selektif digunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan tanaman padi tersebut. Menurut hasil wawancara kepada responden, jumlah
rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan per hektarnya adalah 25,52 HOK dalam
keluarga dan
16,9
HOK luar keluarga.
59
6.2.7. Panen dan Pasca Panen
Saat memasuki tahap panen volume kadar air mulai dikurangi atau ketika padi mulai berbuah dan warna hijau. Hal ini dikarenakan untuk menjaga agar bulir
padi tidak cepat membusuk. Prosen perubahan warna dari hijau menjadi kuning sekitar 10-14 hari atau 40 hari dari fase pembungaan.
Penentuan waktu panen merupakan salah satu faktor penting dalam kaitannya dengan kualitas gabah yang dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen
terlalu awal maka akan banyak bulir padi yang masih berwarna hijau, akibatnya kualitas gabah yang dihasilkan rendah, dan banyak bulir padi mengapung dan
beras kepala banyak yang patah. Sebaiknya bila tanaman dipanen terlambat maka akan menurunkan hasil gabah karena banyak terjadi kerontokan gabah saat proses
pemanenan. Kriteria pemanenan gabah yang ideal dapat dilakukan bila secara visual
kondisi tanaman telah 90 persen masak fisiologi, artinya 90 persen gabah telah berwarna dari hijau menjadi kuning dan bila dihitung dari masa berbunga telah
mencapai 30-35 hari setelah proses pembungaan. Proses pasca penen dilakukan di tempat atau di sawah. Hal ini dilakukan agar bulir padi tidak berkurang akibat
tersentuh atau tersenggol dikarenakan penumpukan yang kasar. Setelah proses penggebutan atau memisahkan bulir dengan batang dan
daun padi. Gabah hasil panen kemudian dijemur selama dua atau tiga hari tergantung pada kondisi cuaca hingga kadar air berkurangn dan kulit padi
mengering. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses penggilingan atau pemisahan kulit dengan isinya beras. Penyusutan dari bobot gabah menjadi
beras berkisar antara 20-30 persen dari bobot awal.
6.3 Penilaian Pelaksanaan Penyaluran Dana BLM-PUAP Berdasarkan Pihak Penyalur