2.4. Organisasi Pembelajar
Organisasi pembelajar adalah organisasi yang mampu memfasilitasi pembelajaran bagi seluruh
anggota organisasinya
dan mengubah
tindakan transform dan menyempurnakan dirinya berdasarkan hasil belajar anggotanya
Pedler dan Burgoyne, 1995 dan Garvin, 2000 dalam Munir, 2008. Menurut
Tjakraatmadja dan Lantu 2006, organisasi pembelajar didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki kemampuan untuk selalu
memperbaiki kinerjanya secara berkelanjutan dalam siklikal, karena anggota- anggotanya memiliki komitmen dan kompetensi individual yang mampu belajar
dan berbagi pengetahuan pada tingkat superfisial maupun substansial. Dilihat dari prosesnya, pembelajaran organisasi merupakan suatu proses akumulasi
pengetahuan human
capital organisasi
akibat adanya
proses interaksi
antara individu belajar dengan organisasi pembelajar, atau karena dorongan lingkungan kerja yang memiliki karakteristik yang kondusif untuk terjadinya
proses pembelajaran organisasi berbagi pengetahuan antara para anggota organisasi, sehingga meningkatkan kualitas kehidupan kerja organisasi.
Senge yang dirujuk Tjakraatmadja dan Lantu 2006 mengatakan bahwa untuk menjadi organisasi pembelajar perlu menerapkan lima disiplin
belajar yaitu: 1 Disiplin keahlian pribadi personal mastery. Disiplin yang akan mendorong
sebuah organisasi untuk terus-menerus belajar bagaimana menciptakan masa depannya,
yang hanya
akan terbentuk jika individu-individu
anggota organisasi mau dan mampu terus belajar menjadikan dirinya sebagai seorang master di bidang ilmunya. Disiplin personal mastery
terbentuk dicirikan oleh tumbuhnya keterampilan-keterampilan individual para
anggota organisasi untuk melakukan kontemplasi refleksi diri;
keterampilan untuk memahami akan kelebihan dan kelemahan kompetensi intelektual;
emosional maupun sosial dirinya; serta keterampilan untuk
melakukan revisi atas visi pribadinya, dan kemudian keterampilan untuk
membangun kondisi kerja yang sesuai dengan keadaan organisasinya. 2 Disiplin visi bersama shared vision. Organisasi pembelajar membutuhkan
visi bersama, visi yang disepakati oleh seluruh anggota organisasinya. Visi
bersama ini akan menjadi kompas dan sekaligus pemicu
semangat dan
komitmen untuk selalu bersama sehingga menumbuhkan motivasi kepada para karyawan untuk belajar dan terus belajar meningkatkan kompetensinya.
3 Disiplin model mental mental model. Organisasi akan mengalami kesulitan untuk secara akurat mampu melihat berbagai realitas yang ada, jika
para anggota organisasi tidak mampu merumuskan asumsi serta nilai-nilai yang
tepat untuk digunakan sebagai basis cara berpikir maupun cara memandang berbagai permasalahan organisasi. Keterampilan untuk menemukan prinsip
dan nilai-nilai bersama, serta tumbuhnya semangat berbagi nilai untuk menumbuhkan keyakinan bersama sehingga menguatkan semangat dan
komitmen kebersamaan, merupakan disiplin yang dibutuhkan untuk
membangun disiplin model mental organisasi. 4 Disiplin pembelajaran tim team learning. Disiplin pembelajaran tim akan
efektif jika para anggota kelompok memiliki rasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya untuk dapat bertindak sesuai dengan rencana bersama.
Kemampuan untuk bertindak merupakan prasyarat untuk menciptakan nilai tambah organisai, karena rencana tanpa diikuti tindakan nyata, merupakan
ilusi belaka. Kemampuan untuk membangun ikatan emosional, semangat berdialog, keterampilan bekerja sama secara tim, kemampuan belajar dan
beradaptasi, serta usaha untuk meningkatkan partisipasi merupakan disiplin yang dibutuhkan untuk membangun disiplin pembelajaran tim.
5 Disiplin berpikir sistemik system thinking. Disiplin ini berfungsi untuk melengkapi disiplin bagaimana kita belajar, yaitu disiplin untuk memahami
apa sebenarnya yang kita pelajari. Faktor utama dari konteks pembelajaran dalam organisasi kontemporer adalah bagaimana kita dapat memahami
kompleksitas permasalahan yang terjadi di sekitar kita, serta kita mampu berperan serta dan menciptakan perubahan yang berarti dan bermanfaat untuk
mempertahankan kemampuan hidup organisasi kontemporer. Disiplin ini merupakan keterampilan untuk memahami struktur hubungan antara berbagai
faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi eksistensi organisasi, keterampilan untuk berpikir integratif dan tuntas, keterampilan untuk berpikir
komprehensif, serta keterampilan untuk membangun organisasi yang adaptif.
Organisasi pembelajar memiliki tiga karakteristik menurut Garrat ya n g d i ru j u k Munir 2008. Tiga karakteristik tersebut, yaitu:
1. Organisasi pembelajar mendorong orang-orang di semua level untuk belajar secara reguler dan bekerja keras dari pekerjaannya.
2. Organisasi pembelajar memiliki sistem untuk menangkap pembelajaran dan memanfaatkannya pada hal atau tempat yang membutuhkannya.
3. Organisasi pembelajar menghargai pembelajaran dan mampu secara terus-menerus melakukan transformasi dirinya sebagai hasil pembelajaran.
Bangunan organisasi pembelajar dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 3. Bangunan organisasi pembelajar Munir 2008 Penjelasan dari bangunan organisasi pembelajaran diatas sebagai berikut :
1 Fondasi “bangunan organisasi pembelajar” berdiri di atas fondasi rasa saling percaya dan budaya belajar.
2 Struktur pilar pertama “bangunan organisasi pembelajar” dibangun oleh keterampilan belajar yang minimal terdiri dari:
a. Keterampilan memecahkan permasalahan secara sistematik b. Keterampilan bereksperimen dengan menggunakan pendekatan baru
c. Kemampuan belajar dari pengalaman danatau sejarah masa lalu d. Kemampuan belajar dari praktisi yang berhasil
e. Kemampuan mentransfer pengetahuan dengan cepat dan efisien 3 Struktur pilar kedua “bangunan organisasi pembelajar” dibangun oleh
fasilitas belajar yang terdiri dari: a. Informasi sistemik
b. Struktur organisasi c. Sistem penghargaan
4 Atap “bangunan organisasi pembelajar” dibangun oleh disipilin belajar yang terdiri dari:
a. Disiplin keahlian pribadi b. Disiplin berbagi visi
c. Disiplin model mental d. Disiplin berpikir sistemik
e. Disiplin tim pembelajar 5 Enabler organisasi pembelajar dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan.
2.5. Penelitian Terdahulu