harus  dapat  membantu  kita  memahami  secara  luas  pengelolaan pengetahuan yang telah dilakukan.
2.3. Audit Manajemen Pengetahuan
Audit manajemen pengetahuan  adalah
kegiatan memeriksa
secara sistematis kualitas pengelolaan pengetahuan di suatu organisasi Munir, 2008.
Melalui  audit  manajemen  pengetahuan  dapat  diperoleh  gambaran  mengenai pengetahuan  yang  dimiliki  dan  dibuuhkan  oleh  organisasi  unit  kerja,  kesiapan
organisasi  memfasilitasi  pembelajaran, dan  kualitas  proses-proses  pengelolaan pengetahuan.
Berdasarkan hasil observasi yang dikembangkan oleh Von Krogh, Ichiyo dan Nonaka yang dirujuk Munir 2008 terhadap 700 perusahaan,  terdapat  tiga
alasan  utama  organisasi mengembangkan manajemen pengetahuan yaitu Munir, 2008:
1. Meminimalkan resiko Dalam  tahap  ini organisasi
bergegas mencari
pengetahuan-pengetahuan berharga  yang  dimilikinya, mengumpulkan, dan menggunakannya untuk
mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
Organisasi memanfaatkan
pengetahuan untuk melakukan tindakan-tindakan  yang  reaktif,  dan  fokus perhatian  organisasi adalah  terhadap  pengetahuan  itu  sendiri,  terutama
pengetahuan  yang  spesifik  pada  konteksnya.  Misalnya  pengetahuan- pengetahuan  yang  akan  mengatasi  masalah  pemasaran,  masalah  produksi,
masalah keuangan, dan seterusnya. 2. Meningkatkan efisiensi
Pada tahap ini organisasi masih banyak memanfaatkan pengetahuan untuk tindakan-tindakan yang bersifat reaktif dan belum ada suatu proses kreasi
pengetahuan yang terencana dengan baik.  Namun  organisasi  sudah  mulai mencari secara aktif pengetahuan-pengetahuan baru yang terbentuk karena
proses kreasi antar  anggota  organisasi.  Secara  terencana  pula  organisasi
melakukan  kegiatan  menyebarkan  pengetahuan dalam bentuk proses kerja yang sudah teruji efektifitasnya di satu unit kerja ke seluruh unit kerja
yang ada di organisasi. Penyebaran ini diharapkan akan  membuat pembelajaran  organisasi  berjalan  lebih  cepat  dan  setiap  unit  kerja  dapat
menunjukkan kinerja prima tanpa harus melewati proses belajar yang panjang seperti unit kerja yang menjadi sumber pengetahuan. Hal yang menarik pada
organisasi tahap  ini  adalah munculnya kesadaran  bahwa  pemanfaatan
pengetahuan,  kreasi  pengetahuan  dan  penyebaran  pengetahuan  tidak  dapat mengandalkan  kecanggihan teknologi  informasi.  Seperti yang disampaikan
oleh Baker  yang  dirujuk  Raras 2010, teknologi informasi  hanyalah  puncak gunung es yang kebanyakan hanya menangkap bagian eksplisit dari suatu
pengetahuan. Sementara untuk melakukan penyebaran pengetahuan perlu ada upaya khusus untuk menangani bagian terbatinkan dari pengetahuan, apalagi
bila melibatkan pihak-pihak yang tidak bersedia berbagi pengetahuan. 3. Inovasi
Merupakan tahapan pengembangan manajemen pengetahuan yang umum dijumpai di organisasi-organisasi yang ingin menghasilkan inovasi. Kesadaran
bahwa  pengetahuan-pengetahuan  yang  dimilikinya  tidak  cukup  untuk menunjukkan kinerja prima. Organisasi-organisasi ini memfokuskan upayanya
untuk menciptakan  pengetahuan-pengetahuan  baru  dan  proses-proses
pengelolaan pengetahuan yang andal. Para penggiat pengetahuan di organisasi  rajin
memotivasi sebanyak mungkin  orang  di organisasi untuk menjadi  pembelajar yang aktif mangakuisisi pengetahuan dari lingkungan
eksternal,  saling  berbagi, menciptakan pengetahuan-pengetahuan  baru  dan memanfaatkannya. Organisasi memiliki visi pengetahuan yang jelas dan
tegas, menyusun strategi jangka panjang berbasis pengetahuan, membangun budaya  belajar dan merekrut orang-orang dengan kompetensi belajar dan
bertumbuh yang baik. Audit manajemen pengetahuan terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Kualitas pengetahuan Audit kualitas pengetahuan ditujukan untuk memperoleh  gambaran ragam
kelompok  pengetahuan  yang  telah  dimiliki  oleh  perusahaan, kualitas atau tingkatan
relatifnya dibandingkan
organisasi  lain,  ragam  kelompok pengetahuan apa yang harus dimiliki perusahaan, kualitas atau tingkatnya juga
prioritasnya.
2. Kualitas pembelajaran di organisasi Bila suatu organisasi dapat menjadi organisasi pembelajar, maka organisasi
tersebut akan mendapatkan keunggulan dalam hal kemampuan beradaptasi dan  keluwesan  flexibility
yang  sangat  diperlukan  untuk memenangkan persaingan  di  arena kompetisi yang  sarat  dengan  perubahan.  Melalui
pembelajaran organisasi,
organisasi memperoleh
pengetahuan, dan
mengaktualisaikan model mental bersama yang menjadi basis berpikir dan bertindak bagi seluruh individu
Audit kualitas pembelajaran di organisasi ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai  kesiapan organisasi  dalam memfasilitasi  pembelajaran
anggotanya dan
kesiapan organisasi
dalam memanfaatkan
hasil pembelajaran anggotanya untuk mengubah dan menyempurnakan dirinya.
Menurut Kim  yang  dirujuk Munir 2008, pembelajaran merupakan  proses mendapatkan pengetahuan yang dilanjutkan dengan aktualisasi pengetahuan yang
sebelumnya dimiliki. Definisi tersebut meliputi dua hal:
1  Proses mendapatkan pengetahuan untuk ‘mengetahui bagaimana caranya’ yang
akan mendasari
kemampuan fisik
untuk memproduksi
suatu tindakan dan
2  Proses mendapatkan pengetahuan untuk ‘mengetahui mengapa demikian’ yang menghasilkan kemampuan untuk
mengartikulasikan pemahaman
konseptual dari suatu pengalaman. Secara
umum pembelajaran
dapat dipahami
sebagai proses
peningkatan kapasitas manusia dalam melakukan tindakan yang efektif. 3. Kualitas proses pengelolaan pengetahuan
Dalam audit proses pengelolaan pengetahuan hanya difokuskan pada empat  proses utama dari delapan proses. Empat proses tersebut yaitu proses
akuisisi  pengetahuan,  proses  distribusi  dan  berbagi  pengetahuan,  proses pengembangan dan  pemanfaatan pengetahuan serta proses pemeliharaan dan
penyimpanan pengetahuan. Melalui kegiatan audit manajemen pengetahuan ini dapat diketahui apakah proses-proses pengelolaan pengetahuan sudah ada  dan
berjalan dengan efektif di organisasi.
2.4. Organisasi Pembelajar