fasilitas belajar yang terdiri dari: a. Informasi sistemik
b. Struktur organisasi c. Sistem penghargaan
4 Atap “bangunan organisasi pembelajar” dibangun oleh disipilin belajar yang terdiri dari:
a. Disiplin keahlian pribadi b. Disiplin berbagi visi
c. Disiplin model mental d. Disiplin berpikir sistemik
e. Disiplin tim pembelajar 5 Enabler organisasi pembelajar dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan.
2.5. Penelitian Terdahulu
Raras 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Penerapan Manajemen Pengetahuan Untuk Menjadi Organisasi Pembelajar Learning
Organization Studi Kasus Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia Burung Indonesia” bertujuan untuk 1 mengkaji penerapan Manajemen
Pengetahuan yang ada di Burung Indonesia dan 2 menganalisis gambaran pembelajaran organisasi yang ada di Burung Indonesia yang menjadi dasar
organisasi untuk menilai kapasitas organisasi menjadi organisasi pembelajar learning organization. Dua faktor digunakan dalam penelitian di Burung
Indonesia untuk menilai penerapan manajemen pengetahuan. Dua faktor tersebut, yaitu kualitas pembelajaran di organisasi dan kualitas proses pengelolaan
pengetahuan. Untuk melihat gambaran pembelajaran organisasi di Burung Indonesia yang merupakan organisasi non pemerintah digunakan organizational
profile plot dari pembelajaran organisasi. Gambaran pembelajaran tersebut dilihat dari delapan fungsi kunci organisasi pembelajar, yaitu penciptaan budaya yang
mendukung, pengumpulan pengalaman internal, pengaksesan pembelajaran eksternal, sistem komunikasi, mekanisme untuk menarik kesimpulan,
pengembangan memori organisasi, pengintegrasian pembelajaran ke dalam strategi dan kebijakan, serta penerapan pembelajaran.
Hasil penelitian untuk kualitas pembelajaran di Burung Indonesia diperoleh skor sebesar 74 menunjukkan bahwa Burung Indonesia telah memiliki dasar yang
baik untuk menjadi organisasi pembelajar, sedangkan untuk kualitas proses pembelajaran di Burung Indonesia diperoleh skor sebesar 46 yang menunjukkan
bahwa Burung Indonesia telah memiliki beberapa karakteristik untuk menjadi organisasi pembelajar. Gambaran pembelajaran organisasi organization profile
plot dilihat secara keseluruhan dan menurut kelima divisi yang ada di Burung Indonesia. Kelima divisi tersebut, yaitu Knowledge Center, Conservation
Programme, Communication and Business Development, Finance, dan General Affairs and Administration. Jika dilihat secara keseluruhan dimensi yang memiliki
nilai tertinggi adalah pengaksesan pembelajaran eksternal yang bernilai 14,26 sedangkan skor terendah berada pada dimensi memori organisasi yang bernilai
11,83. Dari gambaran pembelajaran di masing-masing divisi terlihat bahwa empat divisi memiliki skor tertinggi pada pembelajaran eksternal, sedangkan tiga divisi
memiliki skor terendah pada memori organisasi dan dua divisi memiliki skor terendah pada budaya yang mendukung. Hasil gambaran pembelajaran tersebut
digunakan Burung Indonesia sebagai dasar untuk merefleksikan pembelajaran yang telah ada dan dapat melihat kekuatan dan kelemahan organisasi di dalam
pembelajaran tersebut. Ansori 2005 dalam tulisan Analisis Keunggulan Bersaing Melalui
Penerapan Knowledge Management dan Knowledge-Based Strategy di Surabaya Plaza Hotel menjelaskan bahwa perpaduan antara knowledge yang dimiliki,
kapabilitas dan resources yang ada, digabungkan dengan strategi bisnis yang dimiliki telah menghasilkan competitive advantage yang menjadikan Surabaya
Plaza Hotel
SPH memiliki
performance lebih
bagus dibandingkan
kompetitornya. Sesuai
dengan Knowledge
Management Pyramid yang
dikembangkan oleh Rosenberg, Surabaya Plaza Hotel berada pada level dua yaitu
Information, Creation,
Sharing, dan
Management. SPH
perlu mengadakan
satu jabatan baru
yaitu Knowledge Management
Manager dan meningkatkan semua kapabilitas dan resources yang ada untuk memasuki
tingkat yang tinggi
lagi level
tiga dalam
konsep Rosenberg
yaitu Entreprise Intelligence.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan alternatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teknik
yang digunakan dalam menganalisis data adalah diagnosa
Knowledge Management, Identifikasi
Knowledge Sources, dan Analisis Competitive
Advantage. Hasil dari penelitian menunjukkan skor dan persentase Knowledge Management secara keseluruhan di atas rata-rata yaitu 65 persen. Dengan kata
lain SPH telah melakukan proses Knowledge Management dengan cukup baik. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Surabaya Plaza Hotel secara
umum telah melakukan management by knowledge, meskipun belum terorganisir dengan baik. Upaya pemanfaatan pengetahuan untuk kelancaran operasional
hotel sudah berjalan cukup baik, khususnya pengetahuan yang mempengaruhi posisi kompetitif yang bersumber pada customer knowledge stakeholder
relationships, knowledge in product and services, dan knowledge in people. Meskipun peralatan maupun software yang dipergunakan belum terintegrasi
dalam satu sistem, tetapi sudah ada upaya optimal dalam melakukan upaya penciptaan, penyebarluasan, maupun penyimpanan pengetahuan. Berdasarkan The
Knowledge Management Pyramid yang dikembangkan oleh Rosenberg, Surabaya Plaza Hotel berada pada level dua.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran