Sedimen Analisis Strategi Pengelolaan Lingkungan

60 pengendapan butiran halus dalam perairan menjadi relatif singkat, karena itu pengendapan lebih banyak terjadi pada tempat yang terlindung. Sedimen terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik berasal dari hewan atau tumbuhan yang membusuk lalu tenggelam ke dasar perairan dan bercampur dengan lumpur, sedangkan bahan anorganik umumnya berasal dari hasil pelapukan batuan. Palar 2008 menyampaikan logam terdapat secara alami di lingkungan akuatik, namun keberadaannya dalam jumlah besar di alam pada umumnya disebabkan oleh intervensi manusia. Sumber alami logam di lingkungan akuatik adalah sungai yang merupakan saluran pembuangan aktivitas di daratan. Air buangan industri juga merupakan sumber potensial logam di perairan. Selain itu juga ditambah dengan buangan daerah perkotaan dan buangan limbah padat yang dapat meningkatkan kandungan logam di perairan. Kandungan logam yang tinggi pada sedimen biasanya terdapat pada partikel sedimen yang halus. Hal ini adalah akibat gaya tarik elektrokimia antara partikel sedimen dengan partikel mineral. Semakin kecil ukuran butiran sedimen maka semakin luas permukaannya untuk mengadsorbsi ion-ion. Mineral liat cenderung mengadsorbsi ion-ion logam dalam air dan mengendapkannya di dasar perairan. Mineral logam cenderung mengendap di lingkungan perairan karena daya larutnya yang rendah. Kandungan logam dalam sedimen hingga saat ini belum diatur baku mutunya oleh pemerintah Indonesia. Perbandingan terhadap analisis kualitas sedimen dilakukan dengan mengacu pada standar kandungan logam dalam sedimen berdasarkan konsensus Krauskopt 1979. Perubahan kandungan logam dalam sedimen dapat diketahui melalui pemantauan secara berkala dan kontinyu di lokasi yang sama. Bila dibandingkan dengan kandungan logam dalam sedimen berdasarkan konsensus, kandungan logam dalam sedimen pada lokasi sampling pada umumnya standar tersebut, kecuali Zn ST.3, 4, 5 dan 7 pada periode pengambilan musim barat dan Cu ST5. serta Pb ST.3 dan 5 pada periode pengambilan musin peralihan. Keberadaan logam dalam sedimen dapat merupakan kondisi alami dari kerak bumi atau pengikatan logam terlarut dalam badan air oleh partikel sedimen. Dalam kenyataannya, dapat dijumpai kondisi suatu perairan dimana kandungan logam tidak ditemukan dalam badan air, namun konsentrasi logam dalam sedimen cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan logam dalam perairan terikat oleh partikel sedimen dan relatif stabil di dasar perairan. Namun demikian, diperlukan data pemantauan kandungan logam dalam sedimen jangka panjang untuk mengetahui apakah hal tersebut merupakan kondisi alami atau pengaruh kegiatan manusia Palar, 2008. Cu yang masuk kedalam tatanan lingkungan perairan dapat berasal dari peristiwa alamiah sebagai efek samping yang dilakukan oleh manusia. Aktivitas manusia seperti buangan industri galangan kapal dan aktivitas pelabuhan lainnya merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam badan-badan perairan. Masukan sebagai efek samping dari aktifitas manusia ini, lebih ditentukan oleh bentuk dan tingkat aktifitas yang dilakukan. Proses daur ulang yang terjadi dalam system tatanan lingkungan perairan yang merupakan efek dari aktifitas biota perairan juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan Cu dalam badan perairan Palar, 2008. Pb tergolong ke dalam logam berat karena memiliki bobot jenis lebih dari 5 grcm 3 dan merupakan logam berat non esensial. Pb termasuk scavenged 61 elements, bersifat reaktif dan semakin bertambah kedalaman konsentrasi Pb cenderung berkurang. Pb di alam terdapat dimana-mana dan dalam air dapat membentuk larutan atau tersuspensi. Umumnya konsentrasi Pb di badan air rendah karena daya larutnya rendah dan konsentrasi serta toksisitasnya tergantung pada kesadahan, pH, alkalinitas dan oksigen terlarut. Dalam kondisi perairan anoxic Pb sangat sulit larut dan cenderung diendapkan di sedimen Palar, 2008. Sementara itu, Zn tergolong ke dalam logam berat esensial dan merupakan unsur yang berlimpah di alam. Zn umumnya digunakan pada industri pembuatan cat, penyulingan minyak, karet, pertanian, obat-obatan elektronik dan lain sebagainya Takarina, 2010. Kandungan logam berat pada sedimen yang relatif tinggi sedimen yaitu parameter Cu, Pb dan Zn. Saat pengambilan sampel pada musim barat, diketahui konsentrasi Zn melebihi standar dari Krauskopt hampir pada setiap stasiun kecuali stasiun 1. Hal tersebut berbeda dengan kondisi pengambilan sampel pada musim peralihan, dimana konsentrasi Zn pada sedimen relatif lebih rendah dan memenuhi standar yang diacu. Berbeda dengan konsentrasi Cu dan Pb, pada musim barat konsentrasi Cu dan Pb relatif rendah dan berada di bawah standar, namun pada musim peralihan konsentrasi Cu dan Pb melebihi standar yaitu pada ST.3 dan ST.5 untuk parameter Cu dan ST.3 untuk parameter Pb. Perbedaan konsentrasi kandungan logam dalam sedimen tersebut dimungkinkan karena pengaruh musim dan aktivitas di sekitarnya sebagai sumber kontaminan sedimen. Zhuang et al. 1994 menjelaskan bahwa perubahan kandungan sedimen disebabkan karena perubahan dari kontaminannya. Peristiwa umum seperti pasang surut, gelombang, kegiatan antropogenik, pengerukan, dumping dan penangkapan ikan yang berulang dapat mempengaruhi kondisi sedimen disekitarnya. Berdasarkan uraian diatas, tingginya beberapa parameter sedimen Zn, Cu dan Pb dan perubahan perubahan konsentrasi parameter tersebut erat hubungannya dengan aktivitas yang ada di sekitar pelabuhan yaitu perbaikan danatau perawatan kapal, aktivitas industi, perdagangan dan pertokoan. penjualan ha kawasan, daratan seperti industri, pelabuhanperkapalan dan limbah domestik yang terbawa oleh aliran air sungai. Konsentrasi logam berat di pantai juga sangat tergantung pada karakteristik sedimen dan kandungan bahan organik total dalam sedimen. Sebagaimana disampaikan juga oleh Burchett 2002, bahwa sumber kontaminasi logam pada sedimen cenderung berhubungan dengan limpasan perkotaan, pabrik pengolahan limbah, limbah industri, limbah operasi pertambangan, kegiatan berperahukapal, pembuangan sampah rumah tangga, dan pertanian. Analisis kluster terhadap parameter sedimen baik terhadap tekstur maupun kandungan logam beratnya, pengelompokan berdasarkan kemiripan stasiun pengamatan saat musim barat dan musim peralihan, dapat dilihat pada dendrogram Gambar 16 dan dan Gambar 17. Berdasarkan dendrogram, pada musim barat diketahui stasiun 1 berada dalam kelompok 1, stasiun 3,5 dan 4 kelompok 2, dan stasiun dalam kelompok 3. Sementaraitu, pada musim peralihan diketahui stasiun 1 dan stasiun 4 berada dalam kelompok 1, stasiun 3 dan stasiun 7 kelompok 2 serta stasiun 5 kelompok 3. 62 Observations S im il a ri ty St-7 St-4 St-5 St-3 St-1 10.93 40.62 70.31 100.00 Sedimen Musim Barat Gambar 16. Dendrogram kualitas sedimen musim barat observation S im il a ri ty St-5 St-7 St-3 St-4 St-1 -13.26 24.49 62.25 100.00 Sedimen Musim Peralihan Gambar 17. Dendrogram kualitas sedimen musim peralihan

c. Biota Air.

Kondisi biota air pada perairan di lingkungan PPN Palabuhanratu digambarkan berdasarkan hasil analisa kelimpahan biota perairan fitoplankton, zooplankton dan benthos sebagaimana disampaikan pada Lampiran 1. Lokasi dan waktu pengambilan biota air sama dengan pengambilan sampel kualitas air. 63

a. Fitoplankton

Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi suatu perairan dan merupakan salah satu parameter tingkat kesuburan suatu perairan Odum, 1971. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsure hara fosfat, nitrat dan silikat. Kelimpahan fitoplankton mempunyai hubungan yang positif dengan kesuburan perairan, apabila kelimpahan fitoplankton tinggi maka perairan tersebut cenderung memiliki produktifitas yang tinggi pula. Demikian juga distribusi horizontal plankton sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan arus. Oleh sebab itu, kehadiran plankton jenis tertentu dapat digunakan sebagai indikator massa air atau arus laut. Fitoplankton berperan juga dalam pengendalian iklim global, karena kemampuan untuk berfotosintesis yang membutuhkan CO 2 karbon dioksida untuk menghasilkan senyawa organik yang merupakan dasar kehidupan bagi hamper semua kehidupan mahluk laut. Fitoplankton didunia mempunyai total biomassa yang sangat besar maka akan sangat banyak pula CO 2 dari atmosfer yang dapat diserap oleh fitoplankton. Karbon dioksida merupakan salah satu komponen gas rumah kaca yang dapat menyimpan energy panas yang sangat mempengaruhi suhu atmosfer di bumi ini. Makin banyak CO 2 di atmosfer bumi, makin banyak energi panas yang terperangkap, dan bumipun semakin panas. Hasil analisis laboratorium terhadap sampel yang di ambil pada musim barat, diketahui organisme yang teridentifikasi berasal dari kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Chlorophyceae dan Desmidiaceae. Kelimpahan tertinggi dijumpai berasal dari kelas Bacillariophyceae yaitu berkisar antara 97,47 – 99,22 dari jumlah indiviu yang teridentifikasi dan terdapat pada setiap stasiun pengamatan. Organisme dari kelas Bacillariophyceae yang mendominasi adalah Thalassionema sp. dengan kelimpahan individu berkisar antara 1.661.744 - 3.250.506 indm 3 dan Chaetoceros sp. 8.437.842-10.868.704 indm 3 dari total kelimpahan individu antara 12.305.086 - 14.283.620 indm 3 sebagaimana disampaikan pada Tabel 15 dan Gambar 18. Kelimpahan biota tertinggi dijumpai pada lokasi pengambilan ST.1. Hasil perhitungan diketahui nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0,66 – 0,89, indek keseragaman 0,25 – 0, 35 dan nilsi indeks dominansi 0,54 – 0,69. Kehadiran fitoplankton dari jenis diatom sentris seperti Chaetoceros, Rhizosolenia, Thalassiosira, dan Leptocylindrus yang ditemukan mendominasi pada struktur komunitas fitoplankton pada badan perairan pesisir yang menerima buangan limbah dapat menjadi indikator terjadinya tekanan terhadap lingkungan Verlecar et al., 2006. Sama halnya dengan musim barat, hasil analisis biota pada pengambilan sampel musim peralihan diketahui organism fitoplankton yang teridentifikasi berasal dari kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Chlorophyceae dan Desmidiaceae. Namun kelimpahan tertinggi pada musim peralihan ini yaitu berasal dari kelas Cyanophyceae sekitar 17,45 – 91,48 dari jumlah keseluruhan individu yang teridentifikasi dibandingkan organisme dari kelas lainnya dan terdapat pada setiap stasiun pengamatan. Organisme yang mendominasi dari kelas Cyanophyceae ini yaitu Trichodesmium sp. dengan 64 kelimpahan individu berkisar antara 153.729 – 1.059.022 indm 3 dari total kelimpahan individu antara 428.127 – 1.157.651 indm 3 , sebagaimana disampaikan pada Tabel 16 dan Gambar 19. Hasil perhitungan terhadap nilai indeks pada musim peralihan ini diketahui indeks keanekaragaman berkisar antara 0,47 – 1,82, indeks keseragaman 0,18 – 0,71 dan indeks dominansi 0,54 – 0,69. Trichodesmium merupakan salah satu jenis dominan dari organisme diazotroph di perairan laut tropis dan toleran terhadap intensitas cahaya yang tinggi. Diazotroph adalah jenis organisme yang dapat memfiksasi senyawa nitrogen menjadi amonia atau amonium LaRoche, 2005. Kelimpahan yang tinggi dari Trichodesmium dapat berhubungan dengan tingginya kandungan logam seperti Pb, Cu, dan Co Krishnan et al. 2007 dan faktor lingkungan berupa kecepatan angin yang lemah Muslim dan Jones, 2003. Perbedaan kelimpahan dan jenis fitoplankton yang teridentifikasi saat musim barat dan musim peralihan dimungkinkan karena perubahan kondisi gelaombang dan arus pasang surut. Sebagaimana disampaikan oleh Suryanti 2008, kecepatan arus akan berperan dalam proses migrasi dan penyebaran plankton sebagai organisme yang pasif sehingga pergerakannya sangat ditentukan oleh arus. Sidabutar 2008 menngemukakan, sesuai dengan namanya plankton yang hidupnya mengapung dengan daya renang yang relatif kecil akan mengalami hamburan distribusi dengan cara hanyut terbawa arus yang ada. Walau demikian pola penyebaran plankton juga bergantung pada sifat fisiko-kimia perairan dan sifat-sifat biologis yang unik dari organisme tersebut. Pola sebaran plankon yang terjadi secara umum menyebar dalam tiga pola spasial : 1 Penyebaran teratur dan seragam uniform, dimana individu yang merata pada tepat tertentu pada komunitas, 2 Keberadaan acak random, dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok ditempat lainnya, 3 Penyebaran kelompok atau agregat clumped, individu-individu selalu ada dalam kelompok- kelompok, jarang terlihat sendiri secara terpisah. Beberapa faktor penyebab adanya perbedaan pola spasial antara lain : 1 Faktor vektorial dari gaya-gaya eksternal seperti arah angin, arus, dan isntensitas cahaya, 2 Faktor reproduktif yang berkaitan dengan cara berkembang biak, 3 Faktor social disebabkan faktor koaktif didalam intra spesies. Komunitas fitoplankton yang mengalami situasi lingkungan yang ekstrim cenderung terdiri dari sejumlah kecil spesies, sebaliknya dalam lingkungan yang baik jumlah spesies lebih banyak namun tidak ada satupun yang berlimpah. Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesiea yang ada, keragaman spesies fitoplankton cenderung bertambah bila komunitas menjadi stabil. Pengaruh pencemaran secara umum menyebabkan perubahan pada struktur komunitas plankton, sehingga jumlah spesies yang ada akan menurun. Demikian juga mnculnya spesies “kebetulan” dengan daya hidup yang singkat, yang menampakkan fungsi populasi yang besar dalam ruang dan waktu. Pencemaran dapat menyebabkan perubahan dalam tatanan faktor yang bekerja dan mengendalikan suatu ekosistem alamiah Sidabutar, 2008.