Aktivitas di PPN Palabuhanratu

40 dan sisa perbekalan yang sudah tidak terpakai Gambar 8. Chen et al. 2013 mengemukakan berbagai jenis limbah yang dibuang dari kapal perikanan umumnya berupa sampah botol plastik, kantong plastik, botolkemasan logan alumunium atau kaleng, alat tangkap tali pancing, jaring, tali pelampung dan baterai. Pembuangan limbah tersebut umumnya dilakukan langsung di lokasi kolam pelabuhan, sehingga limbah tersebut dapat mencemari kolam pelabuhan. Wirdah 2006 menyebutkan kegiatan tambat labuh dan bongkar muat kapal di dermaga pelabuhan akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa sampah dan limbah cair berupa minyakpelumas bekas. Sari 2003 menyampaikan yang melakukan pengukuran terhadap jumlah limbah minyak dari kegiatan perawatan rutin kapaldari limbah air bilge kapal rata-rata 0,065 ltkapalbulan. Chen et al. 2013 yang melakukan wawancara terhadap 427 orang nelayan, diketahui lebih dari setengahnya yang melaporkan bahan yang dapat di manfaatkan ulang seperti botol plastik, baterai, botol logam dan jaring ikantali dengan persentase: 62,5, 78,7, 57,4 and 72,6 membawanya ke darat untuk diolah lebih lanjut. Namun demikian, banyak sekali nelayan 74,5 yang melaporkan bahwa mereka membuang kantong plastik langsung kelaut. Kegiatan pembuangan limbah yang dilakukan langsung di lokasi kolam pelabuhan, selain karena terbatasnya fasilitas pengolahan limbah yang ada juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran nelayan terhadap pentingnya kebersihan lingkungan pelabuhan. Selain itu, dikarenakan belum adanya standar operasional prosedur mengenai pengelolaan limbah di pelabuhan dari kegiatan rutin operasional kapal dan penunjang pelabuhan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009 tentang pengelolaan limbah di pelabuhan menyebutkan setiap pemilik danatau operator kapal dilarang melakukan pembuangan limbah kemedia lingkungan hidup. Dalam peraturan tersebut disampaikan juga menteri hendaknya menerbitkan petunjuk pelaksanaan penanganan limbah di pelabuhan yang berasal dari kegiatan rutin operasional kapal dan kegiatan penunjang di pelabuhan. Seperti pelabuhan perikanan di Indonesia pada umumnya, kegiatan- kegiatan di pelabuhan perikanan baru dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tugas pokok dan fungsi yang ada, namun belum diperjelas dengan SOP untuk masing-masing kegiatan, misalnya SOP bongkar muat, tambat labuh dan SOP pelelangan Sari, 2003. Hal inilah yang menyebabkan permasalahan aktivitas perkapalan hingga kini belum terselesaikan dan mengakibatkan dampak tertumpahnya limbah di perairan. Untuk memperbaiki kondisi ini, maka pihak pengelola pelabuhan harus memiliki dan memberlakukan SOP setiap aktivitas yang ada di pelabuhan. Disamping itu, peningkatan pelayanan dan usaha perbaikan sarana dan prasarana juga harus dilakukan. Siar et. al., 2011 menyebutkan pengelolaan terhadap air bilge kapal dapat dilakukan dengan pemompaan air tersebut dan menampungnya dalan instalasi pengolahan limbah untuk dilakukan pemisahan minyak dengan oily separator sebelum dibuang ke perairan. 41 Gambar 8. Kegiatan pencucian palka dan pembuangan air bilge kapal. 3 Aktivitas Pendaratan Ikan dan Penjualan Hasil Tangkapan. Kegiatan pendaratan ikan di PPN Palabuhanratu, dilakukan di lokasi dermaga I dan dermaga II sesuai dengan jenis dan ukuran kapalnya. Jenis kapal yang mendaratkan ikan di dermaga pelabuhan I adalah payang, gillnet, pancing dan rawai. Sementara itu, kapal yang mendaratkan ikan di dermaga pelabuhan II yaitu jenis pancing tonda dan longline. Ikan-ikan yang didaratkan dermaga kolam pelabuhan I di jual langsung ke pengumpul ikanbakul dimana sebagian dari ikan tersebut dijual di lokasi tempat pelelangan ikan dan dibawa langsung dengan mobil bak untuk didistribusikan ke daerah pemasaran seperti Sukabumi dan bandung atau untuk diolah. Ikan yang didaratkan di dermaga pelabuhan II dengan dominan hasil tangkapan tuna, diangkut langsung dengan truk berpendingin untuk dipasarkan atau di simpan terlebih dahulu pada cold storage yang terdapat di sekitar dermaga II. Pengamatan di lapangan diketahui terdapat tempat penjualan hasil tangkapan yang terdapat di PPN Palabuhanratu yang berjumlah 2 unit yaitu los pasar ikan yang terdapat di belakang TPI dan pasar ikan dan resto; yang keduanya menjual ikan segar sekaligus sebagai tempat penjualan ikan bakar. Selain pasar 42 ikan, juga terdapat tempat penjualan ikan yang terletak di samping CV Citra Karya Utama yang merupakan perusahaan pengelola docking di PPN Palabuhanratu. Los pasar ikan yang berlokasi di belakang TPI masih termasuk kedalam lahan dari TPI, oleh karena itu pengelolaannya dilakukan oleh pengelola TPI. Los pasar ikan ini memiliki 60 unit lapak. Pelaksanaan penataan, pemeliharaan kebersihan dan saluran drainase sebagai pendukung belum dilaksanakan dan tersedia dengan baik. Hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa kondisi los pasar ikan ini “semrawut”, kotor, becek dan bau. Selain kios pasar ikan, terdapat tempat penjualan ikan tidak resmi di samping CV Citra Karya Utama. Hasil pengamatan di lapangan terdapat 4 buah kios di tempat penjualan ikan ini, dimana 1 kios digunakan sebagai warung kopi, 1 kios merupakan gudang docking dan 2 kios yang digunakan sebagai tempat penjualan ikan. Kegiatan pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan baik yang dilakukan langsung di dermaga bongkar, los pasar ikan, pasar ikan dan resto serta kios penjualan ikan, akan menghasilkan sejumlah limbah yaitu berupa air es yang digunakan sebagai pengawetan ikan, pencucian ikan dan limbah ikan itu sendiri. Pengamatan dilapangan limbah yang dihasilkan dari kegiatan pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan dibuang langsung di kolam pelabuhan. Selain itu, air dreainase dari lokasi pasar juga disalurkan kedalam kolam pelabuhan Gambar 9. Sari 2003 menyebutkan kegiatan di Tempat Pelelangan Ikan TPI yang meliputi penimbangan, sortasi pembersihan dan penyiangan ikan menimbulkan limbah ikan berupa sisik, kepala, ekor dan isi perut ikan. Sementara itu limbah cair berasal dari air cucian ikan dan fasilitas pelelangan. Pengelolaan yang dapa dilakukan guna meminimalisir dampak limbah dari kegiatan pendaratan dan penjualan hasil tangkapan, sebaiknya dilakukan pemanfaatan terhadap limbah ikan. Bentuk dari pemanfaatan ini dapat berupa sebagai pakan ternak atau olahan lainnya. Terkait dengan limbah cair dapat dilakukan pengaliran air drainase kedalam kolam pengendapan dengan filtrasi secara fisika atau di olah pada IPAL. Gambar 9. Limpasan air drainase dan sampah dari pasar ikan sekitar TPI. 4 Aktivitas Pengisian Perbekalan Kegiatan pengisian perbekalan untuk kapal-kapal yang akan melakukan penangakapan yaitu berupa kebutuhan bahan bakar solar, pelumas, es, air bersih, umpan dan bahan makanan. Kegiatan pengisian perbekalan tersebut dilakukan di dermaga kolam pelabuhan I dan II sesuai dengan ukuran kapalnya. 43 Kegiatan pengisian perbekalan yang dilakukan oleh nelayan meliputi pemenuhan kebutuhan melaut seperti bahan bakar minyak solar, es, pelumas mesin, air bersih, serta kebutuhan makanan. Selain itu, untuk jenis kapal pancing yang menggunakan umpan, perbekalan yang dibutuhkan yaitu umpan yang berupa ikan Gambar 10. Pelaksanaan kegiatan pengisian BBM akan menimbulkan ceceran minyak di kapal. Ceceran minyak tersebut selanjutnya akan terbuang keperairan bersamaan dengan kegiatan pembuangan air bilge kapal, demikian pula hal tersebut juga akan terjadi pada saat kegiatan penggantian pelumas mesinoli. Sari 2003 menyampaikan yang melakukan pengukuran terhadap jumlah limbah minyak dari kegiatan perawatan rutin rutin kapaldari limbah air bilge kapal rata-rata 0,343 ltkapalbulan. Nelayan di PPN Palabuhanratu, umumnya melakukan penggantian oli mesin atau pun oli gardan secara rutin satu bulan sekali. pengamatan dilapangan dan wawancara kepada nelayan, yang mewakili beberapa kategori jenis dan ukuran kapal, diketahui untuk kapal ukuran 10 GT umumnya melakukan penggantian oli di kolam pelabuhan. Volume penggantian oli tersebut yaitu sekitar 0,25 liter untuk penggantian oli gardan dan 1-2 liter untuk penggantian oli mesin. Olipelumas bekas dari kegiatan penggantian tersebut untuk oli gardan umumnya langsung dibuang pada kolam pelabuhan, sementara itu untuk oli mesin mesin di tampung pada wadah dan dibuang di darat sekitar pelabuhan. Kegiatan penggantian oli untuk kapal dengan ukuran 10-30 GT dengan volume sekitar 4-5 liter umumnya dilakukan di kolam pelabuhan. Limbah oli tersebut ditampung dalam wadah dan dibuang di darat dalam lingkungan lokasi pelabuhan. Walaupun demikian, ada juga beberapa nelayan yang mengumpulkan dan menjualnya kepada pihak ketiga pengumpul pelumas bekas. Kapal-kapal dengan ukuran 30 GT yang melakukan operasi penangkapan dalam waktu yang lama 6-8 bulan, umumnya melakukan penggantian oli di laut pada saat kegiatan operasi penangkapan. Frekuensi penggantian tersebut dalam kurun waktu satu sampai sampai dua bulan sekali dengan volume sekitar 40 liter. Pihak pengelola PPN Palabuhanratu, pada dasarnya telah menyediakan drum tempat penampungan limbah olipelumas bekas, namun nelayan masih merasa enggan untuk menampung dalam drum tersebut dengan alasan lokasinya jauh. Penempatan drum penampungan olipelumas bekas di letakan masing- masing 1 unit disekitar dermaga I dan 2 unit di dermaga II, namun drum yang ditempatkan di dermaga I hilang diambil pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain perbekalan kebutuhan makanan es dan BBM untuk melaut, nelayan pancing layur juga membawa perbekalan umpan berupa ikan. Kebutuhan umpan untuk setiap pemancing yaitu berkisar antara 18-25 kg ikan. Kegiatan penyiapan umpan tersebut dilakukan di sekitar dermaga pelabuhan yaitu dengan melakukan filet terhadap ikan bahan umpan hanya diambil dagingnya saja. Sisa ikan umpan hasil fillet yang berupa kepala dan tulang ikan sekitar 50 setengahnya dari jumlah ikan yang digunakan untuk umpan, umumnya dibuang langsung kedalam kolam pelabuhan. Sementara itu, limbah kemasan yang berasal dari perbekalan makanan nelayan yang berupa kertas karton dan plastik umumnya dibuang di laut saat kegiatan operasi penangkapan. Kegiatan pembuangan limbah yang dilakukan langsung di lokasi kolam pelabuhan dan di laut, selain karena terbatasnya fasilitas pengolahan limbah yang 44 ada, juga disebabkan karena kurangnya kesadaran nelayan terhadap pentingnya kebersihan lingkungan. Hal tersebut juga dikarenakan belum adanya standar operasional prosedur mengenai pengelolaan limbah di pelabuhan dan di kapal dari kegiatan rutin operasional kapal. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009 tentang pengelolaan limbah di pelabuhan menyebutkan setiap pemilik danatau operator kapal dilarang melakukan pembuangan limbah kemedia lingkungan hidup. Peraturan tersebut juga menyampaikan menteri terkait hendaknya menerbitkan petunjuk pelaksanaan penanganan limbah di pelabuhan yang berasal dari kegiatan rutin operasional kapal dan kegiatan penunjang di pelabuhan. Gambar 10. Kegiatan penyiapan umpan ikan dan perbekalan melaut. Seperti pada permasalahan di pelabuhan perikanan di Indonesia pada umumnya maka kegiatan-kegiatan di pelabuhan perikanan umumnya baru dilaksanakan pada tahap sesuai dengan ketentuan tugas pokok dan fungsi yang ada tapi belum diperjelas dengan SOP untuk masing-masing kegiatan, misalnya SOP bongkar SOP muat. SOP tambat lauh dan SOP pelelangan Nilam Sari, 2003. Hal inilah yang menyebabkan permasalahan aktivitas perkapalan hingga kini belum terselesaikan dan mengakibatkan dampak tertumpahnya limbah di perairan. Untuk memperbaiki kondisi ini, maka pihak pengelola pelabuhan harus memiliki dan memberlakukan SOP ditiap-tiap aktivitas di pelabuhan. Disamping, itu peningkatan pelayanan dan usaha perbaikan sarana dan prasarana juga harus dilakukan. Susana et. al. 2011 menyebutkan pengelolaan terhadap limbah minyak dan pelumas bekas dilakukan dengan menyediakan fasilitas tersendiri dan menyiapkan tampungan ceceran minyak dan pelumas di kapal. Terhadap limbah ikan sisa ikan sebaiknya dilakukan pemanfaatan seperti untuk pakan ternak atau olahan lainnya. 5 Aktivitas PerbaikanPembuatan Kapal docking dan Perbaikan Jaring Kegiatan perbaikan kapal di PPN Palabuhanratu dilakukan di Fasilitas docking. Fasilitas docking di PPN Palabuhanratu dikelola oleh dua pihak yaitu PT Citra Karya Utama PT CKU dan PPN Palabuhanratu. Fasilitas docking yang berada di arah dermaga I dikelola oleh pihak pengelola pelabuhan, sedangkan yang berada di arah dermaga II dikelola oleh pihak swasta yaitu PT CKU. Fasilitas docking yang dikelola oleh PPN Palabuhanratu umumnya digunakan oleh nelayan sebagai tempat membuat kapal, sedangkan fasilitas docking yang dikelola oleh PT CKU umumnya digunakan sebagai tempat 45 perbaikan dan perawatan kapal. Fasilitas docking dilengkapi dengan rel slipway yang berfungsi untuk mempermudah menaikkan kapal ke darat saat kondisi air laut sedang surut. Hasil observasi, kondisi dari slipway tersebut sudah berkarat, kotor dan di sekitarnya terdapat banyak sampah. Hal ini membuat fungsi slipway menjadi terganggu, sehingga sebagian besar nelayan dan pengusaha perikanan menaikkan kapal ke darat tanpa melewati slipway, tetapi ditarik begitu saja menggunakan tali saat air sedang pasang. Secara umum nelayan menggunakan fasilitas docking yang berada ke arah dermaga 1. Aktivitas docking relatif tinggi mempengaruhi tingkat pencemaran kolam pelabuhan akibat masukkan limbah yang dihasilkannya. Hal ini karena fasilitas docking dalam keadaan kotor, tidak tertata dengan baik dan banyak terdapat sampah serta bangkai kapal PPNP, 2010. Jenis-jenis limbah yang dihasilkan akibat aktivitas docking kapal antara lain ceceran cat, ceceran oli sebagai campuran adonan dempul kapal, potongan kayu, plastik, kaleng bekas dan sampah organik sisa makanan tukang Gambar 11. Kegiatan perawatan kapal tidak seleuruhnya dilakukan di areal docking. Kegiatan perawatan kapal juga sering dilakukan di kolam pelabuhan. Hal ini dilakukan karena,jika nelayan melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan di kolam pelabuhan, maka nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya upah menarik kapal ke area docking, membayar sewa tanah dan listrik docking. Pengamatan dilapangan tidak terdapat tempat penampungan sampah yang tersedia di area docking. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas docking diataranya ceceran cat, ceceran oli sebagai campuran adonan dempul kapal, potongan kayu, plastik, kaleng bekas dan sampah organik sisa makanan tukang. Lokasi docking yang terletak di dekat kolam pelabuhan dermaga I dan kondisi fasilitas docking yang kotor, tidak terurus dan banyak terdapat sampah serta bangkai kapal, mengakibatkan banyak limbah yang masuk kedalam kolam pelabuhan. Aktivitas perbaikan jaring di PPN Palabuhanratu dilakukan di fasilitas perbaikan dan penjemuran jaring yang terdapat di sekitar lokasi dermaga 1. Namun demikian tidak semua nelayan melakukan pembuatan dan perbaikan jaring pada fasilitas yang ada. Kegiatan perbaikan jaring ini umumnya dilakukan bersamaan dengan saat penjemuran jaring. Dalam kegiatan perbaikan jaring limbah yang dihasilkan berupa potongan bahan dan jaring bekas yang bersifat anorganik. Selain fasilitas docking dan perbaikan jaring, di PPN Palabuhanratu juga terdapat bengkel yang berfungsi sebagai tempat perbaikan mesin-mesin kapal perikanan yang mengalami kerusakan, pembuatan cerobong asap dan kemudi kapal. Bengkel di PPN Palabuhanratu berjumlah 1 unit, yang bersebelahan dengan gedung utama kantor PPN Palabuhanratu. .Hasil wawancara kepada pengelola bengkel limbah yang dihasilkan dari kegiatan bengkel di PPN Palabuhanratu yaitu limbah domestik dari pekerja bengkel, limbah pelumas bekas, besi bekas, majun dan material scrap. Limbah yang dihasilkan tersebut disimpanditampung pada tempat penampungan sampah yang tersedia di lokasi bengkel, sementara limbah pelumas bekas ditampung pada drum tersendiri. 46 Gambar 11. Kegiatan perbaikan dan perawatan kapal. Upaya penanganan yang dapat dilakukan terhadap limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan perbaikanperawatan kapal dan jaring yaitu berupa penyediaan tempat sampah dan tempat penampungan sampah sementara berdasarkan jenisnya. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 215 Tahun 1987 Tentang Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah dari Kapal, di pelabuhan-pelabuhan dan galangan-galangan perbaikan kapal yang dan segi kegiatannya memerlukan fasilitas penampungan limbah atau pelabuhan-pelabuhan yang banyak disinggahi kapal, harus tersedia fasilitas penampungan limbah. Selain itu, perlu adanya sistem drainase di sekitar lokasi docking sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat disalurkan melalui drainase dan diolah terlebih dahulu baik secara fisika, kimia, maupun biologi. Pada saluran drainase juga hendak dipasang di pasang saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase tidak terbawa ke kolam pelabuhan. Sebagaimana disampaikan oleh Sari 2003 pada saluran drainase hendaknya di pasang kawat untuk menyaring sampah- sampah yang terlewatkan. Seperti halnya dalam kegiatan lainnya, dalam pelaksanaan perbaikanperawatan kapal dan jaring perlu juga didukung oleh adanya SOP yang jelas terkait pelaksanaan maupun pengelolaan limbahnya. Disamping, itu peningkatan pelayanan dan usaha perbaikan sarana dan prasarana juga harus dilakukan. 6 Aktivitas Pertokoan warung Aktivitas perdagangan sebagai turunan dari kegiatan utama kepelabuhanan. Aktivitas perdagangan yang berada dilokasi pelabuhan terdiri dari warung-warung pedagang makanan, pedagang ikan, pedagang kaki lima serta pedagang penyuplai 47 alat tangkap serta asongan Gambar 12. Suherman dan Dault 2009 menyampaikan kegiatan operasional pelabuhan perikanan juga tidak terlepas dari peranan unit-unit usaha yang ikut menyediakan kebutuhan nelayan. Unit-unit usaha tersebut antara lain kios alat-alat perikanan yang menjual peralatan mesin, pancing, tali pancing, box ikan dan sebagainya; unit perbekalan melaut yang menjual es balok, garam, jasa penggilingan es, strum accu dan lain-lain; dan warung –warung makan dan minuman. Toko logistik berlokasi di depan Laboratorium Bina Mutu PPN Palabuhanratu yang berjumlah 3 unit. Kedai pesisir berjumlah 20 unit yang terletak di tiga lokasi berbeda, yaitu di dekat pos terpadu I, di sebelah bengkel dan di sebelah syahbandar perikanan. Toko logistik di PPN Palabuhanratu umumnya digunakan oleh nelayan sebagai tempat tempat minum kopi, tempat makan sewaktu tidak melaut dan tempat membeli makanan ringan. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertokoan dilingkungan pelabuhan yaitu berupa limbah sisa makanan, limbah kemasan dan limbah drainase dari pencucianaktivitas dapur. Limbah tersebut umumnya bersifat organik dan anorganik. Penanganan yang dapat dilakukan terhadap limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pertokoan yaitu berupa penyediaan tempat sampah dan tempat penampungan sampah sementara berdasarkan jenisnya. Selain itu perlu adanya sistem drainase di sekitar lokasi pertokoan sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat disalurkan melalui drainase dan diolah terlebih dahulu baik secara fisika, kimia, maupun biologi. Pada saluran drainase juga hendak dipasang di pasang saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase tidak terbawa ke kolam pelabuhan. Seperti halnya dalam kegiatan lainnya, perlu juga di dukung oleh adanya SOP yang jelas terkait pelaksanaan maupun pengelolaan limbah dari aktivitas pertokoan. Disamping, itu peningkatan pelayanan dan usaha perbaikan sarana dan prasarana juga harus dilakukan. Gambar 12. Kegiatan pertokoan. 7 Aktivitas Industri Kegiatan industri yang terdapat di PPN Palabuhan Ratu yaitu berupa kegiatan perusahaan cold storage, penjualan BBM solar, bengkel dan sparepart, serta penanganan hasil tangkapan ikan pengepakan hasil tangkapan ikan. Kegiatan industri yang terdapat di dalam Lingkungan PPN Palabuhanratu yaitu berupa perusahaan baik berupa PT, CV maupun perorangan yang bergerak dalam 48 bidang cold storage, penangananpengepakan ikan, bengkeldocking, penjualan spare part dan BBM solar. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut yaitu berupa limbah domestik dari kegiatan akomodasi pekerja, limbah es dari ikan, limbah drainase pencucian gedung dan limbah sisa bahan kemasan. Penanganan yang dapat dilakukan terhadap limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan industri yaitu berupa penyediaan tempat sampah dan tempat penampungan sampah sementara berdasarkan jenisnya. Selain itu perlu adanya sistem drainase di sekitar lokasi industry sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat disalurkan melalui drainase dan diolah terlebih dahulu baik secara fisika, kimia, maupun biologi. Pada saluran drainase juga hendak dipasang di pasang saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase tidak terbawa ke kolam pelabuhan. Seperti halnya dalam kegiatan lainnya, perlu juga di dukung oleh adanya SOP yang jelas terkait pelaksanaan maupun pengelolaan limbah dari aktivitas industri. Terkait dengan limbah cair dapat dilkukan pengaliran air drainase kedalam kolam pengendapan dengan filtrasi secara fisika atau di olah pada IPAL.

c. Peran Institusi Dalam Pengelolaan Lingkungan

Hasil identifikasi dilapangan, Pelaksanaan pengelolaan limbah di PPN Palabuhanratu berada dibawah Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang merupakan bagian dari program K5 keamanan, ketertiban, kebersihan, kebakaran, dan keselamatan kerja. Pengelolaan lingkungan di PPN Palabuhanratu saat ini masih terfokus pada kegiatan kebersiahan. Hal ini dapat dilihat dari tugas pokok koordinator K5 di PPN Palabuhanratu PPNP, 2013: 1. Menjaga dan memelihara Kebersihan Lingkungan Pelabuhan. Kebersihan lingkungan pelabuhan yang dimaksud meliputi: Ruangan kantor, Kolam Pelabuhan, Tempat Pelelangan Ikan, Halaman kantor dan Areal docking, Pembuangan sampah Ke TPA, serta komplek perumahan pegawai. 2. Mengoperasionalkan peralatan kebersihan yang meliputi pengecekan dan pengontrolan peralatan kebersihan, pengecekan ketersediaan dan keadaan peralatan kebersihan, serta pemeliharaan dan penyiapan kendaraan angkutan sampah. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan selain harus ditunjang dengan ketersediaan sumberdaya manusia, juga harus didukung dengan ketersediaan fasilitasnya. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan di PPN Palabuhanratu dilakukan oleh Petugas kebersihan. Peran petugas kebersihan pelabuhan adalah untuk melaksanakan kegiatan kebersihan di wilayah yang sudah ditetapkan oleh Peraturan Pelabuhan sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Pelabuhan. Kewajiban petugas pelabuhan sesuai SK Kepala Pelabuhan antara ain : 1. Menyapu Lokasi wilayah kerja 2. Membersihkan drainase 3. Memotong rumput 4. Mencuci lantai TPI 5. Membuang sampah ke TPA 6. Mengangkat sampah di kolam pelabuhan 7. Penghijauan Tanaman 8. Menyiram tanaman 49 Pelakasanaan kegiatan kebersihan dilakukan oleh semua petugas kebersihan, kegiatan menyapu dilakukan sesuai dengan lokasi dan jadwal yang telah ditetapkan, dan hasil limbah sampah yang sudah di kumpulkan diangkat menggunakan gerobak sampah ke bak kontainer sampah. Sampah-sampah yang berada jauh dari lokasi bak kontainer di angkut menggunakan motor pengangkut sampah kemudian di buang ke bak penampungan sampah sementara. Pengangkatan sampah yang berada di kolam pelabuhan baik kolam pelabuhan I maupun kolam pelabuhan II di ambil menggunakan perahu pengangkut sampah dan hasil limbah sampah di buang ke bak container sampah. Kegiatan pembuangan sampah ke TPA di lakukan setelah kondisi bak container penuh. Kegiatan pembuangan ke TPA dilakukan seminggu 3 kali dengan kapasitas 12 tonminggu. Pengamatan terhadap pengelolaan limbah yang dilakukan di PPN Palabuhanratu, diketahui bahwa pengelolaan limbah yang dilakukan oleh pihak PPN Palabuhanratu, masih tertuju pada arahan kebersihan lingkungan dari timbulan limbah padat. Kegiatan pengelolaan limbah yang dilakukan yaitu pembersihan sampah-sampah dari berbagai aktivtas yang ada di pelabuhan yang dilakukan setiap dini hari. Namun demikian, penanganannya belum dilakukan pemisahan berdasarkan jenisnya organik, anorganik serta bahan berbahaya dan beracun. Upaya pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak PPN Palabuhanratu terhadap nelayan mengenai pelaksanaan pengelolaan limbah dilakukan melalui pemasangan papan pengumuman yang dipasang di sekitar dermaga, namun tingkat kesadaran nelayan masih terhadap pengelolaan lingkungan masih rendah. Wawancara dengan pihak pengelola pelabuhan, permasalahan yang ada terkait dengan pelaksanaan kegiatan K5 berupa: 1 Masyarakat nelayan kurang peduli terhadap kebersihan 2 Tidak ada Pengelolaan Limbah 3 Rendahnya kesadaran para pedagang ikan untuk kebersihan 4 Sarana air bersih kurang memadai 5 Tempat penyimpanan Bak Kontainer Sampah sementara tidak pas pada tempatnya Saat ini upaya penanganan terhadap masalah limbah yang terjadi pada lingkungan PPN Pelabuhanratu dilakukan dengan beberapa upaya pendekatan antara lain: 1 Menginformasikan kepada masyarakat nelayan yang kurang peduli terhadap Kebersihan, dengan memanggil dan memberikan arahan oleh satuan pengamanan pelabuhan 2 Menginformasikan pembuangan limbah diupayakan dengan cara dipisah sesuai jenis limbah 3 Menginformasikan kepada pedagang ikan agar limbah ikan yang ada disekitar tempat berjualan ikan seperti asang ikan, sisik ikan dan jeroan ikan yang berserakan agar dimasukkan ke dalam blong ikan yang disediakan. 4 Tahun 2012 mengusulkan kepada kepala pelabuhan dan kasubag TU untuk membuat bak air laut serta tangki air tawar 5 Upaya penempatan bak kontainer sudah diusulkan ke tanah yang dibebaskan pelabuhan 50 Permasalahan sampah di PPN Palabuhanratu tidak hanya berakibat buruk pada lingkungan namun dapat membawa dampak turunan pada kesehatan masyarakat pelabuhan. Fakta empirik menunjukkan, dengan besaran aktivitas kepelabuhanan yang ada sekarang ini, pengelolaan sampah pelabuhan hanya terbatas pada kumpul angkut buang. Artinya, sampah dari satu tempat dikumpulkan, diangkut lalu dibuang ke tempat lain bak penampungan sampah dan dibuang ke TPA. Seiring dengan perkembangan pelabuhan yang direncannakan akan dikembangkan menjadi PPS Pelabuhan Perikanan Samudera pelaksanaan pengelolaan limbah dengan kumpul angkut dan buang, bukan tidak mungkin menambah permasalahan pengelolaan sampah yang jauh lebih besar lagi. Hal ini dikarenkan produksi sampah berhubungan linier dengan produktivitas dan aktivitas manusia. Dengan demikian, peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan jumlah manusia dan aktivitasnya. Penanganan yang dilakukan terhadap sampah yang ada, lazimnya adalah selain dengan penumpukan, pengumpulan, dan juga dilakukan dengan meningkatkan frekuensi pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir TPA menjadi lebih banyak. Permasalahan yang sering timbul antara lain adalah semakin terbatasnya lokasi tempat pembuangan akhir sampah tersebut. Selain itu, Sampai kini andalan utama menyelesaikan masalah limbah yaitu pemusnahan dengan landfilling di TPA. Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Sebagai salah satu fungsi pemerintahan, berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08MEN2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan pada pasal 3 ayat 5 huruf k disebutkan bahwa fungsi pemerintahan di pelabuhan perikanan adalah pengendalian lingkungan. Operasional pelabuhan perikanan, pada dasarnya telah memiliki standar dalam kegiatan pengelolaan lingkungan terkait dengan kebersihan lingkungan di pelabuhan. Sebagaimana disampaikan dalam Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap No. 16KEP-DJPT2013. Namun demikian mengingat keputusan tersebut baru diterbitkan maka pelaksanaannya belum optimal. Berdasarkan Permen LH No. 5 Tahun 2009 pasal 5 tentang pengelolaam limbah di pelabuhan, disampaikan bahwa pengelola pelabuhan dapat menyediakan fasilitas pengelolaan limbah untuk seluruh atau sebagian jenis limbah dan dapat menerima danatau mengelola limbah dari kegiatan rutin operasional pelabuhan. Selanjutnya pengelola pelabuhan wajib mengisi dan menandatangani sertifikat penyerahan limbah dan melaporkan penerimaan limbah kepada Administrator Pelabuhan atau Kepala Kantor Pelabuhan sebelum menerbitkan sertifikat penyerahan limbah. Selanjutnya, sertifikat penyerahan limbah tersebut diberikan kepada pemilik danatau operator kapal yang telah menyerahkan limbah. Isu tentang manajemen lingkungan kini menjadi kajian yang sangat intens terkait dengan semakin tingginya kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat pesatnya era industrialisasi Amine, 2003. Realitas ini akhirnya tidak bisa terlepas dari tuntutan terhadap pemenuhan produk yang ramah lingkungan atau lebih dikenal dengan green product Aoyagi-Usui, 2003. Terkait ini, maka harus ada langkah alternatif untuk mengurangi dampak industrialisasi.