Aktivitas di PPN Palabuhanratu
                                                                                40 dan  sisa  perbekalan  yang  sudah  tidak  terpakai  Gambar  8.  Chen  et  al.  2013
mengemukakan  berbagai  jenis  limbah  yang  dibuang  dari  kapal  perikanan umumnya  berupa  sampah  botol  plastik,  kantong  plastik,  botolkemasan  logan
alumunium  atau  kaleng,  alat  tangkap  tali  pancing,  jaring,  tali  pelampung  dan baterai.
Pembuangan limbah tersebut umumnya dilakukan langsung di lokasi kolam pelabuhan,  sehingga  limbah  tersebut  dapat  mencemari  kolam  pelabuhan.  Wirdah
2006  menyebutkan  kegiatan  tambat  labuh  dan  bongkar  muat  kapal  di  dermaga pelabuhan akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa
sampah  dan  limbah  cair  berupa  minyakpelumas  bekas.  Sari  2003 menyampaikan yang melakukan pengukuran terhadap jumlah limbah minyak dari
kegiatan  perawatan  rutin  kapaldari  limbah  air  bilge  kapal  rata-rata  0,065 ltkapalbulan. Chen et al. 2013 yang melakukan wawancara terhadap 427 orang
nelayan,  diketahui  lebih  dari  setengahnya  yang  melaporkan  bahan  yang  dapat  di manfaatkan  ulang  seperti  botol  plastik,  baterai,  botol  logam  dan  jaring  ikantali
dengan  persentase:  62,5,  78,7,  57,4  and  72,6  membawanya  ke  darat untuk diolah lebih lanjut. Namun demikian, banyak sekali nelayan 74,5  yang
melaporkan bahwa mereka membuang kantong plastik langsung kelaut.
Kegiatan  pembuangan  limbah  yang  dilakukan  langsung  di  lokasi  kolam pelabuhan,  selain  karena  terbatasnya  fasilitas  pengolahan  limbah  yang  ada  juga
disebabkan  oleh  kurangnya  kesadaran  nelayan  terhadap  pentingnya  kebersihan lingkungan pelabuhan. Selain itu, dikarenakan belum adanya standar operasional
prosedur  mengenai  pengelolaan  limbah  di  pelabuhan  dari  kegiatan  rutin operasional  kapal  dan  penunjang  pelabuhan.  Sesuai  dengan  Peraturan  Menteri
Lingkungan  Hidup  No.  5  Tahun  2009  tentang  pengelolaan  limbah  di  pelabuhan menyebutkan  setiap  pemilik  danatau  operator  kapal  dilarang  melakukan
pembuangan  limbah  kemedia  lingkungan  hidup.  Dalam  peraturan  tersebut disampaikan  juga  menteri  hendaknya  menerbitkan  petunjuk  pelaksanaan
penanganan  limbah  di  pelabuhan  yang  berasal  dari  kegiatan  rutin  operasional kapal dan kegiatan penunjang di pelabuhan.
Seperti  pelabuhan  perikanan  di  Indonesia  pada  umumnya,  kegiatan- kegiatan  di  pelabuhan  perikanan  baru  dilaksanakan  sesuai  dengan  ketentuan
tugas  pokok  dan  fungsi  yang  ada,  namun  belum  diperjelas  dengan  SOP  untuk masing-masing kegiatan,  misalnya SOP bongkar muat, tambat labuh dan SOP
pelelangan  Sari,  2003.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  permasalahan  aktivitas perkapalan  hingga  kini  belum  terselesaikan  dan  mengakibatkan  dampak
tertumpahnya  limbah  di  perairan.  Untuk  memperbaiki  kondisi  ini,  maka  pihak pengelola  pelabuhan  harus  memiliki  dan  memberlakukan  SOP  setiap  aktivitas
yang  ada  di  pelabuhan.  Disamping  itu,  peningkatan  pelayanan  dan  usaha perbaikan  sarana  dan  prasarana  juga  harus  dilakukan.  Siar  et.  al.,  2011
menyebutkan  pengelolaan  terhadap  air  bilge  kapal  dapat  dilakukan  dengan pemompaan  air  tersebut  dan  menampungnya  dalan  instalasi  pengolahan  limbah
untuk  dilakukan  pemisahan  minyak  dengan  oily  separator  sebelum  dibuang  ke perairan.
41
Gambar 8. Kegiatan pencucian palka dan pembuangan air bilge kapal.
3 Aktivitas Pendaratan Ikan dan Penjualan Hasil Tangkapan.
Kegiatan  pendaratan  ikan  di  PPN  Palabuhanratu,  dilakukan  di  lokasi dermaga  I  dan  dermaga  II  sesuai  dengan  jenis  dan  ukuran  kapalnya.  Jenis  kapal
yang  mendaratkan  ikan  di  dermaga  pelabuhan  I  adalah  payang,  gillnet,  pancing dan rawai. Sementara itu, kapal yang mendaratkan ikan di dermaga pelabuhan II
yaitu jenis pancing tonda dan longline. Ikan-ikan yang didaratkan dermaga kolam pelabuhan I di jual langsung ke pengumpul ikanbakul dimana sebagian dari ikan
tersebut  dijual  di  lokasi  tempat  pelelangan  ikan  dan  dibawa  langsung  dengan mobil  bak  untuk  didistribusikan  ke  daerah  pemasaran  seperti  Sukabumi  dan
bandung atau untuk diolah. Ikan yang didaratkan di dermaga pelabuhan II dengan dominan hasil tangkapan tuna, diangkut langsung dengan truk berpendingin untuk
dipasarkan  atau  di  simpan  terlebih  dahulu  pada  cold  storage  yang  terdapat  di sekitar dermaga II.
Pengamatan  di  lapangan  diketahui  terdapat  tempat  penjualan  hasil tangkapan  yang  terdapat  di  PPN  Palabuhanratu  yang  berjumlah  2  unit  yaitu  los
pasar ikan yang terdapat di belakang TPI dan pasar ikan dan resto; yang keduanya menjual  ikan  segar  sekaligus  sebagai  tempat  penjualan  ikan  bakar.  Selain  pasar
42 ikan,  juga  terdapat  tempat  penjualan  ikan  yang  terletak  di  samping  CV  Citra
Karya  Utama  yang  merupakan  perusahaan  pengelola  docking  di  PPN Palabuhanratu.
Los  pasar  ikan  yang  berlokasi  di  belakang  TPI  masih  termasuk  kedalam lahan dari TPI, oleh karena itu pengelolaannya dilakukan oleh pengelola TPI. Los
pasar  ikan  ini  memiliki  60  unit  lapak.  Pelaksanaan  penataan,  pemeliharaan kebersihan  dan  saluran  drainase  sebagai  pendukung  belum  dilaksanakan  dan
tersedia dengan baik. Hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa kondisi los
pasar ikan ini “semrawut”, kotor, becek dan bau. Selain kios pasar ikan, terdapat tempat  penjualan  ikan  tidak  resmi  di  samping  CV  Citra  Karya  Utama.  Hasil
pengamatan di lapangan terdapat 4 buah kios di tempat penjualan ikan ini, dimana 1 kios digunakan sebagai warung kopi, 1 kios merupakan gudang  docking dan 2
kios yang digunakan sebagai tempat penjualan ikan.
Kegiatan  pendaratan  dan  pemasaran  hasil  tangkapan  baik  yang  dilakukan langsung  di  dermaga  bongkar,  los  pasar  ikan,  pasar  ikan  dan  resto  serta  kios
penjualan  ikan,  akan  menghasilkan  sejumlah  limbah  yaitu  berupa  air  es  yang digunakan  sebagai  pengawetan  ikan,  pencucian  ikan  dan  limbah  ikan  itu  sendiri.
Pengamatan  dilapangan  limbah  yang  dihasilkan  dari  kegiatan  pendaratan  dan pemasaran  hasil tangkapan  dibuang  langsung  di  kolam  pelabuhan.  Selain  itu, air
dreainase dari lokasi pasar juga disalurkan kedalam kolam pelabuhan Gambar 9.
Sari  2003  menyebutkan  kegiatan  di  Tempat  Pelelangan  Ikan  TPI  yang meliputi  penimbangan,  sortasi  pembersihan  dan  penyiangan  ikan  menimbulkan
limbah  ikan  berupa  sisik,  kepala,  ekor  dan  isi  perut  ikan.  Sementara  itu  limbah cair  berasal  dari  air  cucian  ikan  dan  fasilitas  pelelangan.  Pengelolaan  yang  dapa
dilakukan  guna  meminimalisir  dampak  limbah  dari  kegiatan  pendaratan  dan penjualan  hasil  tangkapan,  sebaiknya  dilakukan  pemanfaatan  terhadap  limbah
ikan. Bentuk dari pemanfaatan ini dapat berupa sebagai pakan ternak atau olahan lainnya.  Terkait  dengan  limbah  cair  dapat  dilakukan  pengaliran  air  drainase
kedalam kolam pengendapan dengan filtrasi secara fisika atau di olah pada IPAL.
Gambar 9. Limpasan air drainase dan sampah dari pasar ikan sekitar TPI.
4 Aktivitas Pengisian Perbekalan
Kegiatan  pengisian  perbekalan  untuk  kapal-kapal  yang  akan  melakukan penangakapan yaitu berupa kebutuhan bahan bakar solar, pelumas, es, air bersih,
umpan dan bahan makanan. Kegiatan pengisian perbekalan tersebut dilakukan di dermaga kolam pelabuhan I dan II sesuai dengan ukuran kapalnya.
43 Kegiatan  pengisian  perbekalan  yang  dilakukan  oleh  nelayan  meliputi
pemenuhan  kebutuhan  melaut  seperti  bahan  bakar  minyak  solar,  es,  pelumas mesin, air bersih, serta kebutuhan makanan. Selain itu, untuk jenis kapal pancing
yang menggunakan umpan, perbekalan yang dibutuhkan yaitu umpan yang berupa ikan Gambar 10.
Pelaksanaan kegiatan pengisian BBM akan menimbulkan ceceran minyak di kapal.  Ceceran  minyak  tersebut  selanjutnya  akan  terbuang  keperairan  bersamaan
dengan kegiatan pembuangan air bilge kapal, demikian pula hal tersebut juga akan terjadi  pada  saat  kegiatan  penggantian  pelumas  mesinoli.  Sari  2003
menyampaikan yang melakukan pengukuran terhadap jumlah limbah minyak dari kegiatan  perawatan  rutin  rutin  kapaldari  limbah  air  bilge  kapal  rata-rata  0,343
ltkapalbulan.
Nelayan di PPN Palabuhanratu, umumnya melakukan penggantian oli mesin atau  pun  oli  gardan  secara  rutin  satu  bulan  sekali.  pengamatan  dilapangan  dan
wawancara  kepada  nelayan,  yang  mewakili  beberapa  kategori  jenis  dan  ukuran kapal,  diketahui  untuk  kapal  ukuran  10  GT  umumnya  melakukan  penggantian
oli  di  kolam  pelabuhan.  Volume  penggantian  oli  tersebut  yaitu  sekitar  0,25  liter untuk  penggantian  oli  gardan  dan  1-2  liter  untuk  penggantian  oli  mesin.
Olipelumas bekas dari kegiatan penggantian tersebut untuk oli gardan umumnya langsung dibuang pada kolam pelabuhan, sementara itu untuk oli mesin mesin di
tampung pada wadah dan dibuang di darat sekitar pelabuhan.
Kegiatan  penggantian  oli  untuk  kapal  dengan  ukuran  10-30  GT  dengan volume  sekitar  4-5  liter  umumnya  dilakukan  di  kolam  pelabuhan.  Limbah  oli
tersebut  ditampung  dalam  wadah  dan  dibuang  di  darat  dalam  lingkungan  lokasi pelabuhan. Walaupun demikian, ada juga beberapa  nelayan  yang mengumpulkan
dan menjualnya kepada pihak ketiga pengumpul pelumas bekas.
Kapal-kapal  dengan  ukuran  30  GT  yang  melakukan  operasi  penangkapan dalam waktu yang lama 6-8 bulan, umumnya melakukan penggantian oli di laut
pada  saat  kegiatan  operasi  penangkapan.  Frekuensi  penggantian  tersebut  dalam kurun waktu satu sampai sampai dua bulan sekali dengan volume sekitar 40 liter.
Pihak  pengelola  PPN  Palabuhanratu,  pada  dasarnya  telah  menyediakan drum  tempat  penampungan  limbah  olipelumas  bekas,  namun  nelayan  masih
merasa  enggan  untuk  menampung  dalam  drum  tersebut  dengan  alasan  lokasinya jauh.  Penempatan  drum  penampungan  olipelumas  bekas  di  letakan  masing-
masing  1  unit  disekitar  dermaga  I  dan  2  unit  di  dermaga  II,  namun  drum  yang ditempatkan di dermaga I hilang diambil pihak yang tidak bertanggung jawab.
Selain  perbekalan  kebutuhan  makanan es  dan  BBM  untuk  melaut,  nelayan pancing  layur  juga  membawa  perbekalan  umpan  berupa ikan.  Kebutuhan  umpan
untuk setiap pemancing  yaitu berkisar antara 18-25 kg ikan.  Kegiatan penyiapan umpan tersebut dilakukan di sekitar dermaga pelabuhan yaitu dengan melakukan
filet terhadap ikan bahan umpan hanya diambil dagingnya saja. Sisa ikan umpan hasil  fillet  yang  berupa  kepala  dan  tulang  ikan  sekitar  50  setengahnya  dari
jumlah ikan yang digunakan untuk umpan, umumnya dibuang langsung kedalam kolam  pelabuhan.  Sementara  itu,  limbah  kemasan  yang  berasal  dari  perbekalan
makanan nelayan yang berupa kertas karton dan plastik umumnya dibuang di laut saat kegiatan operasi penangkapan.
Kegiatan  pembuangan  limbah  yang  dilakukan  langsung  di  lokasi  kolam pelabuhan dan di laut, selain karena terbatasnya fasilitas pengolahan limbah yang
44 ada,  juga  disebabkan  karena  kurangnya  kesadaran  nelayan  terhadap  pentingnya
kebersihan  lingkungan.  Hal  tersebut  juga  dikarenakan  belum  adanya  standar operasional prosedur mengenai pengelolaan limbah di pelabuhan dan di kapal dari
kegiatan  rutin  operasional  kapal.  Sesuai  dengan  Peraturan  Menteri  Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009 tentang pengelolaan limbah di  pelabuhan menyebutkan
setiap  pemilik  danatau  operator  kapal  dilarang  melakukan  pembuangan  limbah kemedia lingkungan hidup. Peraturan tersebut juga menyampaikan menteri terkait
hendaknya  menerbitkan  petunjuk  pelaksanaan  penanganan  limbah  di  pelabuhan yang  berasal  dari  kegiatan  rutin  operasional  kapal  dan  kegiatan  penunjang  di
pelabuhan.
Gambar 10. Kegiatan penyiapan umpan ikan dan perbekalan melaut. Seperti  pada  permasalahan  di  pelabuhan  perikanan  di   Indonesia  pada
umumnya  maka  kegiatan-kegiatan  di  pelabuhan  perikanan  umumnya  baru dilaksanakan  pada  tahap  sesuai  dengan  ketentuan  tugas  pokok  dan  fungsi  yang
ada  tapi  belum  diperjelas  dengan  SOP  untuk  masing-masing  kegiatan, misalnya  SOP  bongkar  SOP  muat.  SOP  tambat  lauh  dan  SOP  pelelangan
Nilam  Sari,  2003.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  permasalahan  aktivitas perkapalan  hingga  kini  belum  terselesaikan  dan  mengakibatkan  dampak
tertumpahnya  limbah  di  perairan.  Untuk  memperbaiki  kondisi  ini,  maka  pihak pengelola  pelabuhan  harus  memiliki  dan  memberlakukan  SOP  ditiap-tiap
aktivitas di pelabuhan. Disamping, itu peningkatan pelayanan dan usaha perbaikan sarana  dan  prasarana  juga  harus  dilakukan.  Susana  et.  al.  2011  menyebutkan
pengelolaan  terhadap  limbah  minyak  dan  pelumas  bekas  dilakukan  dengan menyediakan  fasilitas  tersendiri  dan  menyiapkan  tampungan  ceceran  minyak  dan
pelumas  di  kapal.  Terhadap  limbah  ikan  sisa  ikan  sebaiknya  dilakukan pemanfaatan seperti untuk pakan ternak atau olahan lainnya.
5 Aktivitas PerbaikanPembuatan Kapal docking dan Perbaikan Jaring
Kegiatan  perbaikan  kapal  di  PPN  Palabuhanratu  dilakukan  di  Fasilitas docking. Fasilitas docking di PPN Palabuhanratu dikelola oleh dua pihak yaitu PT
Citra  Karya  Utama  PT  CKU  dan  PPN  Palabuhanratu.  Fasilitas  docking  yang berada  di  arah  dermaga  I  dikelola  oleh  pihak  pengelola  pelabuhan,  sedangkan
yang berada di arah dermaga II dikelola oleh pihak swasta yaitu PT CKU.
Fasilitas  docking  yang  dikelola  oleh  PPN  Palabuhanratu  umumnya digunakan  oleh  nelayan  sebagai  tempat  membuat  kapal,  sedangkan  fasilitas
docking  yang  dikelola  oleh  PT  CKU  umumnya  digunakan  sebagai  tempat
45 perbaikan dan perawatan kapal. Fasilitas docking dilengkapi dengan rel slipway
yang  berfungsi  untuk  mempermudah  menaikkan  kapal  ke  darat  saat  kondisi  air laut  sedang  surut.  Hasil  observasi,  kondisi  dari  slipway  tersebut  sudah  berkarat,
kotor dan di sekitarnya terdapat banyak sampah. Hal ini membuat fungsi slipway menjadi  terganggu,  sehingga  sebagian  besar  nelayan  dan  pengusaha  perikanan
menaikkan  kapal  ke  darat  tanpa  melewati  slipway,  tetapi  ditarik  begitu  saja menggunakan tali saat air sedang pasang.
Secara  umum  nelayan  menggunakan  fasilitas  docking  yang  berada  ke  arah dermaga  1.  Aktivitas  docking  relatif  tinggi  mempengaruhi  tingkat  pencemaran
kolam  pelabuhan  akibat  masukkan  limbah  yang  dihasilkannya.  Hal  ini  karena fasilitas  docking  dalam  keadaan  kotor,  tidak  tertata  dengan  baik  dan  banyak
terdapat  sampah  serta  bangkai  kapal  PPNP,  2010.  Jenis-jenis  limbah  yang dihasilkan  akibat  aktivitas  docking  kapal  antara  lain  ceceran  cat,  ceceran  oli
sebagai  campuran  adonan  dempul  kapal,  potongan  kayu,  plastik,  kaleng  bekas dan sampah organik sisa makanan tukang Gambar 11.
Kegiatan  perawatan  kapal  tidak  seleuruhnya  dilakukan  di  areal  docking. Kegiatan  perawatan  kapal  juga  sering  dilakukan  di  kolam  pelabuhan.  Hal  ini
dilakukan  karena,jika  nelayan  melakukan  kegiatan  perawatan  dan  perbaikan  di kolam  pelabuhan,  maka  nelayan  tidak  perlu  mengeluarkan  biaya  upah  menarik
kapal ke area docking, membayar sewa tanah dan listrik docking.
Pengamatan  dilapangan  tidak  terdapat  tempat  penampungan  sampah  yang tersedia di area docking. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas docking diataranya
ceceran cat, ceceran oli sebagai campuran adonan dempul kapal, potongan kayu, plastik, kaleng bekas dan sampah organik sisa makanan tukang. Lokasi  docking
yang  terletak  di  dekat  kolam  pelabuhan  dermaga  I  dan  kondisi  fasilitas  docking yang  kotor,  tidak  terurus  dan  banyak  terdapat  sampah  serta  bangkai  kapal,
mengakibatkan banyak limbah yang masuk kedalam kolam pelabuhan.
Aktivitas  perbaikan  jaring  di  PPN  Palabuhanratu  dilakukan  di  fasilitas perbaikan  dan  penjemuran  jaring  yang  terdapat  di  sekitar  lokasi  dermaga  1.
Namun demikian tidak semua nelayan melakukan pembuatan dan perbaikan jaring pada  fasilitas  yang  ada.  Kegiatan  perbaikan  jaring  ini  umumnya  dilakukan
bersamaan  dengan  saat  penjemuran  jaring.  Dalam  kegiatan  perbaikan  jaring limbah  yang  dihasilkan  berupa  potongan  bahan  dan  jaring  bekas  yang  bersifat
anorganik.
Selain  fasilitas  docking  dan  perbaikan  jaring,  di  PPN  Palabuhanratu  juga terdapat  bengkel  yang  berfungsi  sebagai  tempat  perbaikan  mesin-mesin  kapal
perikanan  yang  mengalami  kerusakan,  pembuatan  cerobong  asap  dan  kemudi kapal.  Bengkel  di  PPN  Palabuhanratu  berjumlah  1  unit,  yang    bersebelahan
dengan gedung utama kantor PPN Palabuhanratu.
.Hasil  wawancara  kepada  pengelola  bengkel  limbah  yang  dihasilkan  dari kegiatan  bengkel  di  PPN  Palabuhanratu  yaitu  limbah  domestik  dari  pekerja
bengkel,  limbah  pelumas  bekas,  besi  bekas,  majun  dan  material  scrap.  Limbah yang dihasilkan tersebut disimpanditampung pada tempat penampungan sampah
yang tersedia di lokasi bengkel, sementara limbah pelumas bekas ditampung pada drum tersendiri.
46
Gambar 11. Kegiatan perbaikan dan perawatan kapal. Upaya  penanganan  yang  dapat  dilakukan  terhadap  limbah  padat  yang
dihasilkan  dari  kegiatan  perbaikanperawatan  kapal  dan  jaring  yaitu  berupa penyediaan  tempat  sampah  dan  tempat  penampungan  sampah  sementara
berdasarkan  jenisnya.  Menurut  Keputusan  Menteri  Perhubungan  No.  215  Tahun 1987  Tentang  Pengadaan  Fasilitas  Penampungan  Limbah  dari  Kapal,  di
pelabuhan-pelabuhan  dan  galangan-galangan  perbaikan  kapal  yang  dan  segi kegiatannya memerlukan fasilitas penampungan limbah atau pelabuhan-pelabuhan
yang banyak disinggahi kapal, harus tersedia fasilitas penampungan limbah.
Selain  itu,  perlu  adanya  sistem  drainase  di  sekitar  lokasi  docking  sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat disalurkan melalui drainase dan diolah terlebih
dahulu  baik  secara  fisika,  kimia,  maupun  biologi.  Pada  saluran  drainase  juga hendak dipasang di pasang saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase
tidak  terbawa  ke  kolam  pelabuhan.  Sebagaimana  disampaikan  oleh  Sari  2003 pada  saluran  drainase  hendaknya  di  pasang  kawat  untuk  menyaring  sampah-
sampah yang terlewatkan.
Seperti halnya
dalam kegiatan
lainnya, dalam
pelaksanaan perbaikanperawatan kapal dan jaring perlu juga didukung oleh adanya SOP yang
jelas  terkait  pelaksanaan  maupun  pengelolaan  limbahnya.  Disamping,  itu peningkatan  pelayanan  dan  usaha  perbaikan  sarana  dan  prasarana  juga  harus
dilakukan.
6 Aktivitas Pertokoan warung
Aktivitas perdagangan sebagai turunan dari kegiatan utama kepelabuhanan. Aktivitas perdagangan yang berada dilokasi pelabuhan terdiri dari warung-warung
pedagang makanan, pedagang ikan, pedagang kaki lima serta pedagang penyuplai
47 alat  tangkap  serta  asongan  Gambar  12.  Suherman  dan  Dault  2009
menyampaikan kegiatan operasional pelabuhan perikanan juga tidak terlepas dari peranan  unit-unit  usaha  yang  ikut  menyediakan  kebutuhan  nelayan.  Unit-unit
usaha tersebut antara lain kios alat-alat perikanan yang menjual peralatan mesin, pancing,  tali  pancing,  box  ikan  dan  sebagainya;  unit  perbekalan  melaut  yang
menjual  es  balok,  garam,  jasa  penggilingan  es,  strum  accu  dan  lain-lain;  dan warung
–warung makan dan minuman. Toko  logistik  berlokasi  di  depan  Laboratorium  Bina  Mutu  PPN
Palabuhanratu  yang  berjumlah  3  unit.  Kedai  pesisir  berjumlah  20  unit  yang terletak di tiga lokasi berbeda, yaitu di dekat pos terpadu I, di sebelah bengkel dan
di  sebelah  syahbandar  perikanan.  Toko logistik  di  PPN  Palabuhanratu  umumnya digunakan  oleh  nelayan  sebagai  tempat  tempat  minum  kopi,  tempat  makan
sewaktu tidak melaut dan tempat membeli makanan ringan.
Limbah  yang  dihasilkan  dari  kegiatan  pertokoan  dilingkungan  pelabuhan yaitu  berupa  limbah  sisa  makanan,  limbah  kemasan  dan  limbah  drainase  dari
pencucianaktivitas  dapur.  Limbah  tersebut  umumnya  bersifat  organik  dan anorganik.
Penanganan  yang  dapat  dilakukan  terhadap  limbah  padat  yang  dihasilkan dari  kegiatan  pertokoan  yaitu  berupa  penyediaan  tempat  sampah  dan  tempat
penampungan  sampah  sementara  berdasarkan  jenisnya.  Selain  itu  perlu  adanya sistem  drainase  di  sekitar  lokasi  pertokoan  sehingga  limbah  cair  yang  dihasilkan
dapat  disalurkan  melalui  drainase  dan  diolah  terlebih  dahulu  baik  secara  fisika, kimia,  maupun  biologi.  Pada  saluran  drainase  juga  hendak  dipasang  di  pasang
saringan  agar  sampah  yang  masuk  ke  saluran  drainase  tidak  terbawa  ke  kolam pelabuhan.  Seperti  halnya  dalam  kegiatan  lainnya,  perlu  juga  di  dukung  oleh
adanya  SOP  yang  jelas  terkait  pelaksanaan  maupun  pengelolaan  limbah  dari aktivitas  pertokoan.  Disamping,  itu  peningkatan  pelayanan  dan  usaha  perbaikan
sarana dan prasarana juga harus dilakukan.
Gambar 12. Kegiatan pertokoan.
7 Aktivitas Industri
Kegiatan  industri  yang  terdapat  di  PPN  Palabuhan  Ratu  yaitu  berupa kegiatan  perusahaan  cold  storage,  penjualan  BBM  solar,  bengkel  dan  sparepart,
serta  penanganan  hasil  tangkapan  ikan  pengepakan  hasil  tangkapan  ikan. Kegiatan  industri  yang  terdapat  di  dalam  Lingkungan  PPN  Palabuhanratu  yaitu
berupa perusahaan baik berupa PT, CV maupun perorangan yang bergerak dalam
48 bidang  cold  storage,  penangananpengepakan  ikan,  bengkeldocking,  penjualan
spare part dan BBM solar. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut yaitu  berupa  limbah  domestik  dari  kegiatan  akomodasi  pekerja,  limbah  es  dari
ikan, limbah drainase pencucian gedung dan limbah sisa bahan kemasan.
Penanganan  yang  dapat  dilakukan  terhadap  limbah  padat  yang  dihasilkan dari  kegiatan  industri  yaitu  berupa  penyediaan  tempat  sampah  dan  tempat
penampungan  sampah  sementara  berdasarkan  jenisnya.  Selain  itu  perlu  adanya sistem  drainase  di  sekitar  lokasi  industry  sehingga  limbah  cair  yang  dihasilkan
dapat  disalurkan  melalui  drainase  dan  diolah  terlebih  dahulu  baik  secara  fisika, kimia,  maupun  biologi.  Pada  saluran  drainase  juga  hendak  dipasang  di  pasang
saringan  agar  sampah  yang  masuk  ke  saluran  drainase  tidak  terbawa  ke  kolam pelabuhan.  Seperti  halnya  dalam  kegiatan  lainnya,  perlu  juga  di  dukung  oleh
adanya  SOP  yang  jelas  terkait  pelaksanaan  maupun  pengelolaan  limbah  dari aktivitas  industri.  Terkait  dengan  limbah  cair  dapat  dilkukan  pengaliran  air
drainase  kedalam  kolam  pengendapan  dengan  filtrasi  secara  fisika  atau  di  olah pada IPAL.
                