Pangkalan Pendaratan Ikan D denagn kriteria:
9 5 Kurangnya kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam mendukung
pengelolaan pelabuhan perikanan karena minimnya pengetahuan mereka dan kurangnya sosialisasi pemahaman tentang pengelolaan pelabuhan perikanan.
6 Tata kerja pengelolaan pelabuhan perikanan pada umumnya baru dilaksanakan pada tahap sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada tapi belum
diperjelas dengan prosedur operasional standar SOP untuk masingmasing kegiatan, misalnya SOP bongkar, SOP muat, SOP tambat labuh dan SOP
pelelangan.
7 Kurangnya kesadaran pihak pengelola pelabuhan terhadap pelestarian ekosistem perairan, sehingga faktor lingkungan tidak terintegrasi ke dalam
kebijakan pengelolaan pelabuhan. Pelabuhan berwawasan lingkungan merupakan salah satu bentuk komitmen
Pemerintah Republik Indonesia mendukung kesepakatan internasional pada Deklarasi Johannesburg Summit tentang pembangunan berkelanjutan. Indonesia
telah memiliki program dan strategi pembangunan berkelanjutan, merupakan Agenda 21 Nasional. Dimana di dalamnya termasuk pengelolaan terpadu wilayah
pesisir dan lautan, salah satu kegiatannya adalah kegiatan pembangunan, pengembangan, dan pengoperasian pelabuhan Siahaan, 2012.
Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut 2004 dalam konsep pengembangan pelabuhan berwawasan lingkungan harus dibenahi beberapa
standar dan kualitas pengelolaan lingkungan yaitu: 1 Menurunnya beban pencemaran yang masuk ke pelabuhan, terutama limbah
cair, sampah, sedimen, minyak dan limbah B3 Bahan Berbahaya beracun, sehingga dapat terwujud peningkatan kualitas kebersihan sisi daratan dan
perairan pelabuhan.
2 Meningkatnya kenyamanan dan keamanan pelabuhan termasuk kebersihan, keteduhan, dan keasrian lingkungan dalam kawasan pelabuhan.
3 Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia pengelola lingkungan di kawasan pelabuhan.
4 Meningkatnya kinerja pelayanan dan keselamatan kerja di pelabuhan. 5 Diimplementasikannya peraturan dan pedoman teknis mendukung pengelolaan
lingkungan pelabuhan. 6 Meningkatnya peran aktif stakeholders dalam mewujudkan pelabuhan yang
berwawasan lingkungan. Ravikumar 1993 menyampaikan, secara umum pengoperasian pelabuhan
perikanan dilakukan oleh pihak swasta baik perseorangan maupun perusahaan dan pemerintah. Dalam beberapa kasus operasional pelabuhan perikanan dikelola oleh
pihak swasta melalui system kontrak. Namun demikian, apapun tipe kepemilikanpengelolaan pelabuhan, bukan menjadi hambatan bahwa pencemaran
pelabuhan merupakan masalah yang harus ditangani secara serius dan perlu diawasi secara khusus melalui pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang tepat,
sesuai dengan peraturan perundang undangan dan pendidikan tentang lingkungan terhadap pengguna pelabuhan. Selanjutnya dalam upaya memastikan bahwa
pelaksanaan pengelolaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka pengelola pelabuhan harus menyediakan fasilitas penampungan dan
pengolahan limbah yang memadai reception facilities.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan fasilitas pokok pelabuhan selain dermaga, gudang dan
10 fasilitas pokok lainnya diyatakan juga bahwa fasilitas pokok pelabuhan termasuk
fasilitas penampungan dan pengolahan limbah serta tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun B3 atau dikenal dengan istilah reception facilities.
Selanjutnya disampaikan juga dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, bahwa
pengelola dapat menyediakan fasilitas pengelolaan limbah untuk seluruh atau sebagian jenis limbah.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08MEN2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan pada pasal 3 ayat 5 huruf k menyebutkan
bahwa fungsi pemerintahan dipelabuhan perikanan adalah pengendalian lingkungan. Sebagai salah satu faktor untuk menunjang pengendalian lingkungan
tersebut dilaksanakan aktivitas yang terkait dengan keamanan, ketertiban dan kebersihan K3 di pelabuhan perikanan. Hal ini sekanjutnya diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 16KEP.DJPT2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kebersihan, Keamanan dan Ketertiban K3.
Ketentuan keamanan, ketertiban dan kebersihan K3 di pelabuhan perikanan tersebut meliputi:
1. Setiap unit kerjausaha yang beroperasi yang beroperasi di kawasan
pelabuhan perikanan berkewajiban menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungannya masing-masing dan dalam pelaksanaannya dapat membentuk
satuan keamanan satpam internal;
2. Setiap kejadian
atau kasus
yang berkaitan
dengan masalah
keamananketertiban yang timbul di masing-masing unit kerjausaha di kawasan pelabuhan perikanan wajib dilaporkan kepada kepala pelabuhan
perikanan;
3. Setiap orang dilarang melakukan hal-hal yang dapat mengganggu dna membahayakan kepentingan umum seperti bahaya kebakaran dan
pencemaran lingkungan; 4. Kegiatan K3 dilakukan setiap hari
5. Kegiatan keamanan dilakukan selama 24 jam; 6. Dilakukan kegiatan pembinaan dan pelatihan kepada petugas dan para
pemangku kepentingan secara berkala; 7. Aparat pelabuhan perikanan melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada
pengguna jasa pelabuhan perikanan. 8. Untuk menunjang pelaksanaan K3 dilakukan pengadaan dan pemeliharaan
peralatan penunjang kegiatan. Menurut Siar et al. 2011 pencemaran di lingkungan pelabuhan yang
berasal dari limbah perkotaan harus ditangani oleh pengelola pelabuhan yang paham dan kompeten terkait pencemaran, terutama dari kegiatan perikanan dan
khususnya terhadap limbah dari kapal. Hal ini mengacu kepada International Maritime Organization’s International Convention for the Prevention of Pollution
from Ships 1973, yang umum dikenal dengan MARPOL 7378. Tujuan secara umum, agar pengelola pelabuhan perikanan mengetahui peraturan MARPOL
7378 beserta lampirannya, termasuk dampak dari kegiatan penangkapan ikan. Ravikumar 1993 menyampaikan bahwa peraturan pencegahan pencemaran dari
kapal telah ditetapkan secara Internasional. International Marine Orgasization IMO telah menetapkan peraturan International Convention for the Prevention of
Pollution from Ships MARPOL. Peraturan ini telah diratifikasi oleh seluruh
11 Negara. Negara-negara yang telah meratifikasi MARPOL 7378 hendaknya
menerapkan peraturan ini termasuk lampirannya secara terintregrasi. Lampiran I, IV dan V dapat diterapkan pada kegiatan kapal penangkap ikan dan industri
perikanan. Lin dan Jong 2007 menyampaikan kegiatan kapal penangkap ikan dalam operasinya harus mengacu pada MARPOL 7378.
Peraturan MARPOL 7378 diratifikasi oleh Indonesia dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 tahun 1986 tentang International
Convention for the Prevention of Pollution from the Ship 1973 and Protocol of 1978 Relating to the International Convention for the Prevention of Pollution
from the ship 1973 MARPOL, 1973-1978. Selain itu, pengaturan mengenai laut secara umum diatur dalam United Nations Convertion on the Law of Sea 1982
UNCLOS, 1982 yang diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 1985 dan dikenal dengan hukum laut Law of The Sea, 1982. Secara umum negara-
negara mempunyai kewajiban untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut serta harus mengambil semua tindakan untuk mencegah, mengurangi dan
mengendalikan pencemaran lingkungan laut dari sumber apapun.
Pencemaran Lingkungan Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan
sistem bisnis perikanan, merupakan salah satu sumber pencemar terhadap lingkungan pesisir dan lautan. Sidabutar 2008 bahwa salah satu sumber
pencemar di lingkungan pesisir dan laut adalah berasal dari lingkungan laut dan dominan berasal dari kegiatan aktivitas kapal yang ada di pelabuhan. Kegiatan ini
menyebabkan pencemaran minyak terutama minyak yang berasal dari kegiatan yang dihasilkan oleh kapal, baik limbah ceceran-ceceran oli bekas maupun bahan
bakar mesin dan dari sistem bilga kapal.
Menurut Chen dan Liu 2013, limbah di laut merupakan masalah pencemaran global yang telah menjadi permasalahan lingkungan utama di
berbagai benua. Hal tersebut bersumber dari berbagai kegiatan seperti industri atau kegiatan pembuangan limbah ke laut dari berbagai sumber. Secara umum,
telah diketahui bahwa limbah seperti plastik, unit penangkapan ikan yang tidak terpakairusak, akan memberikan dampak negatif terhadap berbagai aspek
diantaranya kesehatan manusia, habitat ekosistem laut, kelimpahan biota, keindahan pantai, keamanan navigasi dan kegiatan perikanan. Secara keseluruhan,
lebih dari 80 limbah di laut berasal dari kegiatanaktivitas di darat yang masuk melalui system drainase, sungai, angin atau kelalaian manusia. Namun demikian,
terutama Sebagian besar berasal dari kegiatan di laut terutama kapal.
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan kapal penangkap ikan jumlahnya sedikit, bila dibandingkan dengan limbah yang dihasilkan dari kapal niaga dan
kegiatan di darat. Namun demikian, bila dihitung dari jumlah kapalnya yang besar sekitar 2,5 juta kapal yang beroperasi di setiap benua dan lautan, secara
kumulatif memberikan masukan limbah yang perlu dipertimbangkan terutama di wilayah tertentu seperti pelabuhan. Dalam pandangan ekologi, kegagalan dalam
pengelolaan limbah menjadi masalah dalam melindungi dan menjaga pencemaran laut Chen dan Liu, 2013.
12 Siar et al. 2011 menyampaikan bahwa secara khusus, pencemaran limbah
di pelabuhan perikanan berasal dari tiga sumber utama: 1. Limbah perkotaan, lbuangan limbah kota yang bermuara menuju pelabuhan
2. Kegiatan perikanan oli, solar, limbah di darat, limbah cair dan padat, anti-
fouling dan lain sebagainya. 3. Industri buangan limbah pada saluran air.
Pencemaran pesisir dan laut didefinisikan sebagai dampak negatif pengaruh yang membahayakan terhadap kualitas perairan, kehidupan biota, sumberdaya
dan kenyamanan amenities ekosistem laut serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem laut. Dampak negatif tersebut disebabkan secara
langsung maupun tidak langsung oleh pembuangan limbah-limbah kedalam laut yang berasal dari kegiatan manusia GESAMP, 1986.
Masuknya bahan pencemar ke dalam badan perairan yang berlebihan dan terus menerus secara cepat mengakibatkan beban pencemaran pollution load
meningkat melebihi
kapasitas asimilasi
assimilative capacity.
Bila kecenderungan ini terus terjadi maka degradasi kondisi lingkungan akan terjadi
dan perairan tersebut menjadi tercemar. Selain kerugian ekonomis, kerugian lain yang dapat timbul adalah kerugian kesehatan manusia dari lingkungan sekitar.
Tingginya tingkat konsentrasi bahan berbahaya beracun B3 yang mencemari perairan akan berakumulasi pada ikan, kerang maupun biota laut lainnya yang
dikonsumsi oleh manusia, dan apabila dikonsumsi akan menyebabkan gangguan kesehatan. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari pencemaran perairan adalah
adanya dampak estetika pariwisata, air yang tercemar akan mengalami perubahan pada bentuk fisiknya, seperti menimbulkan bau, berubah menjadi keruh
atau berwarna hijau gelap karena blomming algae Sidabutar, 2008. Selain itu, Dahuri et al. 1996 menyampaikan juga bahwa limbah industri, limbah cair
pemukiman, limbah cair perkotaan, pertambangan, pelayaran, pertanian dan perikanan budidaya, dapat menyebabkan oksigen terlarut dalam air berkurang.
Tercemarnya suatu perairan akan menyebabkan perubahan struktur komunitas biota yang hidup di dalamnya. Untuk mengetahui dan sebagai dasar
penilaian terhadap adanya pengaruhdampak lingkungan pencemaran laut yang telah terjadi di perairanpelabuhan dapat dilihat dari pengambilan sampel dengan
menggunakan nilai ambang batas NAB yang merupakan kriteria Baku Mutu Air Laut, sesuai Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51
tahun 2004 Lampiran 1 untuk pelabuhan.
Wu et. al., 2010 menyampaikan, kegiatan manusia telah memberikan dampak negatif terhadap kualitas perairan dan fungsi ekosistemnya. Kondisi ini
telah menyebabkan tekanan terhadap lingkungan yang menyebabkan penurunan kualitas air, kelimpahan biota hilangnya habitat tertentu dan secara keseluruhan
menurunkan kualitas biotanya. Hal ini menjadi penting untuk mencegah dan memonitoring pencemaran air untuk mengetahui baik secara spasial maupun
temporal kualitas air dan mendiagnosa kondisi terkini dari kualitas air. Peraturan mengenai kualitas air berdasarkan kelasnya yang digunakan sebagai dasar dan
batasan memiliki baku mutu tertentu. Parameter kualitas air yang mendekati atau tidak sesuia dengan baku mutu merupakan hal yang penting untuk mengevaluasi
konsentrasi dari parameter tersebut. Masing-masing kualitas parameter tersebut dapat saja termasuk dalam salah satu dari beberapa kelas bakumutunya. Hal ini
tidak keseluruhan dari parameter dapat termasuk dalam satu kelas. Keberagaman
13 kelas kualitas air dalam satu lokasi sampling dapat menyebabkan kesulitan dalam
penentuan kualitasnya pada lokasi tersebut. Danulat et al. 2002 menyebutkan bahwa limbah dari aktivitas manusia
yang masuk keperairan pesisir dan pelabuhan yang berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan beberapa dampak pada biota plankton dan benthos.
Perkembangan plankton dan organisme patogen, dapat juga mengganggu aktivitas lainnya seperti pariwisata penangkapan ikan dan kesehatan manusia. Selain
terhadap kualitas air dan biota, limbah dari aktivitas manusia yang masuk keperairan pesisir dan pelabuhan dapat mengkontaminasi sedimennnya. Buruaem
et al. 2012 kontaminasi terhadap sedimen oleh logam berat berdampak terhadap ekosistem pesisir dan menjadi masalah yang dipertimbangkan dalam pelaksanaan
pengerukan. Penelitian yang dilakukan di Brazil, diketahui konsentrasi logam berat di lokasi pelabuhan lebih tinggi dibanding dengan di wilayah lepas
pantainya. Analisis terhadap sedimen diketahui terdapat peningkatan kandungan logam Hg, Cd, CU, Ni dan Zn.
Ondiveila et al,. 2012 mengemukakan lingkungan pelabuhan merupakan subyek yang tidak dapat diprediksi kondisinya terkait dengan banyaknya
parameter fisika kimia atau kontaminan yang masuk perairan. Pada kenyataannya hasil dari suatu kelompok tertentu dari dampak terhadap lingkungan perairan
berhubungan dengan 1 sirkulasi air, 2 kualitas air, 3 kualitas sedimen, dan 4 kelimpahan biota. Dengan demikian, jumlah variabel yang harus dianalisis pada
lingkungan perairan harus besar. Selain itu, tidak ada pendekatan yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengevaluasi status kondisi lingkungan dan
identifikasi hubungannya antara pengaruh aktivitas manusia dan komponen lingkungan yang penting.
Wu et al. 2011 Beberapa tahun terakhir ini, analisis statistik multivariate seperti analisis kluster efektif diterapkan dalam mengevaluasi karakteristik
kualitas perairan baik secara temporal maupun spasial. Analisis kluster dengan pola unsupervised yang mengelompokan objek yang mirip dalam satu kelas antara
yang satu dengan yang lainnya, merupakan salah satu metode yang diakui.
Menurut Kitsoiu et al. 2011 banyak teknik analisis multivariat yang digunakan untuk menganalisa trend spasial atau hanya sekedar untuk
mengeliminasi variabel-variabel dalam penelitian lingkungan. Proses analisis data ini menggunakan data contoh diskrit; faktor-faktor lingkungan seperti parameter
kimia, parameter fisika dan parameter biologi. Analisis multivariat yang banyak digunakan dalam kajian dan evaluasi pencemaran laut salah satunya analisis
kluster. Para ekologis telah mengumpulkan informasi lebih dari satu abad dalam memprakirakan hubungan antara objek dalam satu wilayah pengambilan contoh
termasuk variabel yang menjelaskannya.
Penentuan hubungan antara lokasi dan parameter lingkungan dalam langkah pertama yaitu melakukan analisis numerik terhadap data lingkungannya. Langkah
selanjutnya pengelompokan objek berdasarkan kesamaannya. Pengelompokan ini biasanya di ilustrasikan dalam bentuk dendrogram. Pemilihan ukuran kesamaan
suatu kelompok dilakukan berdasarkan nilai koofesien jarak euclidian lebih cocok digunakan terhadap variabel air, biota dan variabel abiotik lainnya. Nilai mutlak
yang digunakan antara jarak euclidian yaitu d
j,k
= Σ
i
|x
ij
− x
ik
| yang diketahui telah memberikan hasil terbaik. Dalam analisis tersebut hasil perbandingan antara
average linkage clustering method, ward linkage, compete linkage and
14 TWINSPAN, diketahui ward linkage sebagai agglomerative algorithmic terbaik
dalam penentuannya Kitsoiu et al. 2011. Perhitungan terhadap analisis kluster dapat dilakukan melalui software,
diantaranya yaitu dengan MINITAB. Wahyudi 2007 menyampaikan Piranti lunak ini merupakan piranti untuk kajian statistika. Piranti lunak ini memberikan salah
satu fasilitas analisis yaitu anaisis kluster yang merupakan analisis multivariate. Minitab saat ini banyak digunakan untuk membantu kajian similaritas.
Analisis SWOT dalam Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Perikkanan
Pengelolaan lingkungan sebagai usaha sadar untuk memelihara danatau melestarikan serta memperbaiki mutu lingkungan agar dapat memenuhi
kebutuhan manusia sebaik-baiknya. Pengertian lingkungan hidup menurut Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang diatur dalam pasal 1 dinyatakan bahwa kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang secara luas dengan cara beraneka ragam pula. Menurut Otto Sumarwoto 1989 secara garis
besar ada 4 empat lingkup pengelolaan lingkungan meliputi: 1. Pengelolaan lingkungan secara rutin.
2. Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi
dasar dan tutunan bagi perencana pembangunan. 3. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak
lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang direncanakan.
4. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia sendiri.
Menurut Chen dan Liu 2013 dalam tataran kebijakan, dalam strategi pengelolaan lingkungan di pelabuhan perikanan hal yang sangat penting dilakukan
yaitu untuk mendorong nelayan agar tidak membuang membuang limbah di laut. Limbah yang ada hendaknya dibawa kepelabuhan di darat. Dalam hal ini, strategi
yang dapat dilakukan pemerintah sebagai pengelola pelabuhan meliputi: 1. Pengembangan mekanisme pelaksanaan pengelolaan limbah
2. Pendidikanpenyampaian mengenai pencegahan pencemaran lingkungan hidup 3. Penyediaan reception facilities di pelabuhan
4. Pemberian reward 5. Pembuatan peraturan atau SOP
Agar pelaksanaan pengelolaan lingkungan di pelabuhan perikanan dapat berjalan dengan baik, perlu adanya suatu strategi sesuai dengan karakteristik dan
kondisi lingkungannya. Strategi tersebut dapat diformulasikan dengan analisis SWOT. Strategi pengelolaan lingkungan di pelabuhan perikanan dengan
melakukan analisis terhadap kekuatan strength, kelemahan weakness, peluang opportunity dan ancaman threat, diharapkan dapat membantu dalam
memahami kondisi tertentu dari pelaksanaan pengelolaan lingkungan di pelabuhan perikanan. Data pendukung analisis merupakan hasil kajian terhadap
berbagai sumber termasuk laporan pihak pelabuhan perikanan, pelaksanaan
15 pengelolaan limbah dipelabuhan perikanan, peraturan terkait pengelolaan limbah
di pelabuhan perikanan, studi pustaka dan wawancara mendalam dengan pelaku di pelabuhan perikanan.
Menurut Rangkuti 2006, analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik terhadap kekuatan strength dan kelemahan weakness dari faktor
internal serta peluang opportunity dan ancaman threat dari faktor eksternal dari suatu sektor. Analisis SWOT berfungsi untuk mengetahui hubungan antara
faktor internal dan faktor eksternal yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat pula
meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Start and Hovland 2004 menyampaikan bahwa analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
Strengths, kelemahan Weaknesses, peluang Opportunities dan ancaman Threats yang terdapat dalam suatu kegiatan. Kekuatan Strengths, Kelemahan
Weaknesses, Peluang Opportunities dan Ancaman Threats tersebut dapat diartikan sebagai berikut:
1 Kekuatan: karakteristik kegiatan atau pelaku kegiatan yang memberikan
keuntungan. 2 Kelemahan atau Keterbatasan: karakteristik yang menempatkan pelaku
kegiatan dalam kerugian. 3 Peluang: kesempatan eksternal untuk meningkatkan kinerja misalnya
membuat keuntungan yang lebih besar di lingkungan sekitar. 4 Ancaman: unsur eksternal dalam lingkungan yang dapat menyebabkan
masalah. Pelaksanaan analisis SWOT tersebut melibatkan penentuan tujuan kegiatan
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menguntungkan dan tidak menguntungkan untuk mencapai tujuan itu. Identifikasi SWOT sangat penting
karena langkah-langkah berikutnya dalam proses perencanaan untuk pencapaian tujuan yang dipilih mungkin diturunkan dari analisis SWOT ini. Pertama, para
pembuat keputusan harus menentukan apakah tujuan dapat dicapai. Jika tujuannya tidak dapat dicapai, maka tujuan yang berbeda harus dipilih dan proses SWOT
diulang. Hasil SWOT biasanya sering disajikan dalam bentuk matriks. Sebuah perkiraan tentang lingkungan eksternal cenderung difokuskan pada apa yang
terjadi di luar organisasi atau pada bidang yang belum tentu mempengaruhi strategi, tetapi dapat saja mempengaruhi strategi, baik secara positif maupun
negatif. Gambar 2 merangkum beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Panigrahi 2012 yang melakukan penelitian evaluasi terhadap penentian zonasi wilayah pesisir, mengemukakan bahwa analisis SWOT merupakan metode
yang umum digunakan dalam membantu identifikasi arahan strategi dalam suatu organisasi. Hal ini dilakukan dengan melihat kondisi kinerja saat ini agar
menghasilkan informasi yang berguna mengenai keberlanjutan masa depan, dengan mempertimbangkan kondisi sistem. Peramalan kemampuan dalam teknik
ini, berasal dari pertimbangan kekuatan dan kelemahan system, serta adanya peluang dan ancaman. Kekuatan dan kelemahan dalam sistem ditentukan melalui
faktor internal, sementara itu faktor eksternal menentukan peluang dan ancaman. Kekuatan dapat didefinisikan sebagai ketersediaan sumberdaya yang dapat
digunakan untuk meningkatkan performanya. Kelemahan merupakan faktor
16 kekurangan dari sistem yang dapat menyebabkan keuntungan kompetitif, efisiensi
atau biaya. Lebih lanjut analisis SWOT membantu dalam pengkategorian faktor internal dan eksternal yang penting dalam pencapaian tujuan.
Menururt Yuan 2013 yang melakukan studi terhadap strategi pengelolaan limbah konstruksi, mengemukakan bahwa pendekatan analisis SWOT merupakan
alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategi. Analisis SWOT semula digunakan dalam bidang manajemen bisnis dan saat ini telah berkembang luas
serta digunakan dalam berbagai bidang. Sebagai contoh dalam strategi perencanaan pengembangan kota, strategi pengelolaan lingkungan dalam kegiatan
pertambangan dan strategi pengelolaan limbah perkotaan. Oleh karena itu, digunakan dalam penelitian ini dalam menganalisis strategi pengelolaan
lingkungan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu.
Gambar 2. Matriks SWOT Start and Hovland, 2004
17
3 METODE
Penelitian mengenai pengelolaan limbah di pelabuhan perikanan dengan studi kasus di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu ini, dilakukan
dengan metode survei yang menggali data dan informasi yang diperlukan dari sampel yang mewakili.
Survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual,
baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah Nazir, 2002. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif korelasional
yaitu berusaha untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Waktu dan Tempat
Penelitian mengenai pengelolaan limbah di pelabuhan perikanan dengan kasus di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhan Ratu, dilakukan pada bulan
bulan Pebruari – April 2013. Penelitian ini dilakukan di daerah lingkungan kerja
dalam Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuharatu yang mencakup kolam pelabuhan I dan kolam pelabuhan II. Peta lokasi penelitian disampaikan pada
Gambar 3, sementara itu koordinat lokasi sampling pengambilan sampel kualitas air, biota dan sedimen disampaikan pada Tabel 1.
Gambar 3. Peta lokasi penelitian
18 Tabel 1. Koordinat lokasi pengambilan sampel kualitas air, biota air dan sedimen.
Stasiun Bujur Timur
Lintang Selatan
1 106
o
32’ 30.52”
06
o
59’ 22.88”
2 106
o
32’ 29.87”
06
o
59’ 25.04”
3 106
o
32’ 29.00”
06
o
59’ 26.77”
4 106
o
32’ 33.14”
06
o
59’ 24.00”
5 106
o
32’ 34.33”
06
o
59’ 20.15”
6 106
o
32’ 38.00”
06
o
59’ 17.34”
7 106
o
32’ 26.81”
06
o
59’ 31.27”
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh air, biota air dan sedimen yang diambil dari tujuh lokasi titik sampling di wilayah Pelabuhan
Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Jumlah contoh yang diambil tersebut yaitu sebanyak 7 titik yang terdiri dari 3 titik contoh di kolam
pelabuhan I, 3 titik contoh di kolam pelabuhan II dan satu titik contoh di luar lokasi kolam pelabuhan sebagaimana disampaikan pada Gambar 2. Pengambilan
contoh tersebut dilakukan pada dua kali ulangan yaitu pada bulan Pebruari dan bulan April 2013, yang mewakili musim barat dan peralihan.
Selain bahan contoh air tersebut, digunakan juga bahan kimia untuk kebutuhan pengawetan contoh dan analisis laboratorium diantaranya larutan asam
H
2
SO
4
dan HNO
3
lugol dan formalin. Peralatan penelitian yang digunakan terdiri dari peralatan pengukuran dan
pengambilan kualitas air, biota air, sedimen, serta peralatan pendukung lainnya. Beberapa peralatan yang digunakan antara lain:
1 Perahukapal motor 2 GPS Geografic Position System untuk menentukan koordinat sampling
3 Peralatan pengukuran insitu kualitas air DOmeter, pHmeter,
refraktometer, sechi disk, dan termometer. Peralatan pengambilan sampel air, sedimen, dan biota perairan Van Dorn
sampler, Peterson grab, botol polietilen, planktonet, kantong plastik dan cool box.
Prosedur Analisis Data Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini ada 2 dua macam yakni, data primer dan data sekunder. Data primer berupa, sampel kualitas air, biota, sedimen
dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang dilakukan di PPN Palabuhanratu. Sedangkan data sekunder meliputi data kondisi lingkungan serta kutipan dari data
tertulis penelitian terdahulu terkait dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan pelabuhan dan kondisi lingkungannya.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode purposive sampling. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
19