Pangkalan Pendaratan Ikan D denagn kriteria:
                                                                                9 5 Kurangnya  kepedulian  dan  partisipasi  masyarakat  dalam  mendukung
pengelolaan  pelabuhan  perikanan  karena  minimnya  pengetahuan  mereka  dan kurangnya sosialisasi pemahaman tentang pengelolaan pelabuhan perikanan.
6 Tata kerja pengelolaan pelabuhan perikanan pada umumnya baru dilaksanakan pada  tahap  sesuai  dengan  ketentuan  dan  peraturan  yang  ada  tapi  belum
diperjelas  dengan  prosedur  operasional  standar  SOP  untuk  masingmasing kegiatan,  misalnya  SOP  bongkar,  SOP  muat,  SOP  tambat  labuh  dan  SOP
pelelangan.
7 Kurangnya  kesadaran  pihak  pengelola  pelabuhan  terhadap  pelestarian ekosistem  perairan,  sehingga  faktor  lingkungan  tidak  terintegrasi  ke  dalam
kebijakan pengelolaan pelabuhan. Pelabuhan berwawasan lingkungan merupakan salah satu bentuk komitmen
Pemerintah  Republik  Indonesia  mendukung  kesepakatan  internasional  pada Deklarasi  Johannesburg  Summit  tentang  pembangunan  berkelanjutan.  Indonesia
telah  memiliki  program  dan  strategi  pembangunan  berkelanjutan,  merupakan Agenda 21 Nasional. Dimana di dalamnya termasuk pengelolaan terpadu wilayah
pesisir  dan  lautan,  salah  satu  kegiatannya  adalah  kegiatan  pembangunan, pengembangan, dan pengoperasian pelabuhan Siahaan, 2012.
Menurut  Direktorat  Jenderal  Perhubungan  Laut  2004  dalam  konsep pengembangan  pelabuhan  berwawasan  lingkungan  harus  dibenahi  beberapa
standar dan kualitas pengelolaan lingkungan yaitu: 1 Menurunnya  beban  pencemaran  yang  masuk  ke  pelabuhan,  terutama  limbah
cair,  sampah,  sedimen,  minyak  dan  limbah  B3  Bahan  Berbahaya  beracun, sehingga  dapat  terwujud  peningkatan  kualitas  kebersihan  sisi  daratan  dan
perairan pelabuhan.
2 Meningkatnya  kenyamanan  dan  keamanan  pelabuhan  termasuk  kebersihan, keteduhan, dan keasrian lingkungan dalam kawasan pelabuhan.
3 Meningkatnya  kapasitas  kelembagaan  dan  sumberdaya  manusia  pengelola lingkungan di kawasan pelabuhan.
4 Meningkatnya kinerja pelayanan dan keselamatan kerja di pelabuhan. 5 Diimplementasikannya peraturan dan pedoman teknis mendukung pengelolaan
lingkungan pelabuhan. 6 Meningkatnya  peran  aktif  stakeholders  dalam  mewujudkan  pelabuhan  yang
berwawasan lingkungan. Ravikumar  1993  menyampaikan,  secara  umum  pengoperasian  pelabuhan
perikanan dilakukan oleh pihak swasta baik perseorangan maupun perusahaan dan pemerintah. Dalam beberapa kasus operasional pelabuhan perikanan dikelola oleh
pihak  swasta  melalui  system  kontrak.  Namun  demikian,  apapun  tipe kepemilikanpengelolaan pelabuhan, bukan menjadi hambatan bahwa pencemaran
pelabuhan  merupakan  masalah  yang  harus  ditangani  secara  serius  dan  perlu diawasi  secara  khusus  melalui  pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  yang  tepat,
sesuai dengan peraturan perundang undangan dan  pendidikan tentang lingkungan terhadap  pengguna  pelabuhan.  Selanjutnya  dalam  upaya  memastikan  bahwa
pelaksanaan  pengelolaannya  sesuai  dengan  peraturan  perundang-undangan  yang berlaku, maka pengelola pelabuhan harus menyediakan fasilitas penampungan dan
pengolahan limbah yang memadai reception facilities.
Menurut  Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  No.  61  tahun  2009 tentang  kepelabuhanan  fasilitas  pokok  pelabuhan  selain  dermaga,  gudang  dan
10 fasilitas pokok lainnya diyatakan juga bahwa fasilitas pokok pelabuhan termasuk
fasilitas  penampungan  dan  pengolahan  limbah  serta  tempat  penyimpanan  bahan berbahaya  dan  beracun  B3  atau  dikenal  dengan  istilah  reception  facilities.
Selanjutnya  disampaikan  juga  dalam  Peraturan  Menteri  Negara  Lingkungan Hidup  Nomor  05  tahun  2009  tentang  Pengelolaan  Limbah  di  Pelabuhan,  bahwa
pengelola  dapat  menyediakan  fasilitas  pengelolaan  limbah  untuk  seluruh  atau sebagian jenis limbah.
Peraturan  Menteri  Kelautan  dan  Perikanan  Nomor  PER.08MEN2012 tentang  Kepelabuhanan  Perikanan  pada  pasal  3  ayat  5  huruf  k  menyebutkan
bahwa  fungsi  pemerintahan  dipelabuhan  perikanan  adalah  pengendalian lingkungan. Sebagai salah satu faktor untuk menunjang pengendalian lingkungan
tersebut  dilaksanakan  aktivitas  yang  terkait  dengan  keamanan,  ketertiban  dan kebersihan  K3  di  pelabuhan  perikanan.  Hal  ini  sekanjutnya  diatur  dalam
Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 16KEP.DJPT2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kebersihan, Keamanan dan Ketertiban K3.
Ketentuan  keamanan,  ketertiban  dan  kebersihan  K3  di  pelabuhan  perikanan tersebut meliputi:
1.  Setiap  unit  kerjausaha  yang  beroperasi  yang  beroperasi  di  kawasan
pelabuhan  perikanan  berkewajiban  menjaga  keamanan  dan  ketertiban  di lingkungannya  masing-masing  dan  dalam  pelaksanaannya  dapat  membentuk
satuan keamanan satpam internal;
2.  Setiap kejadian
atau kasus
yang berkaitan
dengan masalah
keamananketertiban  yang  timbul  di  masing-masing  unit  kerjausaha  di kawasan  pelabuhan  perikanan  wajib  dilaporkan  kepada  kepala  pelabuhan
perikanan;
3.  Setiap  orang  dilarang  melakukan  hal-hal  yang  dapat  mengganggu  dna membahayakan  kepentingan  umum  seperti  bahaya  kebakaran  dan
pencemaran lingkungan; 4.  Kegiatan K3 dilakukan setiap hari
5.  Kegiatan keamanan dilakukan selama 24 jam; 6.  Dilakukan  kegiatan  pembinaan  dan  pelatihan  kepada  petugas  dan  para
pemangku kepentingan secara berkala; 7.  Aparat  pelabuhan  perikanan  melakukan  pembinaan  dan  sosialisasi  kepada
pengguna jasa pelabuhan perikanan. 8.  Untuk  menunjang  pelaksanaan  K3  dilakukan  pengadaan  dan  pemeliharaan
peralatan penunjang kegiatan. Menurut  Siar  et  al.  2011  pencemaran  di  lingkungan  pelabuhan  yang
berasal  dari  limbah  perkotaan  harus  ditangani  oleh  pengelola  pelabuhan  yang paham  dan  kompeten  terkait  pencemaran,  terutama  dari  kegiatan  perikanan  dan
khususnya  terhadap  limbah  dari  kapal.  Hal  ini  mengacu  kepada  International Maritime Organization’s International Convention for the Prevention of Pollution
from  Ships  1973,  yang  umum  dikenal  dengan  MARPOL  7378.  Tujuan  secara umum,  agar  pengelola  pelabuhan  perikanan  mengetahui  peraturan  MARPOL
7378  beserta  lampirannya,  termasuk  dampak  dari  kegiatan  penangkapan  ikan. Ravikumar 1993 menyampaikan bahwa peraturan pencegahan pencemaran dari
kapal  telah  ditetapkan  secara  Internasional.  International  Marine  Orgasization IMO telah menetapkan peraturan International Convention for the Prevention of
Pollution  from  Ships  MARPOL.  Peraturan  ini  telah  diratifikasi  oleh  seluruh
11 Negara.  Negara-negara  yang  telah  meratifikasi  MARPOL  7378  hendaknya
menerapkan peraturan ini termasuk lampirannya secara terintregrasi.  Lampiran I, IV  dan  V  dapat  diterapkan  pada  kegiatan  kapal  penangkap  ikan  dan  industri
perikanan.  Lin  dan  Jong  2007  menyampaikan  kegiatan  kapal  penangkap  ikan dalam operasinya harus mengacu pada MARPOL 7378.
Peraturan  MARPOL  7378  diratifikasi  oleh  Indonesia  dengan  Keputusan Presiden  Republik  Indonesia  Nomor  46  tahun  1986  tentang  International
Convention  for  the  Prevention  of  Pollution  from  the  Ship  1973  and  Protocol  of 1978  Relating  to  the  International  Convention  for  the  Prevention  of  Pollution
from  the  ship  1973  MARPOL,  1973-1978.  Selain  itu,  pengaturan  mengenai  laut secara  umum  diatur  dalam  United  Nations  Convertion  on  the  Law  of  Sea  1982
UNCLOS, 1982 yang diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 1985 dan  dikenal  dengan  hukum  laut  Law  of  The  Sea,  1982.  Secara  umum  negara-
negara mempunyai kewajiban untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut serta  harus  mengambil  semua  tindakan  untuk  mencegah,  mengurangi  dan
mengendalikan pencemaran lingkungan laut dari sumber apapun.
Pencemaran Lingkungan Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan  perikanan  yang  terdiri  atas  daratan  dan  perairan  di  sekitarnya dengan  batas-batas  tertentu  sebagai  tempat  kegiatan  pemerintah  dan  kegiatan
sistem  bisnis  perikanan,  merupakan  salah  satu  sumber  pencemar  terhadap lingkungan  pesisir  dan  lautan.  Sidabutar  2008  bahwa  salah  satu  sumber
pencemar  di  lingkungan  pesisir  dan  laut  adalah  berasal  dari  lingkungan  laut  dan dominan berasal dari kegiatan aktivitas kapal yang ada di pelabuhan. Kegiatan ini
menyebabkan  pencemaran  minyak  terutama  minyak  yang  berasal  dari  kegiatan yang dihasilkan oleh kapal, baik limbah ceceran-ceceran oli bekas maupun bahan
bakar mesin dan dari sistem bilga kapal.
Menurut  Chen  dan  Liu  2013,  limbah  di  laut  merupakan  masalah pencemaran  global  yang  telah  menjadi  permasalahan  lingkungan  utama  di
berbagai  benua.  Hal  tersebut  bersumber  dari  berbagai  kegiatan  seperti  industri atau  kegiatan  pembuangan  limbah  ke  laut  dari  berbagai  sumber.  Secara  umum,
telah  diketahui  bahwa  limbah  seperti  plastik,  unit  penangkapan  ikan  yang  tidak terpakairusak,  akan  memberikan  dampak  negatif  terhadap  berbagai  aspek
diantaranya  kesehatan  manusia,  habitat  ekosistem  laut,  kelimpahan  biota, keindahan pantai, keamanan navigasi dan kegiatan perikanan. Secara keseluruhan,
lebih dari 80 limbah di laut berasal dari kegiatanaktivitas di darat yang masuk melalui system drainase, sungai,  angin atau kelalaian manusia. Namun demikian,
terutama  Sebagian besar berasal dari kegiatan di laut terutama kapal.
Limbah  yang  dihasilkan  dari  kegiatan  kapal  penangkap  ikan  jumlahnya sedikit,  bila  dibandingkan  dengan  limbah  yang  dihasilkan  dari  kapal  niaga  dan
kegiatan di darat. Namun demikian, bila dihitung dari jumlah kapalnya yang besar sekitar  2,5  juta  kapal  yang  beroperasi  di  setiap  benua  dan  lautan,  secara
kumulatif  memberikan  masukan limbah yang  perlu  dipertimbangkan  terutama  di wilayah  tertentu  seperti  pelabuhan.  Dalam  pandangan  ekologi,  kegagalan  dalam
pengelolaan limbah menjadi masalah dalam melindungi dan menjaga pencemaran laut Chen dan Liu, 2013.
12 Siar et al. 2011 menyampaikan bahwa secara khusus, pencemaran limbah
di pelabuhan perikanan berasal dari tiga sumber utama: 1.  Limbah perkotaan, lbuangan limbah kota yang bermuara menuju pelabuhan
2.  Kegiatan  perikanan  oli,  solar,  limbah  di  darat,  limbah  cair  dan  padat,  anti-
fouling dan lain sebagainya. 3.  Industri  buangan limbah pada saluran air.
Pencemaran pesisir dan laut didefinisikan sebagai dampak negatif pengaruh yang  membahayakan  terhadap  kualitas  perairan,  kehidupan  biota,  sumberdaya
dan  kenyamanan  amenities  ekosistem  laut  serta  kesehatan  manusia  dan  nilai guna  lainnya  dari  ekosistem  laut.  Dampak  negatif  tersebut  disebabkan  secara
langsung  maupun  tidak  langsung  oleh  pembuangan  limbah-limbah  kedalam  laut yang berasal dari kegiatan manusia GESAMP, 1986.
Masuknya  bahan  pencemar  ke  dalam  badan  perairan  yang  berlebihan  dan terus  menerus  secara  cepat  mengakibatkan  beban  pencemaran  pollution  load
meningkat melebihi
kapasitas asimilasi
assimilative capacity.
Bila kecenderungan  ini  terus  terjadi  maka  degradasi  kondisi  lingkungan  akan  terjadi
dan  perairan  tersebut  menjadi tercemar. Selain  kerugian  ekonomis,  kerugian  lain yang  dapat  timbul  adalah  kerugian  kesehatan  manusia  dari  lingkungan  sekitar.
Tingginya  tingkat  konsentrasi  bahan  berbahaya  beracun  B3  yang  mencemari perairan  akan  berakumulasi  pada  ikan,  kerang  maupun  biota  laut  lainnya  yang
dikonsumsi  oleh  manusia,  dan  apabila  dikonsumsi  akan  menyebabkan  gangguan kesehatan. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari pencemaran perairan adalah
adanya  dampak  estetika  pariwisata,  air  yang  tercemar  akan  mengalami perubahan pada bentuk fisiknya, seperti menimbulkan bau, berubah menjadi keruh
atau  berwarna  hijau  gelap  karena  blomming  algae  Sidabutar,  2008.  Selain  itu, Dahuri  et  al.  1996  menyampaikan  juga  bahwa  limbah  industri,  limbah  cair
pemukiman,  limbah  cair  perkotaan,  pertambangan,  pelayaran,  pertanian  dan perikanan budidaya, dapat menyebabkan oksigen terlarut dalam air berkurang.
Tercemarnya  suatu  perairan  akan  menyebabkan  perubahan  struktur komunitas  biota  yang  hidup  di  dalamnya.  Untuk  mengetahui  dan  sebagai  dasar
penilaian  terhadap  adanya  pengaruhdampak  lingkungan  pencemaran  laut  yang telah terjadi di perairanpelabuhan dapat dilihat dari pengambilan sampel dengan
menggunakan nilai ambang batas NAB yang merupakan kriteria Baku Mutu Air Laut,  sesuai  Surat  Keputusan  Menteri  Negara  Lingkungan  Hidup  Nomor:  51
tahun 2004 Lampiran 1 untuk pelabuhan.
Wu  et.  al.,  2010  menyampaikan,  kegiatan  manusia  telah  memberikan dampak  negatif  terhadap  kualitas  perairan  dan  fungsi  ekosistemnya.    Kondisi  ini
telah  menyebabkan  tekanan  terhadap  lingkungan  yang  menyebabkan  penurunan kualitas  air,  kelimpahan  biota  hilangnya  habitat  tertentu  dan  secara  keseluruhan
menurunkan  kualitas  biotanya.  Hal  ini  menjadi  penting  untuk  mencegah  dan memonitoring  pencemaran  air  untuk  mengetahui  baik  secara  spasial  maupun
temporal kualitas air dan mendiagnosa kondisi terkini dari kualitas  air. Peraturan mengenai  kualitas  air  berdasarkan  kelasnya  yang  digunakan  sebagai  dasar  dan
batasan memiliki baku mutu tertentu. Parameter kualitas air yang mendekati atau tidak sesuia dengan baku mutu merupakan hal  yang penting untuk mengevaluasi
konsentrasi  dari  parameter  tersebut.  Masing-masing  kualitas  parameter  tersebut dapat  saja  termasuk  dalam  salah  satu  dari  beberapa  kelas  bakumutunya.  Hal  ini
tidak keseluruhan dari parameter dapat termasuk dalam satu kelas.  Keberagaman
13 kelas kualitas air dalam satu lokasi sampling dapat menyebabkan kesulitan dalam
penentuan kualitasnya pada lokasi tersebut. Danulat  et  al.  2002  menyebutkan  bahwa  limbah  dari  aktivitas  manusia
yang  masuk  keperairan  pesisir  dan  pelabuhan  yang  berlangsung  dalam  waktu lama,  dapat  menyebabkan  beberapa  dampak  pada  biota  plankton  dan  benthos.
Perkembangan plankton dan organisme patogen, dapat juga mengganggu aktivitas lainnya  seperti  pariwisata  penangkapan  ikan  dan  kesehatan  manusia.  Selain
terhadap  kualitas  air  dan  biota,  limbah  dari  aktivitas  manusia  yang  masuk keperairan pesisir dan pelabuhan dapat mengkontaminasi sedimennnya.  Buruaem
et al. 2012 kontaminasi terhadap sedimen oleh logam berat berdampak terhadap ekosistem pesisir dan menjadi masalah yang dipertimbangkan dalam pelaksanaan
pengerukan.  Penelitian  yang  dilakukan  di  Brazil,  diketahui  konsentrasi  logam berat  di  lokasi  pelabuhan  lebih  tinggi  dibanding  dengan  di  wilayah  lepas
pantainya.  Analisis  terhadap  sedimen  diketahui  terdapat  peningkatan  kandungan logam Hg, Cd, CU, Ni dan Zn.
Ondiveila  et  al,.  2012  mengemukakan  lingkungan  pelabuhan  merupakan subyek  yang  tidak  dapat  diprediksi  kondisinya  terkait  dengan  banyaknya
parameter fisika kimia atau kontaminan yang masuk perairan.  Pada kenyataannya hasil  dari  suatu  kelompok  tertentu  dari  dampak  terhadap  lingkungan  perairan
berhubungan dengan 1 sirkulasi air, 2 kualitas air, 3 kualitas sedimen, dan 4 kelimpahan  biota.  Dengan  demikian,  jumlah  variabel  yang  harus  dianalisis  pada
lingkungan  perairan  harus  besar.  Selain  itu,  tidak  ada  pendekatan  yang  dapat digunakan  sebagai  indikator  dalam  mengevaluasi  status  kondisi  lingkungan  dan
identifikasi  hubungannya  antara  pengaruh  aktivitas  manusia  dan  komponen lingkungan yang penting.
Wu  et  al.  2011  Beberapa  tahun  terakhir  ini,  analisis  statistik  multivariate seperti  analisis  kluster  efektif  diterapkan  dalam  mengevaluasi  karakteristik
kualitas  perairan  baik  secara  temporal  maupun  spasial.  Analisis  kluster  dengan pola unsupervised yang mengelompokan objek yang mirip dalam satu kelas antara
yang satu dengan yang lainnya, merupakan salah satu metode yang diakui.
Menurut  Kitsoiu  et  al.  2011  banyak  teknik  analisis  multivariat  yang digunakan  untuk  menganalisa  trend  spasial  atau  hanya  sekedar  untuk
mengeliminasi variabel-variabel dalam penelitian lingkungan. Proses analisis data ini  menggunakan  data  contoh  diskrit;  faktor-faktor  lingkungan  seperti  parameter
kimia,  parameter  fisika  dan  parameter  biologi.  Analisis  multivariat  yang  banyak digunakan  dalam  kajian  dan  evaluasi  pencemaran  laut  salah  satunya  analisis
kluster.  Para  ekologis  telah mengumpulkan  informasi  lebih  dari  satu abad  dalam memprakirakan  hubungan  antara  objek  dalam  satu  wilayah  pengambilan  contoh
termasuk variabel yang menjelaskannya.
Penentuan hubungan antara lokasi dan parameter lingkungan dalam langkah pertama yaitu melakukan analisis numerik terhadap data lingkungannya. Langkah
selanjutnya pengelompokan objek berdasarkan kesamaannya. Pengelompokan ini biasanya  di  ilustrasikan  dalam  bentuk  dendrogram.  Pemilihan  ukuran  kesamaan
suatu kelompok dilakukan berdasarkan nilai koofesien jarak euclidian lebih cocok digunakan  terhadap  variabel  air,  biota  dan  variabel  abiotik  lainnya.  Nilai  mutlak
yang digunakan antara jarak euclidian yaitu d
j,k
= Σ
i
|x
ij
− x
ik
| yang diketahui telah memberikan  hasil  terbaik.  Dalam  analisis  tersebut  hasil  perbandingan  antara
average  linkage  clustering  method,  ward  linkage,  compete  linkage  and
14 TWINSPAN,  diketahui  ward  linkage  sebagai  agglomerative  algorithmic  terbaik
dalam penentuannya Kitsoiu et al. 2011. Perhitungan  terhadap  analisis  kluster  dapat  dilakukan  melalui  software,
diantaranya yaitu dengan MINITAB. Wahyudi 2007 menyampaikan Piranti lunak ini  merupakan  piranti  untuk  kajian  statistika.  Piranti lunak ini memberikan  salah
satu  fasilitas  analisis  yaitu  anaisis  kluster  yang  merupakan  analisis  multivariate. Minitab saat ini banyak digunakan untuk membantu kajian similaritas.
Analisis SWOT dalam Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Perikkanan
Pengelolaan  lingkungan  sebagai  usaha  sadar  untuk  memelihara  danatau melestarikan  serta  memperbaiki  mutu  lingkungan  agar  dapat  memenuhi
kebutuhan  manusia  sebaik-baiknya.  Pengertian  lingkungan  hidup  menurut Undang-Undang  No  32  tahun  2009  tentang  perlindungan  dan  Pengelolaan
Lingkungan  Hidup  yang  diatur  dalam  pasal  1  dinyatakan  bahwa  kesatuan  ruang dengan  semua  benda,  daya,  keadaan,  dan  makhluk  hidup,  termasuk manusia  dan
perilakunya  yang  mempengaruhi  kelangsungan  perikehidupan  dan  kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan  lingkungan  hidup  mempunyai  ruang  lingkup  yang  secara  luas dengan  cara  beraneka  ragam  pula.  Menurut  Otto  Sumarwoto  1989  secara  garis
besar ada 4 empat lingkup pengelolaan lingkungan meliputi: 1.  Pengelolaan lingkungan secara rutin.
2.  Perencanaan  dini  dalam  pengelolaan  lingkungan  suatu  daerah  yang  menjadi
dasar dan tutunan bagi perencana pembangunan. 3.  Perencanaan  pengelolaan  lingkungan  berdasarkan  perkiraan  dampak
lingkungan  yang  akan  terjadi  sebagai  akibat  suatu  proyek  pembangunan  yang direncanakan.
4.  Perencanaan  pengelolaan  lingkungan  untuk  memperbaiki  lingkungan  yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia sendiri.
Menurut  Chen  dan  Liu  2013  dalam  tataran  kebijakan,  dalam  strategi pengelolaan lingkungan di pelabuhan perikanan hal yang sangat penting dilakukan
yaitu untuk mendorong nelayan agar tidak membuang membuang limbah di laut. Limbah yang ada hendaknya dibawa kepelabuhan di darat. Dalam hal ini, strategi
yang dapat dilakukan pemerintah sebagai pengelola pelabuhan meliputi: 1.  Pengembangan mekanisme pelaksanaan pengelolaan limbah
2.  Pendidikanpenyampaian mengenai pencegahan pencemaran lingkungan hidup 3.  Penyediaan reception facilities di pelabuhan
4.  Pemberian reward 5.  Pembuatan peraturan  atau SOP
Agar  pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  di  pelabuhan  perikanan  dapat berjalan dengan baik, perlu adanya suatu strategi sesuai dengan karakteristik dan
kondisi  lingkungannya.  Strategi  tersebut  dapat  diformulasikan  dengan  analisis SWOT.  Strategi  pengelolaan  lingkungan  di  pelabuhan  perikanan  dengan
melakukan analisis terhadap kekuatan strength, kelemahan weakness, peluang opportunity  dan  ancaman  threat,  diharapkan  dapat  membantu  dalam
memahami  kondisi  tertentu  dari  pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  di pelabuhan  perikanan.  Data  pendukung  analisis  merupakan  hasil  kajian  terhadap
berbagai  sumber  termasuk  laporan  pihak  pelabuhan  perikanan,  pelaksanaan
15 pengelolaan  limbah  dipelabuhan  perikanan,  peraturan terkait  pengelolaan limbah
di pelabuhan perikanan, studi pustaka dan wawancara mendalam dengan pelaku di pelabuhan perikanan.
Menurut  Rangkuti  2006,  analisis  SWOT  adalah  identifikasi  secara sistematik  terhadap  kekuatan  strength  dan  kelemahan  weakness  dari  faktor
internal  serta  peluang  opportunity  dan  ancaman  threat  dari  faktor  eksternal dari  suatu  sektor.  Analisis  SWOT  berfungsi  untuk  mengetahui  hubungan  antara
faktor  internal  dan  faktor  eksternal  yang  didasarkan  pada  logika  yang  dapat memaksimalkan  kekuatan  dan  peluang,  namun  secara  bersamaan  dapat  pula
meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Start  and  Hovland  2004  menyampaikan  bahwa  analisis  SWOT  adalah metode  perencanaan  strategis  yang  digunakan  untuk  mengevaluasi  kekuatan
Strengths,  kelemahan  Weaknesses,  peluang  Opportunities  dan  ancaman Threats  yang  terdapat  dalam  suatu  kegiatan.  Kekuatan  Strengths,  Kelemahan
Weaknesses,  Peluang  Opportunities  dan  Ancaman  Threats  tersebut  dapat diartikan sebagai berikut:
1 Kekuatan:  karakteristik  kegiatan  atau  pelaku  kegiatan  yang  memberikan
keuntungan. 2 Kelemahan  atau  Keterbatasan:  karakteristik  yang  menempatkan  pelaku
kegiatan dalam kerugian. 3 Peluang:  kesempatan  eksternal  untuk  meningkatkan  kinerja  misalnya
membuat keuntungan yang lebih besar di lingkungan sekitar. 4 Ancaman:  unsur  eksternal  dalam  lingkungan  yang  dapat  menyebabkan
masalah. Pelaksanaan analisis SWOT tersebut  melibatkan penentuan tujuan kegiatan
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menguntungkan dan tidak menguntungkan  untuk  mencapai  tujuan  itu.  Identifikasi  SWOT  sangat  penting
karena  langkah-langkah  berikutnya  dalam  proses  perencanaan  untuk  pencapaian tujuan  yang  dipilih  mungkin  diturunkan  dari  analisis  SWOT  ini.  Pertama,  para
pembuat keputusan harus menentukan apakah tujuan dapat dicapai. Jika tujuannya tidak  dapat  dicapai,  maka  tujuan  yang  berbeda  harus  dipilih  dan  proses  SWOT
diulang.  Hasil  SWOT  biasanya  sering  disajikan  dalam  bentuk  matriks.  Sebuah perkiraan  tentang  lingkungan  eksternal  cenderung  difokuskan  pada  apa  yang
terjadi  di  luar  organisasi  atau  pada  bidang  yang  belum  tentu  mempengaruhi strategi,  tetapi  dapat  saja  mempengaruhi  strategi,  baik  secara  positif  maupun
negatif. Gambar  2 merangkum beberapa faktor  yang perlu dipertimbangkan baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Panigrahi  2012  yang  melakukan  penelitian  evaluasi  terhadap  penentian zonasi wilayah pesisir, mengemukakan bahwa analisis SWOT merupakan metode
yang  umum  digunakan  dalam membantu identifikasi arahan  strategi  dalam  suatu organisasi.  Hal  ini  dilakukan  dengan  melihat  kondisi  kinerja  saat  ini  agar
menghasilkan  informasi  yang  berguna  mengenai  keberlanjutan  masa  depan, dengan mempertimbangkan kondisi sistem. Peramalan kemampuan dalam teknik
ini,  berasal  dari  pertimbangan  kekuatan  dan  kelemahan  system,  serta  adanya peluang dan ancaman. Kekuatan dan kelemahan dalam sistem ditentukan melalui
faktor internal, sementara itu faktor eksternal  menentukan peluang dan ancaman. Kekuatan  dapat  didefinisikan  sebagai  ketersediaan  sumberdaya  yang  dapat
digunakan  untuk  meningkatkan  performanya.  Kelemahan  merupakan  faktor
16 kekurangan dari sistem yang dapat menyebabkan keuntungan kompetitif, efisiensi
atau  biaya.  Lebih  lanjut  analisis  SWOT  membantu  dalam  pengkategorian  faktor internal dan eksternal yang penting dalam pencapaian tujuan.
Menururt Yuan 2013 yang melakukan studi terhadap strategi pengelolaan limbah konstruksi, mengemukakan bahwa pendekatan analisis SWOT merupakan
alat  yang  umum  digunakan  dalam  perencanaan  strategi.  Analisis  SWOT  semula digunakan  dalam  bidang  manajemen  bisnis  dan  saat  ini  telah  berkembang  luas
serta  digunakan  dalam  berbagai  bidang.  Sebagai  contoh  dalam  strategi perencanaan pengembangan kota, strategi pengelolaan lingkungan dalam kegiatan
pertambangan  dan  strategi  pengelolaan  limbah  perkotaan.  Oleh  karena  itu, digunakan  dalam  penelitian  ini  dalam  menganalisis  strategi  pengelolaan
lingkungan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu.
Gambar 2. Matriks SWOT Start and Hovland, 2004
17
3 METODE
Penelitian  mengenai  pengelolaan  limbah  di  pelabuhan  perikanan  dengan studi  kasus  di  Pelabuhan  Perikanan  Nusantara  Palabuhanratu  ini,  dilakukan
dengan  metode  survei  yang  menggali  data  dan  informasi  yang  diperlukan  dari sampel yang mewakili.
Survei  adalah  penyelidikan  yang  diadakan  untuk  memperoleh  fakta-fakta dari  gejala-gejala  yang  ada  dan  mencari  keterangan-keterangan  secara  faktual,
baik  tentang  institusi  sosial,  ekonomi,  atau  politik  dari  suatu  kelompok  ataupun suatu  daerah  Nazir,  2002.  Penelitian  ini  bersifat analisis  deskriptif  korelasional
yaitu  berusaha  untuk  menggambarkan  atau  mendeskripsikan  secara  tepat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Waktu dan Tempat
Penelitian  mengenai  pengelolaan  limbah  di  pelabuhan  perikanan  dengan kasus  di  Pelabuhan  Perikanan  Nusantara  Palabuhan  Ratu,  dilakukan  pada  bulan
bulan Pebruari – April 2013. Penelitian ini dilakukan di daerah lingkungan kerja
dalam  Pelabuhan  Perikanan  Nusantara  Palabuharatu  yang  mencakup  kolam pelabuhan  I  dan  kolam  pelabuhan  II.  Peta  lokasi  penelitian  disampaikan  pada
Gambar 3, sementara itu koordinat lokasi sampling pengambilan sampel kualitas air, biota dan sedimen disampaikan pada Tabel 1.
Gambar 3. Peta lokasi penelitian
18 Tabel 1. Koordinat lokasi pengambilan sampel kualitas air, biota air dan sedimen.
Stasiun Bujur Timur
Lintang Selatan
1 106
o
32’ 30.52”
06
o
59’ 22.88”
2 106
o
32’ 29.87”
06
o
59’ 25.04”
3 106
o
32’ 29.00”
06
o
59’ 26.77”
4 106
o
32’ 33.14”
06
o
59’ 24.00”
5 106
o
32’ 34.33”
06
o
59’ 20.15”
6 106
o
32’ 38.00”
06
o
59’ 17.34”
7 106
o
32’ 26.81”
06
o
59’ 31.27”
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah  contoh air, biota air dan sedimen  yang  diambil  dari  tujuh  lokasi  titik  sampling  di  wilayah  Pelabuhan
Perikanan  Nusantara  Palabuhanratu,  Kabupaten  Sukabumi.  Jumlah  contoh  yang diambil  tersebut  yaitu  sebanyak  7  titik  yang  terdiri  dari  3  titik  contoh  di  kolam
pelabuhan  I,  3  titik  contoh  di  kolam  pelabuhan  II  dan  satu  titik  contoh  di  luar lokasi  kolam  pelabuhan  sebagaimana  disampaikan  pada  Gambar  2.  Pengambilan
contoh  tersebut  dilakukan  pada  dua  kali  ulangan  yaitu  pada  bulan  Pebruari  dan bulan April 2013, yang mewakili musim barat dan peralihan.
Selain  bahan  contoh  air  tersebut,  digunakan  juga  bahan  kimia  untuk kebutuhan pengawetan contoh dan analisis laboratorium diantaranya larutan asam
H
2
SO
4
dan HNO
3
lugol dan formalin. Peralatan  penelitian  yang  digunakan  terdiri  dari  peralatan  pengukuran  dan
pengambilan  kualitas  air,  biota  air,  sedimen,  serta  peralatan  pendukung  lainnya. Beberapa peralatan yang digunakan antara lain:
1  Perahukapal motor 2  GPS Geografic Position System untuk menentukan koordinat sampling
3  Peralatan  pengukuran  insitu  kualitas  air  DOmeter,  pHmeter,
refraktometer, sechi disk, dan termometer. Peralatan  pengambilan  sampel  air,  sedimen,  dan  biota  perairan  Van  Dorn
sampler,  Peterson  grab,  botol  polietilen,  planktonet,  kantong  plastik  dan  cool box.
Prosedur Analisis Data Metode Pengumpulan Data
Data  yang  diambil  dalam  penelitian  ini  ada  2  dua  macam  yakni,  data primer dan data sekunder. Data primer berupa, sampel kualitas air, biota, sedimen
dan  pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  yang  dilakukan  di  PPN  Palabuhanratu. Sedangkan data sekunder meliputi data kondisi lingkungan serta kutipan dari data
tertulis  penelitian  terdahulu  terkait  dengan  pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan pelabuhan dan kondisi lingkungannya.
Metode  pengumpulan  data  yang  digunakan  adalah  metode  purposive sampling. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
19
                