37 Tempat sampah yang tersedia di dalam lingkungan PPN Palabuhanratu
penempatan dan peruntukannya, masih belum sesuai dengan lokasi dan jenis limbah yang dihasilkannya. Lokasi tempat sampah yang ada terfokus pada sekitar
lokasi perkantoran dan di sekitar jalan pelabuhan. Tempat sampah yang tersedia masih tergabung untuk semua jenis sampah yang dihasilkan, baik limbah organik,
anorganik maupun bahan berbahaya dan beracun. Penempatan tempat sampah tersebut juga masih belum merata terdapat pada setiap fasilitas pelabuhan yang
ada.
Ravikumar 1993 mengemukakan bahwa dalam rangka memastikan pelaksanaan pengelolaan limbah sesuai dengan peraturan yang ada, pihak
pengelola pelabuhan harus menyediakan fasilitas penampungan dan pengolahan limbah berdasarkan jenisnya: limbah padat organik dan anorganik, limbah cair
dan bahan berbahaya dan beracun B3. Sementara itu, Pane 2008 kondisi dan ketersediaan fasilitas penunjang selain dapat menunjang kelancaran aktivitas
pelabuhan juga dapat memberikan gambaran citra pelabuhan tersebut, seperti terkait dengan sanitasi atau kebersihan di pelabuhan.
Sama halnya dengan tempat sampah yang ada, tempat penampungan sampah sementara yang ada dilingkungan PPN Palabuhanratu masih belum di
sediakan sesuai dengan jenis limbah yang dihasilkannya dan penempatannya belum diletakan pada satu lokasi khusus, masih diletakan di sekitar jalan dermaga
pelabuhan. Sementara itu, tempat penampungan pelumas bekasoli yang termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun, jumlahnya masih terbatas dan
penempatannya tidak pada lokasitempat khusus untuk penyimpanan limbah tersebut yang termasuk kategori B3. Tempat penampungan yang ada saat ini
berupa drum yang di tempatkan di lokasi sekitar dermaga dan lokasi bengkel. Dokumentasi tempat sampah, tempat pelumas bekas dan unit pengangkut sampah
di PPN Palabuhanratu disampaikan pada Gambar 7.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat di simpulkan bahwa PPN Palabuhanratu Belum memiliki fasilitan pengelolaan dan penampungan limbah
terutama yaitu instalasi pengolah air limbah serta fasilitas penampungan dan pengolahan limbah reception facilities.
Ketersediaan fasilitas tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan pelabuhan yang berwawasan lingkungan.
Hal ini selain berkaitan dengan keharusan dari perturan perundangan yang ada, juga berperan dalam peningkatan pelayanan dan produktivitas agar dapat bersaing
secara internasional. Menurut Sari 2003, untuk meningkatkaan pelayanan pelabuhan perikanan kepada pengguna pelabuhan dalam rangka meningkatkan
mutu produktivitas ikan yang dapat berkompetisi secara internasional, maka perlu dilakukan pengelolaan pelabuhan perikanan yang berwawasan
Iingkungan.
Pentingnya ketersediaan fasilitas pengelolaan limbah tersebut, diperkuat juga dengan visi PPN Ppalabuhanratu itu sendiri. Visi PPN Palabuhanratu
yaitu sebagai pusat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat perikanan yang berorientasi standar ekspor, berwawasan lingkungan dan bernuansa wisata bahari.
38
Gambar 7. Tempat sampah, tempat pelumas bekas dan unit pengangkut sampah di PPN Palabuhanratu.
b. Aktivitas di PPN Palabuhanratu
Aktivitas pelabuhan yang ada di PPN Palabuhanratu secara garis besar meliputi aktivitas perkantoran, laboratorium, tambat labuh kapal, pengisian
perbekalan, pendaratan dan penjualan hasil tangkapan, pembuatan dan perbaikan kapal, pertokoan, dan industri penanganan hasil tangkapan dan cold storage.
1 Aktivitas Perkantoran
Aktivitas perkantoran yang terdapat di PPN Palabuhanratu, yaitu administratur pelabuhan UPT-PPNP, kesyahbandaran dan satuan kerja
pengawas perikanan. Para pegawai, dalam melaksanakan kegiatan administrasi pelabuhan ini didukung dengan peralatan perkantoran berupa komputer, lemari
dan meja arsip, serta alat tulis dan kertas. Sama halnya dengan kegiatan administrasi pelabuhan, kegiatan kesyahbandaran yang melakukan pengawasan
administrasi kapal dan satuan kerja pengawas perikanan yang berperan dalam
39 mengontrol pelanggaran dibidang perikanan tangkap, dengan gedung perkantoran
sendiri juga didukung dan ditunjang dengan peralatannya. Gedung-gedung perkantoran tersebut, juga dilengkapi dengan fasilitas dapur, mandi cuci kakus
dan tempat sampah.
Kegiatan perkantoran yang menggunakan sejumlah peralatan perkantoran seperti kertas, printer dan fasilitas penerangan serta kegiatan akomodasi tenaga
kerjastaf akan menghasilkan sejumlah limbah. Limbah – limbah tersebut berupa
limbah domestik baik organik maupun anorganik serta limbah bahan berbahaya dan beracun B3. Selain limbah kegiatan kantor dan pekerja terdapat juga limbah
drainase yang disalurkan melalui saluran drainase menuju kolam pelabuhan. Merurut Wirdah 2006 limbah yang melakukan penelitian analisis kebijakan
pengelolaan lingkungan pelabuhan Sunda Kelapa, meyampaikan bahwa kegiatan perkantoran di pelabuhan menghasilkan limbah padat dan cair domestik dengan
volume limbah cair 5 m³hari dan limbah padat 0,5 m³hari.
Penanganan terhadap limbah padat saat ini yaitu dengan menampungnya pada tempat yang tersedia di sekitar lokasi kantor dan setiap hari sampah tersebut
dibersihkan dan diangkut ke tempat penampungan sampah sementara. Namun, dalam penampungannya, belum ada pemisahan terhadap limbah padat yang
dihasilkan berdasarkan jenisnya. Sementara itu untuk limbah cair domestik dari kegiatan mandi, cuci, kakus ditampung dalam septic tank dan untuk limbah saniter
disalurkan menuju saluran drainase yang terdapat di sekitar kantor.
Penanganan yang dapat dilakukan terhadap limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan perkantoran yaitu berupa penyediaan tempat sampah dan tempat
penampungan sampah sementara berdasarkan jenisnya. Sementara itu terkait limbah cair domestik, disalurkan melalui drainase hendaknya diolah terlebih
dahulu baik secara fisika, kimia, maupun biologi dan pada saluran drainase di pasang saringan. Sebagaimana disampaikan oleh Sari 2003 pada saluran
drainase hendaknya di pasang kawat untuk menyaring sampah-sampah yang terlewatkan. Selain itu pada lokasi pengumpulan sampah dilakukan pemisahan
antara yang dapat dimanfaatkan dan yang dapat dibakar. Untuk limbah organik dapat dijadikan sebagai pupukkompos, sementara itu untuk limbah anorganik
bernilai ekonomis dapat didaur ulang menjadi bentuk lain yang bermanfaat.
2 Aktivitas Tambat Labuh
Kegiatan tambat labuh kapal di PPN Palabuhan ratu dilakukan pada kolam pelabuhan. Kolam pelabuhan yang terdapat di PPN Palabuhanratu terdapat 2 unit
kolam pelabuhan. Kolam pelabuhan I atau kolam lama yang terletak di depan kantor pengelola PPN Palabuhanratu, dan kolam pelabuhan II atau kolam baru
yang terletak di depan kantor satuan kerja pengawas perikanan.
Kolam pelabuhan berperan penting memberikan perlindungan terhadap kapal-kapal yang melakukan tambat labuh serta dalam rangka sedang mengisi
perbekalan dan melakukan pendaratan hasil tangkapan Murdianto, 2004. Kegiatan tambat labuh kapal di PPN Palabuhanratu dilakukan di dermaga I dan II
sesuai dengan ukuran kapalnya PPNP, 2012. Dermaga di PPN Palabuhanratu sangat berperan penting bagi kapal sebagai tempat bertambat, tempat pendaratan
hasil tangkapan dan tempat memuat perbekalan melaut.
Kegiatan nelayan yang menghasilkan limbah pada saat tambat labuh yaitu meliputi pencucian kapal, palka, pembuangan air bilge kapal dan limbah kemasan
40 dan sisa perbekalan yang sudah tidak terpakai Gambar 8. Chen et al. 2013
mengemukakan berbagai jenis limbah yang dibuang dari kapal perikanan umumnya berupa sampah botol plastik, kantong plastik, botolkemasan logan
alumunium atau kaleng, alat tangkap tali pancing, jaring, tali pelampung dan baterai.
Pembuangan limbah tersebut umumnya dilakukan langsung di lokasi kolam pelabuhan, sehingga limbah tersebut dapat mencemari kolam pelabuhan. Wirdah
2006 menyebutkan kegiatan tambat labuh dan bongkar muat kapal di dermaga pelabuhan akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa
sampah dan limbah cair berupa minyakpelumas bekas. Sari 2003 menyampaikan yang melakukan pengukuran terhadap jumlah limbah minyak dari
kegiatan perawatan rutin kapaldari limbah air bilge kapal rata-rata 0,065 ltkapalbulan. Chen et al. 2013 yang melakukan wawancara terhadap 427 orang
nelayan, diketahui lebih dari setengahnya yang melaporkan bahan yang dapat di manfaatkan ulang seperti botol plastik, baterai, botol logam dan jaring ikantali
dengan persentase: 62,5, 78,7, 57,4 and 72,6 membawanya ke darat untuk diolah lebih lanjut. Namun demikian, banyak sekali nelayan 74,5 yang
melaporkan bahwa mereka membuang kantong plastik langsung kelaut.
Kegiatan pembuangan limbah yang dilakukan langsung di lokasi kolam pelabuhan, selain karena terbatasnya fasilitas pengolahan limbah yang ada juga
disebabkan oleh kurangnya kesadaran nelayan terhadap pentingnya kebersihan lingkungan pelabuhan. Selain itu, dikarenakan belum adanya standar operasional
prosedur mengenai pengelolaan limbah di pelabuhan dari kegiatan rutin operasional kapal dan penunjang pelabuhan. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009 tentang pengelolaan limbah di pelabuhan menyebutkan setiap pemilik danatau operator kapal dilarang melakukan
pembuangan limbah kemedia lingkungan hidup. Dalam peraturan tersebut disampaikan juga menteri hendaknya menerbitkan petunjuk pelaksanaan
penanganan limbah di pelabuhan yang berasal dari kegiatan rutin operasional kapal dan kegiatan penunjang di pelabuhan.
Seperti pelabuhan perikanan di Indonesia pada umumnya, kegiatan- kegiatan di pelabuhan perikanan baru dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
tugas pokok dan fungsi yang ada, namun belum diperjelas dengan SOP untuk masing-masing kegiatan, misalnya SOP bongkar muat, tambat labuh dan SOP
pelelangan Sari, 2003. Hal inilah yang menyebabkan permasalahan aktivitas perkapalan hingga kini belum terselesaikan dan mengakibatkan dampak
tertumpahnya limbah di perairan. Untuk memperbaiki kondisi ini, maka pihak pengelola pelabuhan harus memiliki dan memberlakukan SOP setiap aktivitas
yang ada di pelabuhan. Disamping itu, peningkatan pelayanan dan usaha perbaikan sarana dan prasarana juga harus dilakukan. Siar et. al., 2011
menyebutkan pengelolaan terhadap air bilge kapal dapat dilakukan dengan pemompaan air tersebut dan menampungnya dalan instalasi pengolahan limbah
untuk dilakukan pemisahan minyak dengan oily separator sebelum dibuang ke perairan.