Analisis Kualitas Air Analisis Kualitas Lingkungan

22 Selanjutnya dalam penentuan kriteria pencemaran kualitas air tersebut apakah termasuk dalam kategori baik ataupun tercemar digunakan skala sebagai berikut: ≤ Pij ≤ 1.0 memenuhi baku mutu 1.0 ≤ Pij ≤ 5.0 tercemar ringan 5.0 ≤ Pij ≤ 10 tercemar sedang Pij 10 tercemar berat Analisis dengan metode STORET secara prinsip adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya Debby et al., 2009. Selanjutnya ditentukan status mutu air sesuai dengan klasifikasi mutu air Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 , yaitu: 1 Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu 2 Kelas B : baik, skor = -1 sd -10 cemar ringan 3 Kelas C : sedang, skor = -11 sd -30 cemar sedang 4 Kelas D : buruk, skor diatas -31 cemar berat Penentuan sistem nilai menentukan status mutu air yang digunakan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air Jumlah contoh Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi 10 Maksimum -1 -2 -3 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 10 Maksimum -2 -4 -6 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18 Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air

b. Sedimen

Sedimen dianalisis untuk mengamati tekstur dan kandungan logam. Tekstur sedimen dianalisis dengan metode distribusi gradasi butir, sedangkan kandungan logam dianalisis dengan menggunakan spektroskopi serapan atom. Analisis sedimen ini dilakukan di Laboratorium Proling Institut Pertanian Bogor. Hasil análisis tekstur sedimen pasir, debu dan liat dikelompokkan kedalam segitiga tekstur Gambar 3. Parameter logam pada sedimen yang dianalisis adalah Hg, Pb, Cd, Cu, dan Zn. Selanjutnya kandungan logam berat pada sedimen dianalisis secara tabulasi dan deskriptif. Baku mutu sedimen untuk perairan Indonesia hingga saat ini belum tersedia masih tahap studi oleh KLH. Untuk melihat kondisi paremeter sedimen yang dianalisis dilakukan dengan membandingkaan hasil sampel dengan standar baku mutu Krauskopt.K.B tahun 1979 untuk sedimen di dasar laut. 23 Gambar 4. Segitiga tekstur sedimen Wentworth, 1922

c. Biota Air

Biota air yang di analisis yaitu meliputi biota plankton fitoplankton dan zooplankton serta benthos. Analisis terhadap biota air meliputi kepadatankelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi. Analisis terhadap biota air ini dilakukan di Laboratorium Proling-Institut Pertanian Bogor. Kelimpahan fitoplankton dihitung menggunakan alat Sedgwick Rafter Counting Chamber SRC pada perbesaran 10x10 dengan 15 strip setiap pengamatan. Pencacahan dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler model Olympus CH-2. Identifikasi morfologi fitoplankton menggunakan acuan buku Yamaji 1976. Kelimpahan fitoplankton dinyatakan dalam individu per m 3 yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : N = Kelimpahan fitoplankton selm 3 n = Organisme yang teramati sel V d = Volume air yang disaring m³ V t = Volume air tersaring ml V src = Volume satu SRC 1 ml A src = Luas penampang SRC A a = Luas amatan 24 Kepadatan makrozoobenthos didefinisikan sebagai jumlah individu makrozoobenthos per satuan luas m 2 Brower et al. 1990. Formulasi kepadatan makrozoobenthos adalah sebagai berikut, Keterangan: K : Kepadatan indm 2 Ni : Jumlah individu A : Luas bukaan alat cm 2 Keanekaragaman specie s dinyatakan dengan indeks keanekaragaman H’ Shannon-Wiener Krebs, 1989: s H’ = -∑ pi log pi i =1 Keterangan: H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon – Wiener s = Jumlah Genus pi = niN ni = Jumlah individu genus ke-i N = Jumlah total individu Catatan = untuk Plankton, Log diganti Ln Legendre, 1983 Keseragaman adalah komposisi individu dalam setiap genus yang terdapat dalam komunitas. Keseragaman didapat dengan membandingkan indeks keanekaragaman dengan nilai maksimumnya. Keseragaman dihitung dengan rumus: E = H’ = H’ H maksimum log S Keterangan: E = Indeks Keseragaman populasi H’ = Indeks keragaman H’maks = indeks Keanekaragaman maksimum = log S S = jumlah spesies Catatan = untuk Plankton, Log diganti Ln Dominansi suatu jenis didalam komunitas dapat diduga dengan indeks dominansi Simpson Krebs, 1989 yaitu sebagai berikut : Keterangan: D = Indeks dominansi s = jumlah genus pi = niN s D = ∑ pi 2 i =1