Iklim Hidrologi Sejarah Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Sejarah Gedung Juang 45 Bekasi Jawa Barat

1. Sig na g e ta p a k 2. Ba ng una n uta m a G J45B 3. Ha la m a n d e p a n G J45B 5. Ha la m a n b e la ka ng G J45B 8. Ha la m a n b e la ka ng G J45B 6. Pa viliun d i b a g ia n kiri G J45B 7. Ha la m a n b e la ka ng G J45B 4. Ha la m a n d e p a n G J45B Gambar 5Kondisi eksisting tapak Sumber: dokumentasi pribadi GJ45B pada masa kolonial Belanda memiliki luas yang sama seperti sekarang 2 2 Iklim . Pada masa kolonial Belanda kompleks ini digunakan sebagai tempat tinggal tuan tanah dan kantor penyerahan pajak pertanian. Penggunaan lahan pada saat ini meliputi area terbuka hijau, ruang terbangun berupa bangunan kantor veteran dan bangunan utama yang kini digunakan sebagai kantor dinas pemadam kebakaran Kabupaten Bekasi Gambar 7. Pada masa kolonial Belanda penggunaan lahan di sekitar GJ45B diperuntukan sebagai area perkebunan dan pertanian. Saat ini bagian barat di luar area GJ45B terdapat lapangan rumput kosong dan bekas-bekas bangunan yang sudah dirobohkan. Menurut saksi sejarah pada masa kolonial Belanda, area tersebut merupakan tempat penggilingan padi atau lebih dikenal dengan istilah kongsi. Tuan tanah pada masa itu Tan Oen Tjie menggunakan area gedung yang dibangun oleh tuan tanah sebelumnya Kouw Oen Huy tersebut untuk mengolah padi hasil dari masyarakat dan menyimpannya di gudang. Penggunaan lahan di sekitar areal GJ45B saat ini umumnya sebagai area perdagangan dan pemukiman. GJ45B berbatasan langsung dengan Pasar Tambun yang merupakan pusat perekonomian di daerah Tambun. Penggunaan lahan pada sepanjang jalan menuju GJ45B dari arah Kota Bekasi umumnya berupa pabrik-pabrik besar dan menengah seperti PT. Sinde dan Toyota, serta beberapa ruko.Kondisi ini sama dengan pengunaan lahan pada area dari Kabupaten Bekasi menuju GJ45B. Data BAPPEDA 2009 menunjukan suhu di Kabupaten Bekasi berkisar antara 28-32 o C dengan tingkat kelembaban 80. Suhu ini berlaku hampir di seluruh wilayah Kabupaten Bekasi termasuk area GJ45B.Menurut Hidayat 1994 umumnya orang Indonesia merasa nyaman dengan suhu 25,8 – 28,1 o C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu pada tapak kurang nyaman.Besar radiasi di daerah Kabupaten Bekasi rata-rata sebesar 66BMG, 2013 hal ini membuat kondisi tapak terasa panas dan terik. Kondisi penyinaran pada tapak relatif terik dan dapat menurunkan kenyamanan pengunjung yang berada di tapak. Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan menambahkan fasilitas peneduh pada tapak yang dapat dibentuk melalui elemen softscape dan hardscape. Penambahan fasilitas peneduh dengan softscape dapat dilakukan dengan penataan vegetasi sesuai dengan kondisi tapak agar dapat meningkatkan kenyamanan dalam tapak. 3 Tanah Informasi mengenai kondisi tanah penting untuk diketahui karena faktor tersebut mendukung keberlangsungan aktifitas serta tatanan yang direncanakan pada tapak Nurisjah, 2004. Dari data Badan Pengelola DAS Citarum-Ciliwung 2007 diketahui bahwa tipe tanah daerah Tambun adalah asosiasi latosol coklat kemerahan dan latosol kekuningan. Menurut Dudal dan Soepraptohardjo 1975 tanah dengan tipe ini merupakan perpaduan antara dua jenis tanah yang sulit untuk dipisahkan atau dikelompokan. Tanah latosol merupakan tanah yang sudah mengalami pelapukan secara insentif dan perkembangan tanah lanjut. Tanah ini umumnya terdapat di daerah beriklim sedang sampai panas dengan curah hujan 2000 mmth dan ketinggian 10 sampai 1000 mdpl. 2 Wawancara dengan Sersan Mayor TNI AD Purn Veteran, Edi B. Somad April 2013. Menurut Kellog 1949 dalam Soepardi 1983 tanah latosol mempunyai lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai dengan lebih dari 5 meter, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Bahan organik yang dikandung oleh tanah tipe ini berkisar antara 3-9. Nilai pH tipe tanah ini berada pada angka 4,5-6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. tekstur keseluruhan solum tanah ini umumnya adalah liat, sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi gembur. Warna yang dikandung oleh tipe tanah ini menunjukan jumlah kandungan hara yang dikandungnya.Semakin merah warna dari tanah ini menunjukan kandungan hara yang semakin miskin. Infiltrasi dan perkolasi tanah tipe ini umumnya cukup cepat dengandayauntuk menahan air tipe cukup baik dan tahan terhadap erosi. Keadaan tersebut merangsang drainase dalam tanah yang sangat baik. Dalam kaitannya untuk pengembangan kegiatan wisata tanah latosol tergolong cukup baik sebab kondisi tanah latosol yang memiliki tekstur tanah halus hingga agak kasar liat, berdebu, lempung, dan berpasir dapat menopang konstruksi yang sederhana Arsyad, 2000. 4 Topografi Analisis topografibertujuan untuk mengetahui kesesuaian tapak untuk pengembangan aktifitas wisata. Kemampuan tapak untuk pengembangan kegiatan wisata dapat dilihat dari kesesuaian kondisi kemiringan tapak untuk pengembangan ruang luar yang akan berpengaruh terhadap pengembangan kegiatan wisata. Gambar 8 menunjukan peta topografi tapak. GJ45B terletak pada ketinggian 30 mdpl. Kemiringan pada tapak diklasifikasikan menggunakan metode skoring yang mengacu pada standar keseuaian lahan untuk kegiatan wisata yang dikemukakan oleh Hardjowigeno 1994 dalam Nurisjah dan pramukanto 2001. Kemiringan lahan pada halaman depan tapak dominan cukup datar dengan kemiringan berkisar antara 0-8 dan 8- 15 dengan proporsi luasan masing-masing 55,29 dan 27,39 Gambar 9. Area dengan kemiringan 0-8 merupakan area yang sesuai untuk pengembangan ruang luar. Pada area ini dapat dilakukan beragam kegiatan dan pengembangan elemen tapak seperti bangunan, area parkir dan sebagainya guna menunjang kegiatan wisata yang berlangsung di atasnya oleh karena itu area ini mendapat skor 3. Sementara itu kemiringan 8-15 merupakan area cukup sesuai untuk beragam penggunaan namun jumlah dan jenis aktifitas yang dilakukan perlu dibatasi sehingga area ini diberi skor 2 Harris dan Dines, 1988. Kemiringan yang relatif berbeda terlihat pada halaman belakang tapak di dekat bangunan utama GJ45B. Pada area tersebut terdapat perbedaan level yang cukup besar yaitu sekitar 2-2,5 m dengan besar kemiringan antara 25-45. Proporsi luas area ini adalah 9, 63. Area dengan kemiringan 15-25 memiliki luas 7,69. Area dengan kemiringan lebih besar dari 15 merupakan area yang kurang sesuai untuk penggunaan wisata dan rekreasi Hardjowigeno, 1994. Area dengan kemiringan 25 ini diberi skor 1. Peta analisis kesesuaian lahan disajikan dalam Gambar 10.