Data dan Analisis Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Sejarah Gedung Juang 45 Bekasi Jawa Barat

Menurut Kellog 1949 dalam Soepardi 1983 tanah latosol mempunyai lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai dengan lebih dari 5 meter, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Bahan organik yang dikandung oleh tanah tipe ini berkisar antara 3-9. Nilai pH tipe tanah ini berada pada angka 4,5-6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. tekstur keseluruhan solum tanah ini umumnya adalah liat, sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi gembur. Warna yang dikandung oleh tipe tanah ini menunjukan jumlah kandungan hara yang dikandungnya.Semakin merah warna dari tanah ini menunjukan kandungan hara yang semakin miskin. Infiltrasi dan perkolasi tanah tipe ini umumnya cukup cepat dengandayauntuk menahan air tipe cukup baik dan tahan terhadap erosi. Keadaan tersebut merangsang drainase dalam tanah yang sangat baik. Dalam kaitannya untuk pengembangan kegiatan wisata tanah latosol tergolong cukup baik sebab kondisi tanah latosol yang memiliki tekstur tanah halus hingga agak kasar liat, berdebu, lempung, dan berpasir dapat menopang konstruksi yang sederhana Arsyad, 2000. 4 Topografi Analisis topografibertujuan untuk mengetahui kesesuaian tapak untuk pengembangan aktifitas wisata. Kemampuan tapak untuk pengembangan kegiatan wisata dapat dilihat dari kesesuaian kondisi kemiringan tapak untuk pengembangan ruang luar yang akan berpengaruh terhadap pengembangan kegiatan wisata. Gambar 8 menunjukan peta topografi tapak. GJ45B terletak pada ketinggian 30 mdpl. Kemiringan pada tapak diklasifikasikan menggunakan metode skoring yang mengacu pada standar keseuaian lahan untuk kegiatan wisata yang dikemukakan oleh Hardjowigeno 1994 dalam Nurisjah dan pramukanto 2001. Kemiringan lahan pada halaman depan tapak dominan cukup datar dengan kemiringan berkisar antara 0-8 dan 8- 15 dengan proporsi luasan masing-masing 55,29 dan 27,39 Gambar 9. Area dengan kemiringan 0-8 merupakan area yang sesuai untuk pengembangan ruang luar. Pada area ini dapat dilakukan beragam kegiatan dan pengembangan elemen tapak seperti bangunan, area parkir dan sebagainya guna menunjang kegiatan wisata yang berlangsung di atasnya oleh karena itu area ini mendapat skor 3. Sementara itu kemiringan 8-15 merupakan area cukup sesuai untuk beragam penggunaan namun jumlah dan jenis aktifitas yang dilakukan perlu dibatasi sehingga area ini diberi skor 2 Harris dan Dines, 1988. Kemiringan yang relatif berbeda terlihat pada halaman belakang tapak di dekat bangunan utama GJ45B. Pada area tersebut terdapat perbedaan level yang cukup besar yaitu sekitar 2-2,5 m dengan besar kemiringan antara 25-45. Proporsi luas area ini adalah 9, 63. Area dengan kemiringan 15-25 memiliki luas 7,69. Area dengan kemiringan lebih besar dari 15 merupakan area yang kurang sesuai untuk penggunaan wisata dan rekreasi Hardjowigeno, 1994. Area dengan kemiringan 25 ini diberi skor 1. Peta analisis kesesuaian lahan disajikan dalam Gambar 10. 5 Visual Analisis visual dilakukan untuk mengetahui kualitas visual yang dimiliki tapak. Hasil analisis ini berupa goodview dan badview yang menjadi acuan untuk menentukan view terbaik tapak dan area yang perlu ditata agar menghasilkan good view. Secara umum kondisi visual yang ada pada tapak didominasi oleh bangunan-bangunan tua yang tergolong ke dalam cagar budaya Gambar 11. Kondisi visual GJ45B yang terolong badview terlihat pada halaman belakang dan sudut-sudut gedung yang kotor dan tidak terawat serta vegetasi yang tumbuh tidak terawat disekitarnya. Selain itu keberadaan elemen penyusun tapak terlihat tidak memiliki kesatuan. Kondisi ini dapat menurunkan kualitas visual pada tapak.Untuk goodview pada tapak terlihat dari keunikan arsitektur GJ45B dan serta elemen lanskap pembentuknya seperti sculpture di halaman depan tapak. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik tapak. Pada bagian luar GJ45B sudah di dominasi oleh pertokoan dan juga area tidak terawat yang dijadikan tempat perjualan bagi pedagang kaki lima. Oleh karena itu untuk pengembangan wisata di GJ45B perlu dilakukan penataan pada elemen pembentuk lanskap dan bagian luar tapak. 6 Hidrologi Aspek hidrologi merupakan salah satu faktor penting untuk pengembangan kawasan wisata. Hidrologi dalam tapak dapat menunjang kenyamanan dan pengembangan fasilitas pendukung dalam tapak. GJ45Bmenggunakan sumber air berupa air tanah yang diperoleh dengan menggunakan pompa air. Sebelumnya GJ45Bsudah memiliki pompa air yang kini tidak digunakan kembali yang terdapat di halaman belakang gedung.Pompa air dalam tapak ini sebenarnya kurang baik untuk digunakan sebagai sumber bagi utilitas dalam tapak karena menurut data BAPPEDA 2012 sebagian besar sumber air di Kabupaten Bekasi merupakan air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5-25 meter dari permukaan tanah sehingga dikhawatirkan dapat memberi pengaruh negatif seperti penurunan permukaan tanah di sekitar tapak.Selain itu untuk kegiatan wisata di area perkotaan dengan pemukiman padat disekitarnya disarankan tidak hanya mengandalkan sumber air yang berasal dari sumur pompa tetapi juga mengunakan air dari PAM agar dapat mengakomodir penggunaan yang intensif pada tapak. Pada area GJ45B tidak terlihat adanya saluran drainase selain pada taman dan halaman depan gedung Gambar 12. Kedua saluran drainase tersebut merupakan drainase buatan yang dibuat untuk mengalirkan air ke drainase utama yang berada di bahu jalan raya. Jenis saluran drainase yang berada di kawasan ini termasuk kedalam jenis drainase terbuka. Dilihat dari kondisinya, sistem drainase pada tapak tergolong kurang baik yangditunjukkan dengan kondisi saluran drainase yang tidak terawat dan keberadaanya yang tidak terencana dengan baik. Air yang berada pada permukaan tapak tidak memiliki saluran yang jelas sehingga untuk beberapa bagian pada tapak terdapat genangan air seperti pada timur dari tapak yang tertutupi pepohonan. Oleh karena, itu perlu dibuat perencanaan sistem drainase tapak. Sedangkan untuk sumber air pada tapak disarankan menggunakan air PAM sebab penggunaan air tanah secara intensif pada tapak dikhawatirkan memberi dampak negatif pada area sekelilingnya. 7 Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui jenis jumlah dan distribusi vegetasi yang terdapat dalam tapak. Vegetasi yang beragam pada tapak dapat memberikan pengaruh terhadap GJ45B sebagai kawasan wisata, karena dapat menambah ataupun mengurangi keindahan pada tapak serta kenyamanan pengunjung. Vegetasi eksisting di area GJ45B terdiri dari beberapa strata tanaman seperti pohon sedang, perdu, semak dan groundcover Tabel3. Keberadaan vegetasi pada tapak kurang diketahui hubungannya dengan sejarah GJ45B. Dilihat dari jenis vegetasi yang terdapat di tapak umumnya bukan merupakan tanaman yang memiliki nilai sejarah. Selain itu vegetasi yang saat ini berada di GJ45B jugakurang diperhatikan penataannya, serta kurang memperhatikan vegetasi yang dapat memperkuat identitas GJ45B. Pada halaman depan GJ45B, vegetasi yang ada relatif berpola walaupun keadaannya sekarang kurang terawat. Sedangkan pada halaman belakang dan timur GJ45B vegetasi yang ada cenderung tumbuh secara liar. Kondisi ini merupakan bad view yang mengurangi kualitas visual tapak.Oleh karenanya perlu diperlukan penataan vegetasi baik dari segi fungsi, bentuk, maupun letaknya, agar dapat menambah keindahan dan kenyamanan. Selain itu, dapat juga digunakan pepohonan yang rindang untuk menambah kenyamanan. Kondisi vegetasi pada tapak ditunjukkan oleh Gambar 13. Ko nd isi sum b e r a ir uta m a b e rup a p o m p a a ir Ko nd isi d ra ina se d i ha la m a n d e p a n ta p a k Gambar 12Kondisi drainase dan sumber air dalam tapak Sumber: dokumentasi pribadi Ta na m a n G lo d o g a n b ula t d i ha la m a n G J45B Ta na m a n sirsa k d i ha la m a n d e p a n G J45B Ta na m a n a ng sa na d i ha la m a n b e la ka ng G J45B Gambar 13Kondisi vegetasi dalam tapak Sumber: dokumentasi pribadi Tabel 3Daftar nama tanaman eksisting No. Nama Tanaman Nama Latin Pohon 1 Angsana Pterocarpus indicus 2 Bambu Bambusa sp. 3 Belimbing Averrhoa carambola 4 Beringin Ficus Benjamina 5 Cassia Glauca Cassia surattensis 6 Cemara Kipas Cupressus sempervirens 7 Cemara Norfolk Araucaria heteropylla 8 Glodogan Tiang Polyalthia longifolia 9 Glodogan Bulat Polyalthia fragrans 10 Jatropha Jatropha curcas 11 Jeruk Citrus sinensis 12 Kelapa Cocos nucifera 13 Kerai Payung Filicium decipiens 14 Kersen Muntingia calabura 15 Mangga Mangivera indica 16 Palem Ekor Tupai Wodyetia bifurcata 17 Palem Merah Cyrtostachys lakka 18 Palem Putri Angelica sinensis 19 Plumeria Plumeria rubra 20 Sirsak Annona squamosa 21 Sengon Paraserianthes falcataria Semak 1 Bougenvill Bougainvillea 2 Kaca Piring Gardenia jasminoides 3 Kembang Jepun Thevetia peruviana

5.1.3. Aspek Kesejarahan

1 Sejarah

a. Masa kolonial Belanda

Hasil penelusuran sejarah menunjukan bahwa masih terdapat beberapa bias tentang awal mula berdirinya GJ45B. Menurut keterangan Narasumber dari Kantor Administrasi Veteran Kanminvet Gambar 14, GJ45B merupakan gedung tua yang dibangun pada masa kolonial Belanda yaitu pada tahun 1901 dengan memberdayakan masyarakat Bekasi untuk membangunnya.Sedangkan menurut Sopandi, Niryono, dan Khoir 2002 GJ45B dibangun pada tahun 1906oleh seorang tuan tanah berkebangsaan Tionghoa yang bernama Kouw Oen Huy yang juga dijuluki sebagai Tuan “Kapitaen”. Ba p a k Ed i B. So m a d . Se rm a TNI AD Purn Ve te ra n Ma rka s c a b a ng Ka nm inve t Ka nto r Ad m inistra si Ve te ra n C a d a m ja va Gambar 14Narasumber penelitian Sumber: dokumentasi pribadi GJ45B memiliki lima bangunan yang terdiri dari satu bangunan utama yaitu GJ45B, dua paviliun, sebuah rumah dan sebuah bangunan mirip paviliun namun memiliki ruangan yang lebih sempit Gambar 15. Pada masa itu masyarakat Bekasi menyebut GJ45B sebagai Gedung Tinggi. Tidak terdapat catatan sejarah yang jelas mengapa gedung tersebut disebut sebagai Gedung Tinggi. Namun diperkirakan sebutan Gedung Tinggi tersebut dikarenakan GJ45B merupakan satu-satunya bangunan tertinggi yang terdapat di Bekasi pada masa itu. Kouw Oen Huy membangun GJ45B sebagai rumah tinggal dan tempat menjamu tamu. Hal ini disebabkan sebagai Tuan tanah yang kaya raya Kouw Oen Huy memiliki relasi yang cukup luas baik dengan pihak pemerintah penjajah Belanda maupun dengan para pedagang. Pada saat yang sama dengan masa pembangunan GJ45B berlaku sistem Egendom yaitu sistem dimana perkebunan tuan tanah disewa oleh pihak Belanda untuk dijadikan komoditas cukai bagi Belanda. Gedung-gedung ini awalnya difungsikan sebagai perkantoran Oenderneming perkebunan tuan tanah berkebangsaan Tionghoa Tan Oen Tjie dan untuk mengurus pemungutan cukai perkebunan dan persawahan petani lokal pada masa itu. Komoditas perkebunan yang dominan pada masa itu adalah karet, sereh wangi, dan tanaman buah-buahan serta padi. Hasil penarikan cukai padi kemudian disimpan di pabrik Kongsi tempat pengolahan padi yang terletak di sebelah barat GJ45B untuk kemudian digiling menjadi beras 1 .

b. Masa Pendudukan Jepang

Pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 ketika Jepang menduduki Indonesia, GJ45B diambil alih oleh pihak Jepang. Saat itu GJ45B difungsikan sebagai Tobang dapur umum bagi tentara Jepang. c. Masa kemerdekaan Setelah masa kemerdekaan tepatnya Agustus 1945, GJ45B digunakan oleh TRI Tentara Republik Indonesia. Sesudahnya GJ45B digunakan sebagai kantor untuk beberapa dinas di Bekasi diantaranya sebagai Kantor Kabupaten Jatinegara, Kantor Komite Nasional Indonesia KNI, dan Kantor Pusat Komando Pejuang Republik Indonesia PKPRI. Pada tahun 1949 gedung ini pernah dikuasai kembali oleh NICA Nederlands Indies Civil Administration. Namun, berhasil direbut kembali pada awal tahun 1950 oleh para pejuang Bekasi dan pertama kali digunakan setelah masa peperangan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi. Setelah Ba ng una n Pa viliun d i b a g ia n tim ur G J45B Ba ng una n uta m a G J45B Gambar 15Bangunan GJ45B saat ini Sumber: dokumentasi pribadi itu,pada tahun 1951 gedung ini sempat digunakan oleh pasukan TNI Angkatan Darat Batalyon “Kian Santang” yang sekarang menjadi bagian dari Kodam III Siliwangi. Gedung ini juga sempat menjadi tempat persidangan DPRS, DPRD-P, DPRD TK II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960. Pada tahun 1962 GJ45B dibeli oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan digunakan oleh beberapa dinas yang ada di Bekasi diantaranya adalah Dinas pertanian, Kantor BP-7 dan Kantor Legiun Veteran. Pada tahun 1999,gedung ini dijadikan sebagai sekretariat Pemilu PPD II pada pemilu pasca Orde Baru 1999. Kemudian secara berturut-turut gedung ini difungsikan menjadi kantor Dinas Pemuda, Olahraga dan Pertamanan, sekretariat kantor Pepabri dan Wredatama, Kantor dinas Lingkungan Hidup dan Kantor Tenaga Kerja Pemerintah Kabupaten Bekasi. Pada akhir tahun 90-an pemerintah Kabupaten Bekasi memutuskan membangun kantor Dinas Pasar yang dibangun di sudut halaman gedung ini.GJ45B juga sempat dijadikan sebagai tempat perkuliahan bagi mahasiswa Akademi Pembangunan Desa APD yang merupakan cikal bakal perguruan tinggi yang berada di Bekasi yang kini lebih dikenal sebagai Universitas Islam 45 Unisma. Dari sejarah yang dimiliki gedung ini dapat diketahui potensi pengembangan untuk wisata sejarah GJ45Bdengan menggunakannya sebagai sarana interpretasi dan juga pusat wisata sejarah. Gambar 16 menunjukan sejarah penggunaan GJ45B. 2 Penilaian Sejarah GJ45B

a. Keaslian

Penilaian keaslian pada tapak dilakukan dengan menggunakan metode skoring. Keaslian pada tapak dilihat dari kondisi fisik elemen pembentuk lanskap yang ada saat ini. Kondisi tapak dianggap memiliki nilai keaslian yang tinggi apabila keasliannya berada diatas 80 Goodchild, 1990. Dilihat dari segi keasliannya GJ45B memiliki nilai keaslian yang tinggi sebab merupakan bangunan bersejarah yang murni hal ini terlihat dari keberadaan elemen-elemen yang sama seperti pada masa pembangunannya.Keberadaan elemen yang merupakan pembentuk tapak GJ45B yaitu bangunan utama GJ45B, paviliun di bagian timur bangunan dan rumah yang terdapat di halaman belakang.Hampir di atas 80 kondisi elemen pembentuk lanskap GJ45B berada dalam keadaan asli tidak terdapat perubahan bentuk. Area ini diberi skor tiga. Pada bangunan ditimur paviliun ke dua terdapat perubahan bentuk bangunan menjadi kios kecil namun kondisi keaslian bangunan tersebut masih diatas 70. Batas tapak kini sudah mengalami sedikit perubahan. Selain itu penggunaan pagar pada tapak sudah tidak asli. Sehingga dilihat dari kondisinya saat ini area tersebut Gambar 16Sejarah penggunaan GJ45B diberi skor dua. Sedangkan pada area sekitar bangunan utama dan paviliun kondisinya sudah tidak asli. Hal ini terlihat dari dirobohkannya bangunan di bagian barat bangunan utama yang kini menjadi kantor veteran. Kondisi ini membuat area tersebut diberi skor satu. Menurut keterangan narasumber 1 , GJ45B belum pernah mengalami pemugaran atau rekonstruksi sehingga keadaan GJ45B yang sekarang merupakan keadaan asli GJ45B pada masa lalu. b. Keunikan Keunikan yang dimilikiGJ45B terdapat pada bentukan bangunan yang ada di tapak. Gaya arsitektur bangunan pada tapak mengandung unsur kolonial yang mendapat pengaruh arsitektur pecinan. Menurut Sumalyo 2001 dalam Harimu 2013 bangunan kolonial umumnya memiliki ciri denah simetri, dinding tebal, detail, tata ruang yang terbuka, ruang servis terpisah dari bangunan utama, terdapat ruang yang berhubungan langsung dengan beranda, serta langit langit yang tinggi Gambar 17. Bentukan yang dimiliki oleh GJ45B mendapat pengaruh pecinan sebab berada di dekat kawasan perdagangan yang umumnya didominasi oleh etnis Tionghoa. Selain itu pada awal abad ke-20 bangsa Eropa mulai memperkenalkan arsitektur barat pada etnis Tionghoa dan memaksa etnis Tionghoa untuk menerapkan gaya arsitektur tersebut pada pemukiman mereka Lilananda, 1998. Lebih lanjut Knapp dalam Lilananda 1998 menyatakan bahwa struktur bangunan cina yang terdapat di Indonesia mendapat pengaruh budaya dari daerah cina selatan sebab etnis Tionghoa yang datang ke Indonesia umumnya berasal dari daerah tersebut dikarenakan kemiskinan yang terjadi di daerahnya. Menurut Widodo dalam Lilananda 1998, terdapat tiga ciri bangunan kolonial yang mendapat pengaruh pecinan di Indonesia. Ciri-ciri yang dimaksud yaitu: 1. Terdapat pembagian zoning yang jelas antar masing-masing ruang yaitu, ruang publik, semi publik, privat dan servis. 2. Adanya Dark alley lorong sebagai sirkulasi. 3. Adanya Courtyard sebagai pengubung antar bangunan dalam tapak. Pendapat ini diperkuat oleh Kohl 1984 yang menyatakan bahwa bangunan kolonial yang terdapat di Asia Tenggara umumnya merupakan perpaduan antara gaya arsitektur barat dan pecinan. Hal ini dapat terlihat dari adanya courtyard yang umumnya terdapat di rumah etnis Tionghoa. Ruang ini biasanya lebih privat dan terhubung dengan kebun atau taman.Courtyard pada tapak diperkirakan terletak di belakang paviliun dan bangunan utama GJ45B Gambar 17.Selain itu keunikan lain dari GJ45B sebagai hunian etnis tionghoa juga terlihat dari detail yang umumnya memiliki ciri terdapat dekorasi berupa lukisan atau ukiran binatang atau bunga pada bangunan. Namun terdapat beberapa bangunan di sekitar GJ45B dengan gaya yang berbeda sehingga tidak terdapat kesatuan antar bangunan-bangunan yang ada. Hal ini disebabkan GJ45B dibangun secara bertahap sehingga ada kemungkinan setiap bangunanyang ada pada tapak dirancang oleh orang yang berbeda.Keadaan fisik dan bentukan GJ45B hampir memenuhi semua ciri-ciri bangunan masa kolonial Belanda yang mendapat pengaruh pecinan sehingga GJ45B disimpulkan sebagai benda bersejarah yang memiliki keunikan.

c. Nilai sejarah

Peristiwa bersejarah yang berlangsung pada GJ45B terbilang sangat penting dan memiliki hubungan erat dengan beberapa peristiwa sejarah yang ada di Indonesia, seperti saat GJ45B digunakan sebagai tempat penyerahan pajak pertanian pada masa Kolonial Belanda, dapur umum pada masa pendudukan Jepang dan pelucutan senjata pada masa revolusi. Suatu lanskap dianggap memiliki nilai sejarah jika peristiwa yang berlangsung tersebut dapat dikatakan sebagai peristiwa penting yang memiliki ikatan simbolis antara kejadian pada masa lalu dan juga sekarangNurisjah dan Pramukanto 2001. Dari peristiwa yang berlangsung tersebut umumnya berkaitan dengan peristiwa sejarah Indonesia sehingga nilai sejarah yang dikandung GJ45B dikategorikan mencakup tingkat nasional. d. Keutuhan Menurut keterangan narasumber 3 3 Wawancara dengan Sejarawan, Abdul Khoir April 2013. diketahui bahwa kelengkapan elemen yang dibentuk oleh GJ45B sudah tidak lengkap. Kondisi GJ45B yang tidak terawat dan kurangnya perhatian pemerintah setempat untuk melestarikan keberadaan GJ45B membuat kondisi tapak buruk dan kurang nyaman. Selain itu beberapa bangunan asli yang memiliki nilai sejarah sudah rusak dan roboh sedangkan sisa bangunan bersejarah yang ada berada dalam kondisi rusak dan tidak terawat. Keutuhan elemen pembentuk lanskap GJ45B secara keseluruhan hanya sekitar 60 sebab dari data narasumber 1 GJ45B elemen penyusun lanskap GJ45B yang dahulu memiliki lima bangunan utama dengan sekitarnya merupakan area perkebunan De ta il ya ng te rd a p a t p a d a p intu uta m a G J45B Rua ng ya ng b e rhub ung a n la ng sung d e ng a n b e ra nd a Gambar 17Keunikan yang dimiliki GJ45B Sumber: dokumentasi pribadi Are a c o urtya rd G J45B Lo ro ng se b a g a i sirkula si p a d a G J45B dan perdagangan kini hanya menyisakan tiga bangunan utama. Kondisi sekitar tapak kini didominasi area pemukiman dan perdagangan. Penilaian keutuhan tapak dilakukan dengan menggunakan metode skoring Kondisi tapak dengan nilai keutuhan yang tinggi apabila kondisi fisik elemen penyusun tapak berada diatas 80 Goodchild, 1990. Penilaian dilakukan dengan membandingkan kondisi elemen penyusun tapak pada masa kini dengan masa lalu. Elemen dengan kondisi keutuhan diatas 80 persen memiliki skor 3, sedangkan elemen dengan kondisi keutuhan 30-80 dan 30 masing-masing diberi skor 2 dan 1. Kondisi bangunan utama dan paviliun dalam tapak tergolong cukup baik dengan kondisi hampir 100. Area ini diberi skor 3. Bangunan di timur bagian paviliun kondisinya kini sekitar 80 sehingga area ini diberi skor 2. Sedangkan untuk area sekitar tapak sudah mengalami banyak perubahan seperti dirobohkannya bangunan di bagian barat GJ45B dan diganti dengan kantor Kanminvet. Kondisi pada area tersebut diberi skor 1. e. Estetika Dilihat dari gaya bangunan dan kondisi lanskapnyaGJ45B memiliki nilai estetika yang menarik untuk dinikmati. Fasad bangunan utama GJ45B yang memiliki keunikan bentuk yang tidak seperti bangunan kolonial pada umumnya karena terdapat gaya pecinan pada aksennya serta ornamen-ornamen pada tiap bangunan di tapak yang terlihat cukup menonjol. Suatu lanskap dianggap estetik jika merupakan sebuah karya lanskap dengan prestasi khusus dalam suatu gaya tertentu Nurisjah dan Pramukanto, 2001.Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa GJ45B bukan merupakan suatu karya lanskap dengan nilai estetika tinggi sebab nilai estetik pada tapak hanya ditemukan pada gaya arsitektur arsitektur bangunan utama dan bangunan pendukung di sekitarnya sedangkan untuk kondisi lanskap pada tapak tidak memiliki nilai estetika yang tinggi. f. Kejamakan Menurut Nurisjah dan Pramukanto 2001 kejamakan dalam penilaian lanskap sejarah mengacu pada mewakili atau tidaknya suatu lanskap terhadap periode sejarah. Dilihat dari sejarah yang berkembang di GJ45B dapat disimpulkan bahwa GJ45Bmemenui kriteria kejamakan sebab GJ45B merupakan tipikal lanskap tempat tinggal tuan tanah pada masa kolonial Belanda. g. Keistimewaan Penilaian aspek keistimewaan sejarah pada karya lanskap dilakukan pada lanskap dengan nilai keistimewaan sendiri yang dapat dikategorikan sebagai sebuah masterpiece, seperti halnya Central Park di New York serta Taj Mahal di India Nurisjah dan Pramukanto 2001.Dari pengertian tersebut maka GJ45B belum dapat dikatakan sebagai lanskap sejarah yang memiliki nilai keistimewaan sebab dilihat dari sejarah dan arsitekturalnya GJ45B bukan merupakan satu- satunya tapak yang memiliki kualitas tersebut. 3 Persepsi masyarakat Persepsi masyarakat mengenai nilai GJ45B merupakan hal penting dan berpengaruh terhadap arahan pengembangan wisata pada tapak. Persepsi masyarakat mengenai GJ45B didapatkan dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada responden. Data mengenai pengetahuan akan sejarah Kabupaten Bekasi menunjukkan bahwa hampir 50 responden tidak mengetahui sejarah Kabupaten Bekasi, sedangkan sisanya yang sedikit mengetahui sekitar 13,33 dan yang mengetahui berjumlah 36,67. Sama halnya dengan pengetahuan akan sejarah GJ45B, hanya 7 dari responden yang mengetahui sejarah GJ45B, sekitar 36,67 dan 56,67 hanya sedikit mengetahui dan tidak mengetahuinya. Responden yang mengetahui sejarah GJ45Bmendapatkan pengetahuannya tersebut dari sekolah 33,33 Gambar 18. Terkait rencana pengembangan GJ45B sebagai obyek wisata sejarah, sebagian besar responden setuju untuk pengembangan GJ45B sebagai obyek wisata sejarah yang rekreatif dan edukatif 63,33. Sedangkan sisanya menganggap bahwa sebaiknya GJ45B hanya cukup dengan tetap dilestarikan saja26, 67. Hasil dari kuisioner yang disebarkan menunjukan hasil yang dominan yaitu bahwa penggunaan GJ45B kini sebagai markas pemadam kebakaran merupakan hal yang tidak baik dan diperlukan adanya penataan ulang GJ45B agar dapat menjadi obyek wisata sejarah dan juga pusat sejarah dan kebudayaan Kabupaten Bekasi. Sebagian besar responden 90mengatakan bahwa kondisi GJ45B kini sangat buruk dan 10 responden yang menganggap cukup baik kondisi tersebut. Fasilitas yang perlu ditambahkan menurut responden diantaranya area pameran 83,3, papan interpretasi 76,7, dan pusat informasi 66,7. Fasilitas yang diperlukan pengunjung terdapat dalam Tabel 4. Diharapkan keberadaan fasilitas tersebut nantinya dapat mengakomodir aktifitas pengunjung di dalam tapak. Aktifitas yang ingin dilakukan pengunjung dalam tapak umumnya berupa kegiatan fotografi 80 dan melihat pertunjukan seni dan obyek wisata 86,7. Sum b e r Info rm a si m e ng e na i G J45B Pe nd a p a t Re sp o nd e n Me ng e na i p e ng e m b a ng a n G J45B Gambar 19Pendapat responden mengenai GJ45B Pe ng e ta hua n re so nd e n te nta ng se ja ra h Ka b up a te n Pe nd a p a t Re sp o nd e n Me ng e na i Ko nd isi G J45B sa a t ini Tabel 4Fasilitas yang dibutuhkan pengunjung No. Fasilitas Ranking Persentase 1 Area pameran 1 83.3 2 Papan interpretasi 2 76.7 3 Pusat informasi 3 66.7 4 Toilet 4 63.3 5 Perpustakaan 5 56.7 6 Musholla 6 53.3 7 Tempat duduk 7 46.7 8 Parkir 8 43.3 9 Shelter 9 40.0 10 Tempat souvenir 10 33.3 11 Area Pertunjukan 11 30.0 Selain menggunakan kuisioner, persepsi masyarakat juga diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata serta pendapat ahli sejarah dan budayawan yang ada di Kabupaten Bekasi. Narasumber yang ditanyai mengenai GJ45B berharap GJ45B dapat dikembangkan menjadi museum atau pusat informasi sejarah dan budaya Kabupaten Bekasi. Ibu Retno Pratiwi, staff Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olah Raga Kabupaten Bekasi, berpendapat bahwa GJ45B memiliki potensi sebagai sarana interpretasi sejarah Bekasi sehingga perlu untuk dikembangkan sebagai museum. 5.1.4. Aspek Wisata 1 Daya tarik Gunn 1993 berpendapat bahwaatraksi memiliki dua fungsi utama dalam wisata. Pertama, atraksi berfungsi menarik minat seseorang untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. Kedua, atraksi berfungsi memberikan kepuasan kepada pengunjung. Dalam obyek wisata sejarah, atraksi yang ada adalah benda cagar budaya,peristiwa bersejarah dan artefak yang ada dalam tapak.GJ45Bmemiliki daya tarik yang dapat dikembangkan melalui nilai historis tapak. Keberadaan peninggalan sejarah berupa bangunan dan patung peringatan perjuangan di GJ45Bmerupakan daya tarik dan potensi untuk kegiatan wisata sejarah Gambar 20. Pada halaman depan GJ45B Bekasi terdapat patung dengan relief yang menunjukan perjuangan rakyat Bekasi pada masa kolonial melawan penjajah. Selain itu sejarah GJ45B sebagai tempat penyerahan pajak pada masa kolonial Belanda, dapur umum pada masa pendudukan Jepang dan penggunaan lainnya setelah kemerdekaan merupakan suatu daya tarik bagi kegiatan wisata sejarah bila dikemas dengan baik. Potensi daya tarik dalam tapak dikelompokkan dengan menggunakan metode skoring untuk mengetahui area yang memiliki daya tarik tinggi, sedang dan rendah. Penetapan skor diberikan pada tiap area berdasarkan keberadaan elemen pembentuk lanskap GJ45B pada masa lalu dan dengan mempertimbangkan kelestarian obyek dan atraksi pada tapak. Area yang memiliki elemen sejarah yang asli pembentuk lanskap GJ45B pada masa lalu merupakan area yang memiliki daya tarik tinggi untuk kegiatan wisata sehingga area ini diberi skor 3 dan dianggap memiliki daya tarik wisatasejarah yang tinggi namun diperlukan pembatasan aktifitas untuk mempertahankan sumberdaya tapak. Area ini terdapat pada bangunan utama dan pendukung GJ45B. Area yang memiliki obyek wisata buatan dan bukan pembentuk lanskap GJ45B pada masa lalu merupakan area yang memiliki daya tarik yang sedang. Area ini diberi skor 2 sebab merupakan area yang cukup sesuai sebagai area wisata sejarah. Area ini terdapat pada halaman depan GJ45B yaitu pada patung peringatan. Kemudian area dengan nilai skor 1 merupakan area dengan daya tarik rendah sebab pada area ini tidak terdapat obyek wisata yang merupakan elemen pembentuk lanskap GJ45B pada masa lalu yang terdapat di sekitar tapak. Keberadaan obyek dan sejarah yang terdapat dalam tapak merupakan potensi untuk pengembangan wisata sejarah. Dengan penataan ulang pada tapak melalui rekonstruksi dan adaptasi pada bangunan bersejarah yang ada diharapkan mampu meningkatkan estetika dan fungsi tapak sehingga menarik untuk kegiatan wisata. Bentuk pemanfaatan dari daya tarik sejarah yang dimiliki oleh GJ45B bisa dimanfaatkan dalam bentuk jalur dan fasilitas interpretasi. 2 Sarana danprasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen penting guna menunjang pengembangan obyek wisata termasuk didalamnya berupa fasilitas dan utilitas.Hasil pengamatan menunjukan bahwa GJ45B belum memiliki sarana yang cukup memadai untuk mendukung pengembangan wisata. Fasilitas yang tersedia pada tapak hanya berupa gerbang utama, signage, toilet, sanitasi dan tempat parkir. Gerbang menuju tapak hanya terdapat satu buah. Tapak memiliki sebuah signage dengan kondisi rusak. G J45B d e ng a n ke unika n g a ya Arsite ktur ya ng d im ilikinya Pa tung p e rjua ng a n Ma sya ra ka t Be ka si p a d a m a sa p e nja ja ha n Pa viliun G J45B d a n g a ya Arsite ktur ya ng d im ilikinya Re lie f ya ng me nc e rita ka n p e ristiw a p e m ula ng a n te nta ra Je p a ng o le h p e jua ng Gambar 20Potensi daya tarik wisata pada tapak Sumber: dokumentasi pribadi Kondisi toilet yang ada cukup kotor dan tidak terawat dengan jumlah satu unit untuk seluruh luasan tapak. Untuk area parkir user menggunakan area terbuka yang ada di tapak. Fasilitas dan utilitas pada tapak tidak dikelola dengan baik dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengunjung pada tapak. Oleh karena itu diperlukan perencanaan pembangunan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung. 3 Aksesibilitas dan Sirkulasi

a. Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju tapak terbilang cukup mudah yang dapat dilakukan dari empat jalur utama yaitu dari Kabupaten Bogor, Kota Jakarta, Kota Bekasi dan dari Kabupaten Karawang. Kondisi jalan yang ditempuh untuk menuju ke GJ45Bcukup baik dengan topografi jalan yang relatif datardan sedikit bergelombang pada beberapa bagian Gambar 23. GJ45Bdapat diakses dari Kota Bekasi dengan jarak 15 km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit dari pusat Kota Bekasi dengan menggunakan kendaraan umum. Sedangkan dari Kabupaten Bekasi, GJ45B berjarak 30km dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 60 menit dengan menggunakan kendaraan umum. Kedua lokasi tersebut merupakan akses utama untuk menuju GJ45BGambar 24. Di sekeliling tapakbagian luar terdapat jalan dengan material semen cor-an yang merupakan jalan swadaya masyarakat dan hanya dapat dilalui oleh satu kendaraan roda 4. Namun kondisi jalan tersebut lebarnya tidak sama dan pada beberapa bagian menjadi sempit akibat adanya pedagang kaki lima dan di sepanjang jalan dijadikan sebagai tempat parkir bagi angkutan umum seperti metromini dan elf. Pada waktu tertentu akses menuju GJ45B akan cukup sulit disebabkan adanya kemacetan di sekitar jalan menuju Pasar Tambun. Kemacetan umumnya Ko nd isi to ile t ya ng b e ra d a d i b e la ka ng b a ng una n uta m a G J45B Are a d e p a n b a ng una n p a viliun ya ng d im a nfa a tka n se b a g a i a re a p a rkir Insta la si listrik d i ha la m a n d e p a n G J45B Sa nita si b e rup a Se p tic ta nk Gambar 22Sarana dan prasarana yang tersedia di GJ45B Sumber: dokumentasi pribadi