30 emulsi akan semakin baik karena globula diselimuti dengan baik oleh
stabilizer Mardhiah, 2002.
C. Kinerja Deterjen Cair
Selain memiliki karakteristik fisikokimia yang baik dan memenuhi standar standar yang ditetapkan dalam regulasi, pengkajian aspek kinerja
deterjen cair perlu dilakukan agar diketahui kapasitas daya guna yang dimiliki Idris, 2004. Oleh karena itu, deterjen cair yang dihasilkan pada penelitian
ini juga diuji kinerjanya, meliputi : daya pembusaan, stabilitas busa, daya deterjensi, dan analisis sisa fosfat.
1. Daya Pembusaan
Daya pembusaan adalah kemampuan deterjen menghasilkan busa dengan konsentrasi deterjen 0,1 persen pada suhu ruang dengan
menggunakan air suling aquades dan dalam waktu 0,5 menit. Busa pada penelitian ini diukur dengan satuan volume MPOB, 2001. Data hasil
analisis daya pembusaan berkisar antara 200-310 ml-0,5 menit dengan blanko 160 ml-0,5 menit. Data hasil analisis pembusaan dapat dilihat pada
Lampiran 12. Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor perlakuan konsentrasi gelatin berpengaruh
α = 0,05 nyata terhadap tingkat daya pembusaan deterjen cair yang dihasilkan, sedangkan
konsentrasi MES dan interaksi antara konsentrasi MES dan konsentrasi gelatin tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil analisis keragaman
dapat dilihat pada Lampiran 13a. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan adanya dua kelompok rata-
rata nilai daya pembusaan. Nilai daya pembusaan tertinggi terdapat pada konsentrasi gelatin 1 . Konsentrasi gelatin 0 , konsentrasi gelatin 2
dan konsentrasi gelatin 1,5 tidak berbeda nyata karena ketiga konsentrasi tersebut terdapat dalam satu kelompok. Hasil uji lanjut Duncan
dapat dilihat pada Lampiran 13c.
31
Gambar 11 . Grafik hubungan konsentrasi gelatin dengan konsentrasi
MES dengan daya pembusaan Grafik diatas menunjukkan perbedaan yang signifikan antara daya
pembusaan deterjen kontrol blanko dengan daya pembusaan deterjen produk. Analisis keragaman nilai daya pembusaan deterjen produk pada
konsentrasi gelatin dengan deterjen kontrol blanko juga menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Penambahan gelatin diduga dapat meningkatkan daya pembusaan deterjen cair. Hal ini sesuai dengan fungsi
gelatin sebagai fooming agent. Menurut Boeck et al. 1991, gelatin dapat digunakan sebagai pembangkit busa sehingga dihasilkan busa yang
melimpah dan lembut.
2. Stabilitas Busa
Stabilitas busa adalah kemampuan busa deterjen untuk tetap ada pada larutan deterjen. Pengukuran terhadap stabilitas busa dilakukan
dengan membadingkan nilai daya pembusaan pada selang waktu 5,5 menit dengan nilai pembusaan awal 0,5 menit. Hasil pengukuran terhadap
stabilitas busa deterjen dinyatakan dalam satuan ml-5,5 menit0,5 menit. Hasil analisis stabilitas busa berkisar antara 0,6428-0,9643 dengan rata-
rata blanko sebesar 0,9063. Data hasil pengujian stabilitas busa dapat dilihat pada Lampiran 14. Hasil analisis keragaman tingkat stabilitas busa
50 100
150 200
250 300
350
1 1.5
2
D ay
a Pe m
b u
saan m
l
Konsentrasi Gelatin
Blanko MES 9
MES 11 MES 13
32 menunjukkan bahwa konsentrasi MES, konsentrasi gelatin, serta interaksi
konsentrasi MES dan konsentrasi gelatin tidak berpengaruh α = 0,05 nyata terhadap deterjen cair yang dihasilkan. Hasil analisis keragaman
dapat dilihat pada Lampiran 15a.
Gambar 12. Grafik hubungan konsentrasi gelatin dengan konsentrasi
MES dengan stabilitas busa Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai stabilitas busa tiap
sampel hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan konsentrasi MES dan konsentrasi gelatin tidak memberikan pengaruh
terhadap stabilitas busa deterjen cair yang dihasilkan. Hasil analisis keragaman nilai stabilitas busa produk terhadap nilai stabilitas busa
kontrol blanko juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dengan kata lain, stabilitas busa produk deterjen tidak berbeda nyata
terhadap nilai stabilitas busa kontrol µ = µ
o
.
3. Daya Deterjensi