12
D. Parameter Fisikokimia dan Kinerja Deterjen Cair
Karakteristik fisikokimia yang diuji adalah nilai pH, viskositas, bobot jenis dan stabilitas emulsi. Sedangkan kinerja produk yang dianalisis
adalah daya pembusaan, stabilitas busa dan daya deterjensi serta analisis kadar fosfat untuk deterjen dengan perlakuan terbaik.
1. Nilai pH
Deterjen cair yang dihasilkan digunakan untuk laundry secara manual, yaitu dengan tangan. Kontak langsung antara kulit dengan
cairan pencuci dapat menyebabkan iritasi kulit. Pada pH yang relatif basa atau asam daya adsorpsi kulit menjadi lebih tinggi sehingga
memperbesar resiko iritasi kulit Idris, 2004. Menurut standar SNI pH deterjen cair harus berada pada kisaran 6-8.
2. Viskositas
Viskositas didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan untuk menggerakkkan satu permukaan lain dalam kondisi yang ditentukan,
apabila diantaranya diisi oleh cairan tersebut Kodeks Kosmetika RI, 1983. Definisi lainnya yaitu shearing stress yang diberikan dalam
luasan tertentu sewaktu diberikan kecepatan dalam gradien normal pada area tertentu Suryani et al., 2000.
3. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah berat suatu cairan per satuan volume ASTM, 2002. Perbedaan bobot jenis komponen penyusun sebuah
emulsi pada kisaran yang semakin lebar akan menurunkan stabilitas emulsi tersebut dengan meningkatnya creaming Waistra, 1996.
4. Stabilitas Emulsi
Nilai stabilitas emulsi berkaitan dengan faktor penyimpanan dimana kualitas emulsi tersebut dikaitkan dengan waktu Rieger, 1992.
13 5.
Daya Pembusaan Busa adalah buih-buih yang saling berdekatan membentuk
dinding-dinding polihedral yang saling membagi sudut menjadi 120
o
. Formasi tersebut mirip dengan struktur sarang lebah. Dinding-dinding
yang terbentuk dari cairan ini memisahkan kotoran yang lepas di dalam suspensi. Ketika proses pembersihan berjalan, jumlah busa yang masih
tersisa dijadikan indikator jumlah substrat perlengkapan yang dicuci yang masih dapat dibersihkan dengan larutan deterjen yang ada SDA-
Amerika, 2003; Lynn, 1996.
6. Stabilitas Busa
Stabilitas busa dikaitkan dengan penurunan volume busa terhadap faktor aging, yaitu dengan menghubungkan volume busa
terhadap waktu. Busa yang dihasilkan harus stabil agar bertahan lebih lama selama proses pencucian MPOB, 2001.
7. Daya Deterjensi
Deterjensi adalah proses pembersihan permukaan padat dari benda asing yang tidak diinginkan dengan menggunakan cairan
pencuciperendam berupa larutan surfaktan Lynn, 1996. Daya deterjensi adalah jumlah kotoran yang dapat dilepaskan oleh deterjen
cair dari substrat permukaan padat dan dinyatakan dalam unit kekeruhan yang disebabkan kotoran dalam cairan pencuci, FTU
Turbidity Formazyn Turbidity Unit Idris, 2004.
8. Analisis Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan Dugan, 1972. Fosfor juga merupakan unsur yang
esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas perairan Effendi, 2003. Kadar fosfor total pada perairan alami jarang melebihi 1 mgl Boyd, 1988.
III. METODOLOGI PENELITIAN