34 nilai daya deterjensi yang signifikan dengan konsentrasi MES diatas 11
dapat disebabakan karena proses emulsifikasi diatas konsentrasi tersebut telah berjalan cukup sempurna Idris, 2004. Proses deterjensi terjadi
melalui pembentukan misel-misel oleh surfaktan yang mampu membentuk globula zat pengotor. Proses deterjensi terjadi melalui penurunan tegangan
antar muka dan dibantu dengan adanya interaksi elektrostatik antar muatan Lynn, 1996.
Penambahan gelatin dapat meningkatkan daya deterjensi karena gelatin juga berfungsi sebagai surfaktan. Selain itu, gelatin juga
meningkatkan daya pembusaan. Busa akan membantu mempertahankan kotoran agar tidak kembali ke substrat karena pengotor terjerat dalam busa.
Jadi dengan kemampuannya mengangkat kotoran dan mempertahankannya agar tidak kembali lagi, gelatin dapat meningkatkan daya deterjensi.
D. Penentuan Konsentrasi Deterjen Terbaik
Pengambilan keputusan
sampel terbaik
dilakukan dengan
menggunakan program Criterium Decision Plus CDP. Hierarki pengambilan keputusan menggunakan CDP dapat dilihat pada Lampiran 20.
Pembobotan dilakukan berdasarkan uji lanjut Duncan. Kriteria dirangking sesuai dengan tingkat kebutuhan deterjen yang ingin dihasilkan. Pembobotan
kriteria dapat dilihat pada Tabel 5. Kriteria yang mempunyai rangking kecil diberikan bobot yang paling besar. Jadi, semakin kecil rangkingnya semakin
besar bobotnya. Daya deterjensi diberi rangking tertinggi karena daya deterjensi
merupakan parameter utama kualitas deterjen. Hal tersebut karena daya deterjensi menunjukkan daya kerja deterjen dalam membersihkan pakaian.
Semakin tinggi nilai daya deterjensi suatu deterjen maka dalam sistem pengambilan keputusan ini, produk tersebut akan diberi nilai bobot yang lebih
tinggi.
35
Tabel 5
. Pembobotan karakteristik deterjen Kriteria
Rangking Bobot Daya deterjensi
1 0,286
Viskositas 2
0,238 pH
3 0,190
Bobot jenis 4
0,143 Stabilitas emulsi
5 0,095
Daya pembusaan 6
0,048 Stabilitas busa
7 0,000
Deterjen dalam penelitian ini bertujuan untuk keperluan komersial. Adanya persepsi konsumen bahwa deterjen cair yang lebih kental maka
kualitasnya lebih baik membuat parameter viskositas diberi rangking 2 atau merupakan parameter penting kedua setelah daya deterjensi. Selain itu, nilai
viskositas dari deterjen cair merupakan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mendapatkan tingkat kekentalan yang baik. Produk yang akan diberi nilai
bobot lebih tinggi adalah yang mempunyai nilai viskositas lebih tinggi. Rangking ketiga ditempati oleh parameter pH diberi. Hal ini
dikarenakan dalam proses pencucian manual, deterjen akan mengalami kontak langsung dengan kulit, sehingga deterjen yang dihasilkan harus dapat
mencegah terjadinya iritasi kulit. Deterjen cair yang mempunyai nilai pH yang mendekati 7 akan diberi nilai bobot yang lebih tinggi.
Bobot jenis diberi rangking 4. Nilai ini diberikan karena dalam suatu emulsi cair, bobot jenis menentukan tingkat kelarutan deterjen tersebut
terhadap air. Apabila suatu emulsi mempunyai bobot jenis dibawah bobot jenis air, yaitu 1 g ml, maka emulsi tersebut akan susah larut dalam air.
Stabilitas emulsi menentukan kualitas suatu emulsi dan
mempengaruhi daya umur simpan deterjen. Hal tersebut karena deterjen akan dapat bekerja dengan baik jika stabilitas emulsinya masih baik. Oleh karena
itu, stabilitas emulsi diberikan rangking 5. Daya pembusaan diberi nilai rangking 6. Hal tersebut karena daya
pembusaan tidak mempengaruhi kualitas deterjen. Adanya persepsi
36 konsumen bahwa semakin banyak busa semakin baik daya cuci deterjen
tersebut, merupakan pernyataan yang tidak benar. Oleh karena itu daya pembusaan diberikan nilai skor rendah dalam parameter mutu deterjen ini.
Sedangkan nilai stabilitas busa diberi nilai skor paling rendah. Hal tersebut karena pada umumnya konsumen tidak memperhatikan stabilitas busa dari
deterjen cair. Pembobotan sampel dapat dilihat pada Lampiran 19. Apabila semua parameter mutu sudah diberikan rangking, maka hal
yang harus dilakukan selanjutnya adalah pemberian nilai bobot mutu pada masing
–masing alternatif. Pemberian bobot pada setiap alternatif bergantung pada hasil analisa keragaman data uji tersebut dengan selang kepercayaan
95 α= 0,05. Jika pada uji keragaman menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan maka setiap alternative produk diberi nilai bobot yang sama.
Sedangkan jika hasil uji menunjukkan pengaruh yang signifikan maka pemberian nilai bobot didasarkan tingkat nilai kelompok rata-rata pada uji
Duncan. Berdasarkan hasil analisa dengan sistem pengambilan keputusan
maka diputuskan bahwa sampel P3S2 konsentrasi gelatin 1,5 dan konsentrasi MES 11 merupakan sampel terbaik. Sampel ini mempunyai
nilai pembobotan yang paling tinggi. Hasil pengambilan keputusan dan gambar deterjen terbaik dapat dilihat pada Lampiran 21a dan 21b.
E. Karakteristik Deterjen Cair Komersial Pembanding