Analisis Viskositas Karakteristik Fisikokimia Deterjen Cair

23 lingkungannya. Pada larutan yang bersifat asam, protein cenderung untuk mengurangi tingkat kebasaan lingkungan dengan melepaskan ion hydrogen H + yang terdapat pada gugus amino untuk berikatan dengan ion hidroksil OH - lingkungan membentuk air Parker, 1982. Besar kecilnya nilai pH deterjen yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh pH dari bahan-bahan penyusun deterjen pada formulasi yang digunakan. Menurut Ismayanti 2002, perlakuan penambahan gelatin berhubungan dengan pH isoelektrik yang mana pH larutan sampel semakin turun ketika mendekati pH isoelektriknya 4,5-5,5 yaitu dengan bertambahnya konsentrasi gelatin. Hal ini terlihat pada penambahan konsentrasi gelatin paling banyak, yaitu konsentrasi 2. Rata-rata pH pada konsentrasi tersebut mempunyai nilai pH terendah bila dibandingkan dengan konsentrasi gelatin 0, 1 dan 1,5.

2. Analisis Viskositas

Viskositas merupakan salah satu parameter penting pada produk deterjen cair komersial. Hal ini berhubungan dengan persepsi konsumen yang pada umumnya mengasosiasikan kekentalan dengan konsentrasi Woolat, 1985. Selain itu, menurut Waistra 1996, kekentalan dapat meningkatkan stabilitas emulsi karena dapat menghambat proses coalescence bersatunya misel-misel. Hasil analisis viskositas deterjen cair yang dihasilkan berkisar antara 19,125 cp - 356,250 cp, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil analisis keragaman terhadap nilai viskositas pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi gelatin dan konsentrasi MES berpengaruh nyata terhadap nilai viskositas deterjen cair yang dihasilkan, tetapi interaksi antara konsentrasi MES dan konsentrasi gelatin tidak berpengaruh nyata. Semakin banyak MES dan gelatin yang ditambahkan nilai viskositasnya akan semakin tinggi. Hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Lampiran7a. Hasil uji lanjut Duncan untuk penambahan konsentrasi gelatin menunjukkan adanya tiga kelompok nilai rata-rata viskositas, dimana 24 penambahan gelatin dengan konsentrasi 1,5 dan 2 mempunyai rata- rata nilai viskositas tertinggi. Konsentrasi gelatin 1,5 tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gelatin 1 dan konsentrasi 2 , tetapi konsentrasi gelatin 1 dan konsentrasi gelatin 2 berbeda nyata. Hasil uji Duncan untuk faktor perlakuan konsentrasi MES memperlihatkan adanya dua kelompok nilai rata-rata viskositas. Konsentrasi MES 9 tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 11 . Hasil analisis uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 7d dan 7e. Gambar 8 . Grafik hubungan konsentrasi MES dan konsentrasi gelatin terhadap viskositas Grafik diatas menunjukkan bahwa kekentalan deterjen meningkat sesuai dengan bertambahnya konsentrasi gelatin dan MES yang ditambahkan dalam formulasi. Berdasarkan analisis keragaman rata-rata nilai pH terhadap kontrol blanko menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Menurut Idris 2004, hal ini dapat diindikasikan dari dua sisi yaitu keberadaan impurities MES dan karakter alamiah surfaktan MES itu sendiri. Diduga keberadaan bahan pengotor nonpolar teradsorpsi ke dalam misel yang dibentuk oleh surfaktan SLES Idris, 2004. Adsorpsi ini mengakibatkan penggelembungan misel SLES dan mengurangi rigiditasnya. Nilai rigiditas misel, diameter dan distribusi ukuran misel berpengaruh terhadap nilai viskositas yang didapat Suryani et al., 2000. Surfaktan berbasis asam lemak laurat sodium lauril eter sulfatSLES 50 100 150 200 250 300 1 1.5 2 Vi sko si tas c p Konsentrasi gelatin MES 9 MES 11 MES 13 25 lebih mampu menaikkan nilai viskositas dibandingkan surfaktan turunan asam lemak oleat MES Suryani et al., 2000. Penambahan MES pada konsentrasi 11 dan 13 mengakibatkan kenaikan nilai viskositas produk. Menurut Idris 2004, hal ini dapat disebabkan oleh proses emulsifikasi yang terjadi. Namun peningkatan konsentrasi MES berarti peningkatan pengotor. Dengan kata lain, kualitas produk yang dihasilkan, dibentuk oleh peningkatan jumlah misel MES namun juga dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pengotor. Sehingga ada persaingan pengaruh yang kontradiktif antara molekul MES dan bahan pengotornya terhadap kualitas emulsi. Peningkatan viskositas larutan juga disebabkan penambahan konsentrasi gelatin dalam formulasi deterjen cair. Menurut Willcox 1998, untuk meningkatkan viskositas dapat dilakukan dengan cara meningkatkan konsentrasi bahan aktif sabun surfaktan, meningkatkan kandungan elektrolit atau dengan penambahan konsentrasi bahan pengental. Pada penelitian ini yang dibedakan perlakuannya adalah konsentrasi bahan pengental, yaitu gelatin, sedangkan konsentrasi bahan aktif dan bahan- bahan lain yang terlarut tetap serta tanpa adanya penambahan elektrolit sehingga pengaruh konsentrasi bahan aktif dapat dianggap sama. Menurut Kragh dan Langston 1959, berdasarkan berbagai penelitian yang telah ada menyatakan bahwa plot viskositas terhadap konsentrasi gelatin selalu berbentuk kurva dan memiliki hubungan eksponensial, dimana semakin tinggi konsentrasi bahan pengental yang digunakan maka semakin tinggi nilai viskositasnya. Nilai viskositas deterjen pada penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan eksponensial, semakin tinggi konsentrasi gelatin yang ditambahkan semakin tinggi pula viskositas deterjen tersebut.

3. Analisis Bobot Jenis