27 peningkatan konsentrasi gelatin akan meningkatkan bobot jenis shampoo
tersebut. Namun, peningkatan bobot jenis deterjen pada penelitian ini tidak selalu meningkat dengan semakin meningkatnya konsentrasi gelatin.
Diduga karena impurities MES menyebabkan bobot jenis deterjen yang dihasilkan menjadi tidak teratur tergantung pengotor yang ada dalam MES.
Pengotor yang terdapat dalam MES dapat berupa asam lemak, asam lemak yang tersulfonasi dan metil ester yang tidak tersulfonasi. Gaman dan
Sherrington 1990 menyatakan bahwa jika suatu bahan dilarutkan dalam air dan membentuk larutan maka densitasnya akan mengalami perubahan
dan kebanyakan bahan-bahan seperti gula dan garam dapat menyebabkan peningkatan densitas tetapi kadang-kadang densitas dapat turun jika
terdapat lemak atau etanol dalam larutan.
4. Analisis Stabilitas Emulsi
Menurut Ningrum 2002, suatu sistem emulsi pada dasarnya merupakan suatu sistem yang tidak stabil karena masing-masing partikel
mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan partikel lainnya. Stabilitas atau kestabilan suatu emulsi merupakan salah satu karakter
terpenting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi ketika dipasarkan. Hasil analisis stabilitas emulsi deterjen cair yang
dihasilkan berkisar antara 63,61 - 81,70. Data hasil analisis stabilitas
emulsi dapat dilihat pada Lampiran 10. Analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor perlakuan
konsentrasi gelatin berpengaruh α = 0,05 nyata terhadap tingkat stabilitas emulsi deterjen cair. Interaksi antara konsentrasi gelatin dan konsentrasi
MES juga berpengaruh α = 0,05 nyata terhadap stabilitas emulsi deterjen cair yang dihasilkan, sedangkan konsentrasi MES yang ditambahkan tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Lampiran 11a.
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa masing-masing konsentrasi gelatin saling berbeda nyata. Rata-rata nilai stabilitas emulsi
tertinggi ada pada konsentrasi gelatin 1,5. Interaksi konsentrasi gelatin
28 dan konsentrasi MES memperlihatkan adanya lima kelompok rata-rata
nilai stabilitas emulsi. Nilai stabilitas emulsi tertinggi terdapat pada konsentrasi P3S1 konsentrasi gelatin 1,5 dan konsentrasi MES 11 .
Hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 11d dan 11e.
Gambar 10
. Grafik hubungan konsentrasi gelatin dan konsentrasi MES dengan stabilitas emulsi
Analisis keragaman nilai rata-rata stabilitas emulsi terhadap kontrol menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara stabilitas emulsi
produk dengan stabilitas emulsi kontrol. Grafik diatas menunjukkan bahwa stabilitas emulsi produk lebih tinggi bila diandingkan dengan kontrol blanko.
Penambahan gelatin dalam formulasi dapat meningkatkan nilai stabilitas emulsi. Hasil pengukuran stabilitas emulsi menunjukkan bahwa penambahan
gelatin secara umum meningkatkan stabilitas emulsi. Prinsip dasar tentang kestabilan emulsi adalah keseimbangan antara gaya tarik-menarik dan gaya
tolak menolak yang terjadi antar partikel dalam sistem emulsi dapat dipertahankan agar tidak bergabung Ningrum, 2002. Keseimbangan tersebut
diduga terjadi pada konsentrasi gelatin 1,5. Nilai stabilitas emulsi produk pada konsentrasi 1,5 merupakan nilai stabilitas emulsi tertinggi kemudian
mengalami penurunan pada konsentrasi 2.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 1.5
2
St ab
il ita
s E
m u
lsi
Konsentrasi Gelatin
Blanko MES 9
MES 11 MES 13
29 Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi dapat dibedakan
dalam dua kategori, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol antara lain ukuran partikel
terdispersi, viskositas, penyebaran ukuran globula dalam fasa terdispersi dan tegangan permukaan. Sedangkan yang tidak dapat dikontrol diantaranya
adalah perbedaan densitas antara kedua fasa, kohesi dan fasa terdispersi, bagian padatan pada emulsi dan perbedaan temperatur udara Ningrum, 2002.
Ketidakstabilan emulsi dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan bahan, kecepatan dan
waktu pencampuran yang tidak tepat, ketidaksesuaian rasio antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi, pemanasan dan penguapan yang berlebihan,
jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, guncangan mekanik atau getaran, ketidakseimbangan densitas, ketidakmurnian emulsi,
reaksi antara dua atau lebih komponen dalam sistem emulsi dan penambahan asam atau elektrolit Suryani et al., 2000.
Penurunan kestabilan emulsi pada konsentrasi 2 selain dikarenakan faktor yang tidak dapat dikontrol, diduga dikarenakan penambahan MES
dalam formulasi deterjen cair. Penambahan MES ini membuat emulsi tidak murni karena adanya pengotor impurities dan membuat larutan menjadi
semakin asam. Selain itu kestabilan emulsi produk juga dipengauhi oleh kecepatan dan waktu yang pencampuran yang tidak tepat.
Interaksi antara MES dan Gelatin ini juga memberikan pengaruh terhadap stabilitas emulsi produk
. MES dapat meningkatkan viskositas yang
cukup tajam apabila telah melewati nilai CMC critical micelle concentration
. Kekentalan dapat meningkatkan stabilitas emulsi karena dapat menghambat proses coalessence bersatunya misel-misel misel-misel
Waistra, 1996. Sesuai dengan fungsinya sebagai thickener, gelatin dapat meningkatkan kekentalan larutan untuk meningkatkan stabilitas emulsi.
Selain itu, gelatin dapat berfungsi sebagai stabilizer yang bekerja sebagai pembungkus emulsi dan mencegah emulsi untuk bergabung sehingga sistem
emulsinya cenderung lebih stabil. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak konsentrasi stabilizer yang ditambahkan maka sistem
30 emulsi akan semakin baik karena globula diselimuti dengan baik oleh
stabilizer Mardhiah, 2002.
C. Kinerja Deterjen Cair