I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Palang Merah Indonesia PMI hadir dengan mengemban mandat melakukan pertolongan kedaruratan bagi korban di tengah perang
kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut serupa dengan awal lahirnya gerakan palang merah dunia yang dipelopori oleh Henry Dunant saat terjadi
pertempuran di Solferino. Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan
korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. PMI mendapat pengakuan secara
Internasional karena kinerjanya sehingga pada tahun 1950 menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional
melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan PMI tidak lepas dari pengaruh eksternal PMI itu sendiri seperti pengaruh sosial, politik serta budaya. Hal
tersebut yang mendorong PMI untuk bertindak lebih proaktif, profesional, mandiri serta kredibel dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Saat ini mandat PMI tidak hanya untuk melakukan pertolongan kedaruratan saja, tetapi juga ikut berperan serta dalam membantu pemerintah auxiliary
to goverment disejumlah aspek. Palang Merah Indonesia merupakan salah satu instansi yang
menyediakan darah selain instansi yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari PP 181980 Bab IV, pasal 6, ayat 1 yaitu
“Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan”. Guna memenuhi tugas tersebut, PMI membuat suatu unit khusus untuk melaksanakan tugas tersebut yaitu Unit Transfusi Darah atau UTD.
Usaha transfusi darah merupakan bagian dari tugas UTD dalam memberikan pelayanan darah kepada masyarakat. Media internal PMI yaitu
suara PMI menjelaskan bahwa transfusi darah adalah pemindahan darah atau
komponen darah dari seorang donor ke orang lain yang mempunyai tujuan untuk menambah volume darah, meningkatkan kemampuan darah membawa
oksigen, menguatkan kekebalan imunitas tubuh serta memperbaiki gangguan pembekuan darah. Pengadaan darah itu sendiri dilakukan secara
sukarela tanpa penggantian apapun melalui program donor darah. Seiring datangnya musim hujan, banyak wilayah di Indonesia terjangkit
wabah Demam Berdarah Dengue DBD. Menurut data Dinkes DKI Jakarta, mulai Januari hingga 3 Maret pukul 20.00 tercatat 5.396 pasien, 13
diantaranya meninggal kompas 4309. Pasien penderita demam berdarah biasanya banyak kehilangan darah merah maupun darah putih dalam
tubuhnya. Guna memulihkan kondisi tubuh penderita demam berdarah, maka perlu dilakukan transfusi darah sehingga kadar darah merah serta putih di
dalam tubuhnya dapat normal kembali. Wabah demam berdarah yang terjadi di wilayah Indonesia
mengakibatkan kebutuhan akan darah meningkat. Hal tersebut tentu harus direspon secara cepat oleh pihak UTD PMI sebagai pihak yang menyediakan
darah. UTD PMI harus dapat menyediakan darah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien. Permintaan yang meningkat tersebut terkadang tidak
diiringi dengan meningkatnya jumlah pendonor maka UTD PMI kekurangan persediaan darah.
Persediaan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kontinuitas operasional perusahaan. Manajemen persediaan atau Inventory
Management ialah istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya yang disimpan dalam rangka pemenuhan permintaan dimasa
mendatang. Manajemen persediaan selain digunakan untuk mengatur persediaan bahan baku juga dapat digunakan dalam mengatur persediaan
barang jadi sehingga perusahaan dapat merespon dengan cepat apabila ada peningkatan permintaan barang dari konsumen.
Pengendalian persediaan darah pada UTD dirasakan sangat penting karena apabila ada permintaan darah namun UTD tidak dapat menyediakan
darah tersebut, maka ada kemungkinan pasien tersebut tidak tertolong. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui
pengendalian persediaan darah dalam memenuhi kebutuhan pasien. Sesuai dengan uraian di atas, maka penulis mengambil judul: “Analisis
pengendalian persediaan darah pada Palang Merah Indonesia PMI Unit Transfusi Darah Cabang UTDC Kota Depok”.
1.2. Perumusan Masalah