Kerangka Pemikiran Gambaran Produk

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Unit Transfusi Darah UTD Palang Merah Indonesia PMI ialah salah satu instansi yang ditunjuk oleh menteri kesehatan sebagai instansi yang melayani kebutuhan darah masyarakat. UTD PMI perlu melakukan penyediaan darah dalam rangka memenuhi kebutuhan pemakaian darah. Penyediaan darah dilakukan dengan memperhatikan pola pasokan darah berdasarkan tipe-tipe donor serta pola penanganan darah. Setelah mengetahui kedua pola tersebut maka akan didapat besaran parameter dari masing- masing golongan darah. Pemakaian darah perlu diketahui sehingga permintaan darah bulanan serta pola penyakit dan penggunaan darah dapat di identifikasi. Setelah kedua hal tersebut diketahui maka akan diperoleh karakteristik permintaan darah. Selanjutnya ialah mempelajari sistem yang dipakai oleh PMI UTDC Kota Depok guna mengetahui stok darah yang ada, apakah mengalami kekurangan atau kelebihan. Setelah penyediaan darah dan pemakaian darah diketahui maka akan didapatkan tingkat persediaan optimal yang diperbandingkan dengan stok darah yang ada di PMI UTDC Kota Depok. Efisiensi persediaan akan tercapai setelah tingkat persediaan yang optimal terpenuhi. Pelayanan yang optimal dapat diberikan kepada pasien maupun Rumah Sakit yang tentu saja akan semakin banyak jumlah pasien yang terselamatkan. Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kerangka Pemikiran 3.2. Metode Penelitian 3.2.1 Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber asalnya, dalam hal ini bagian penyimpanan darah serta bagian administrasi PMI UTDC Kota Depok. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengumpulan data. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan-laporan manajemen PMI UTDC Kota Depok, terutama bagian penyimpanan darah serta bagian administrasi. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang mendukung, seperti buku, koran, majalah, jurnal maupun hasil penelitian terdahulu dari berbagai perguruan tinggi. Pengumpulan data tersebut dapat dilihat pada tabel rencana di Lampiran 1.

3.2.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis secara kualitatif digunakan untuk menganalisis kebijakan PMI UTDC Kota Depok yang berhubungan dengan persediaan darah serta mengetahui kondisi PMI UTDC Kota Depok secara menyeluruh. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis persediaan darah yang dilakukan oleh PMI UTDC Kota Depok. Analisis tersebut menggunakan software Microsoft Excel serta kalkulator.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PMI UTDC Kota Depok yang terletak di Rumah Sakit Umum Daerah Depok Jl. Raya Muchtar No 99 Sawangan Depok. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa PMI UTDC Kota Depok merupakan salah satu instansi yang melakukan pelayanan darah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai Juni 2009.

3.3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan dalam rangka menggali ide serta gagasan yang didapat melalui studi pustaka, baik cetak maupun elektronik internet serta melalui studi penelitian terdahulu. Setelah ditemukannya tema, langkah selanjutnya ialah menentukan batasan masalah serta variabel-variabel yang mempengaruhi objek penelitian. Hal berikutnya yang dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan data yang dilanjutkan dengan pengumpulan data baik primer maupun sekunder dengan cara wawancara serta studi literatur dan pengumpulan data historis perusahaan. Data yang sudah didapatkan kemudian diolah yang diawali dengan pengelompokkan data menjadi data penyediaan darah serta data pemakaian darah berdasarkan golongan darah. Langkah berikutnya ialah menentukan tingkat persediaan yang optimal dengan menggunakan metode EOQ yang kemudian diperbandingkan dengan metode yang dilakukan oleh PMI UTDC Kota Depok. Hasil dari perbandingan tersebut diharapkan akan menghasilkan rekomendasi untuk PMI UTDC Kota Depok dalam melakukan penyediaan darah untuk masyarakat. Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Tahapan Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PMI UTDC Kota Depok 4.1.1. Sejarah PMI UTDC Kota Depok PMI UTDC Kota Depok diresmikan pendiriannya pada tanggal 7 Juni 1983 oleh Pengurus Cabang PMI Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor melalui Surat Keputusan nomor : 048DTDPMIPMIKEP83. PMI UTDC Kota Depok saat itu masih berstatus Sub Unit Dinas Transfusi Darah DTD Kabupaten Bogor, karena Kota Depok masih menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Bogor yang mempunyai status sebagai Kota Administratif atau Kotip. Tujuan dibentuknya Sub Unit DTD adalah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan darah yang aman dan cepat bagi masyarakat Kotip Depok mengingat wilayah Kabupaten Bogor yang sangat luas. Karyawan yang ada pada saat itu baru berjumlah tiga orang yang terdiri dari dua orang dokter dengan jabatan Kepala Sub Unit DTD dan Wakil Kepala Sub Unit DTD serta satu orang Asisten Transfusi Darah ATD. Sub Unit DTD ini berlokasi di Rumah Sakit Umum RSU Bhakti Yudha karena sebelumnya, Sub Unit DTD ini adalah Bank Darah milik Rumah Sakit Umum RSU Bhakti Yudha. Pada tahun 1999 status Kota Depok berubah dari Kota Administratif menjadi Kota Madya yang berdiri sendiri dan dipisahkan dari Kabupaten Bogor. Melalui perubahan tersebut, maka Sub Unit DTD pun diserahterimakan oleh Pengurus Cabang PMI Kabupaten Bogor ke Pengurus Cabang PMI Kota Depok. Sub Unit DTD berubah nama menjadi Palang Merah Indonesia PMI Unit Transfusi Darah Cabang UTDC Kota Depok serta telah memiliki enam orang karyawan yang terdiri dari satu orang Dokter sebagai Kepala PMI UTDC Kota Depok, tiga orang Asisten Transfusi Darah ATD, satu orang tenaga Administrasi serta, satu orang Office Boy. Tenaga Asisten Transfusi Darah ATD yang berjumlah tiga orang sebenarnya masih belum mencukupi. Saat ini apabila ada acara donor darah yang berskala agak besar ataupun besar, PMI UTDC Kota Depok meminta bantuan tenaga ATD ke PMI UTDC lainnya seperti Kabupaten Bogor atau Jakarta. Hal ini tentu menganggu kinerja PMI UTDC Kota Depok karena apabila PMI UTDC lainnya tidak dapat meminjamkan tenaganya maka pihak PMI UTDC Kota Depok tidak dapat ikut serta dalam acara donor darah yang skalanya agak besar ataupun besar. Seiring berjalannya waktu, status RSU Bhakti Yudha berubah dari yayasan menjadi Perseroan Terbatas PT. Perubahan ini diiringi dengan efisiensi di segala bidang, terutama bidang anggaran. PMI UTDC Kota Depok merupakan instansi yang terkena dampak dari efisiensi tersebut. Fasilitas yang selama ini disediakan secara gratis oleh RSU Bhakti Yudha menjadi tidak gratis. Hal ini tentu menghambat kinerja PMI UTDC Kota Depok karena PMI UTDC Kota Depok tidak menyediakan dan tidak mempunyai anggaran untuk membayar segala fasilitas yang digunakan. Situasi tersebut membuat hubungan RSU Bhakti Yudha dengan PMI UTDC Kota Depok menjadi tidak harmonis. Pengurus PMI Cabang Kota Depok kemudian melakukan perundingan dengan Walikota Depok untuk mendapatkan tempat yang baru berikut fasilitasnya. Walikota Depok kemudian menyetujui untuk memindahkan PMI UTDC Kota Depok ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok untuk sementara serta membebaskan biaya pemakaian fasilitas. Rencananya pada tahun 2010, PMI UTDC Kota Depok akan dibangunkan gedung oleh Pemerintah Kota Depok, karena pelayanan kesehatan yang didalamnya termasuk pelayanan darah, merupakan kewajiban pemerintah daerah. PMI UTDC Kota Depok mempunyai visi serta misi yang merupakan penjabaran dari visi serta misi PMI Unit Transfusi Darah Pusat UTDP. Visi dari PMI UTDC Kota Depok ialah terwujudnya kesehatan sebagai hak asasi melalui pelayanan darah yang aman, berkesinambungan, terjangkau dan merata di tingkat Kabupaten dan Kota. Misi PMI UTDC Kota Depok ialah menjadikan “kesehatan sebagai hak asasi suatu komitmen melalui pemberdayaan Unit Transfusi Darah Kabupaten dan Kota serta koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah di tingkat Kabupaten dan Kota.

4.1.2. Struktur Organisasi

PMI UTDC Kota Depok mempunyai struktur organisasi sebagai berikut : 1. Kepala PMI UTDC Kota Depok. PMI UTDC Kota Depok dikepalai oleh orang yang mempunyai kualifikasi pendidikan sebagai Dokter. Kepala PMI UTDC Kota Depok bertanggungjawab penuh dalam pengelolaan UTDC dan memberikan laporan berkala kepada Unit Transfusi Darah Pusat UTDP serta Pengurus PMI Cabang Kota Depok. Ia mempunyai tugas diantaranya ialah menetapkan rencana kegiatan dibawah tanggungjawabnya, mengevaluasi dan memantau kegiatan karyawan UTDC agar efektif dan efisen serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Pengurus PMI Cabang Kota Depok. Pengangkatan tenaga baru di lingkungan PMI UTDC Kota Depok merupakan wewenang dari Kepala PMI UTDC Kota Depok disamping memberikan usulan rencana pengadaan peralatan di PMI UTDC Kota Depok serta memantau dan mengevaluasi penerimaan dan pemakaian Darah. 2. Penanggungjawab Harian Penanggungjawab harian merupakan pelaksana tugas harian Kepala PMI UTDC Kota Depok. Penanggungjawab harian mempunyai tugas memantau kegiatan UTDC sehari-hari, memberikan penyuluhan tentang donor darah kepada masyarakat, serta menerima pelimpahan tugas dari Kepala UTDC. Penanggungjawab harian bertanggungjawab terhadap jalannya operasional UTDC sehari-hari serta melaporkannya kepada Kepala UTDC secara berkala. Penanggungjawab harian juga merangkap sebagai Asisten Transfusi darah karena keterbatasan sumberdaya manusia di lingkungan PMI UTDC Kota Depok. 3. Asisten Transfusi Darah ATD Asisten Transfusi Darah ATD mempunyai tugas sebagai tenaga teknis yang berinteraksi langsung dengan darah. Tugas ATD ini diantaranya ialah melakukan pengambilan darah dari pendonor, melakukan uji saring terhadap penyakit seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis serta melakukan uji crossmatch terhadap darah yang ada dengan darah pasien. 4. Bagian Administrasi Bagian administrasi bertanggungjawab terhadap seluruh dokumen-dokumen yang ada di PMI UTDC Kota Depok. Ia juga bertugas untuk melakukan surat menyurat dengan pihak luar, serta membuat laporan rutin secara tertulis atas kegiatan yang ada di PMI UTDC Kota Depok kepada Kepala UTDC maupun Kepala UTDP. 5. Office Boy. Office Boy bertanggungjawab terhadap kebersihan serta kerapihan ruang kerja yang ada di PMI UTDC Kota Depok. Ia juga bertugas menyiapkan peralatan untuk kegiatan donor darah diluar serta memasak mi instan serta susu untuk konsumsi donor. Semua bagian yang diuraikan sebelumnya, bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala PMI UTDC Kota Depok. Struktur organisasi PMI UTDC Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Struktur Organisasi PMI UTDC Kota Depok PMI UTDC Kota Depok, 2008

4.2. Gambaran Produk

PMI UTDC Kota Depok hanya melayani permintaan darah dalam bentuk whole blood, pack red cell serta plasma. PMI UTDC Kota Depok tidak melayani permintaan trombosit karena belum mempunyai alat untuk mengolah darah putih menjadi trombosit. PMI UTDC Kota Depok biasanya menyarankan untuk langsung ke PMI UTDC Jakarta atau PMI UTDC Bogor yang memang sudah tersedia trombosit apabila ada permintaan trombosit dari pasien. Whole blood yaitu darah utuh yang di dapat dari pendonor. Whole blood tersebut kemudian dipisahkan menjadi darah merah Pack Red Cell dan darah putih Plasma. Plasma ini apabila diolah lebih lanjut maka akan menghasilkan trombosit. Pengolahan darah putih menjadi trombosit membutuhkan alat yang dinamakan refrigerate centryfuge yang harganya sangat mahal. Mahalnya alat tersebut menyebabkan hanya PMI UTDC yang tergolong besar saja seperti Jakarta, Bogor dan Bandung yang mampu menyediakan alat tersebut. Semua komponen darah tersebut bersumber dari darah manusia. Darah manusia terbagi menjadi empat golongan darah yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O, serta golongan darah AB. Keempat golongan darah tersebut diolah dengan cara yang sama untuk menghasilkan komponen darah yang siap digunakan oleh pasien.

4.3. Penyediaan Darah di PMI UTDC Kota Depok