Modal Sosial BEM IPB

pola komunikasi diagonal cukup sering terjadi dibandingkan yang lain ketika kepala kementerian dengan staf yang berbeda kementerian berinteraksi mengenai hal-hal yang tidak berhubungan dengan masalah organisasi. Skor untuk kriteria tersebut mencapai 47,88. Skor selengkapnya untuk kriteria-kriteria pada pola komunikasi diagonal akan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Skor untuk Kriteria Pola Komunikasi Diagonal BEM IPB No Pernyataan Skor 1 Interaksi komunikasi langsung antara kepala kementerian dengan staf yang berbeda Kementerian 55,15 2 Terbatasnya interaksi komunikasi antara kepala Kementerian dengan staf yang berbeda bagian karena kepemilikan informasi 54,55 3 Pengawasan pekerjaan dari kepala kementerian kepada staf yang berbeda bagian atau Kementerian 28,48 4 Pemberian instruksiperintah dan pengarahan dari kepala Kementerian kepada staf yang berbeda Kementerian 24,85 5 Tanggapan yang negatif apabila pemberian instruksi dari kepala Kementerian terhadap staf yang berbeda Kementerian 26,06 6 Interaksi komunikasi mengenai hal yang tidak bersangkutan antara kepala Kementerian dengan staf yang berbeda bagian. 47,88 Rata-rata skor 39,49

4.4 Modal Sosial BEM IPB

Konsep modal sosial disebut sebagai modal yang merujuk pada banyak aspek dari organisasi sosial informal yang terbangun dari sumberdaya- sumberdaya sosial produktif yang dapat dimanfaatkan untuk satu atau lebih pelaku sosial dalam masyarakat. Para pelaku ini secara individual menginvestasikan modal sosial melalui hubungan pertemanan maupun hubungan yang dibangun dalam persetujuan-persetujuan tertulis. Sumberdaya-sumberdaya sosial yang biasanya berbentuk hubungan sosial yang kuat ini selanjutnya terinternalisasi melalui aturan-aturan yang kadang menjadi modal sosial yang sangat kuat dan dapat mendukung usaha manusia dalam bertahan hidup. Para anggota BEM IPB setuju bahwa pada organisasi BEM IPB telah terjadi pembentukan modal sosial. Hal itu ditunjukan dengan skor pada variabel modal sosial yang mencapai 67,22. Untuk menentukan terjadinya pembentukan modal sosial pada penelitian ini telah disajikan empat belas kriteria. Kriteria tersebut dikembangkan dari tiga komponen modal sosial yang ada yaitu kepercayaan, norma sosial dan jaringan sosial. Kepercayaan dalam BEM IPB sebagai bagian dari pembentukan modal sosial dari organisasi ini sudah terbangun dengan baik. Skor untuk komponen kepercayaan sebesar 76,00. Para anggota BEM IPB pun setuju bahwa mereka sudah memiliki jaringan sosial. Hal ini dibuktikan dengan skor sebesar 62,63. Norma sosial berupa aturan yang mengatur aktivitas anggota BEM IPB sudah terbentuk pada organisasi ini. Skor untuk norma sosial adalah sebesar 63,03. Skor selengkapnya untuk modal sosial ditampilkan pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Skor untuk Modal Sosial BEM IPB

4.4.1 Kepercayaan

Kepercayaan sebagai komponen modal sosial memiliki lima kriteria. Kepercayaan anggota BEM IPB dalam hal bekerjasama dengan anggota lain mendapat skor 76,00. Kepercayaan tersebut terbangun pada anggota BEM IPB No. Komponen Modal Sosial Skor 1 Kepercayaan 76,00 2 Jaringan sosial 62,63 3 Norma sosial 63,03 Rata-rata skor 67,22 karena masing-masing pihak menyadari bahawa setiap anggota BEM IPB merupakan mahasiswa terpilih yang bisa masuk organisasi ini sehingga setiap anggota memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas organisasinya. Selain itu, para anggota BEM IPB pun sangat setuju, mereka percaya bahwa hubungan yang terbangun dalam organisasi akan memudahkan pekerjaan mereka dalam menjalankan tugas organisasi. Skornya adalah 80,61. Skor tersebut merupakan yang paling besar dari pada kriteria yang lain. Kriteria kepercayaan lain yang terbangun adalah kepercayaan anggota BEM IPB dalam menjaga keeratan hubungan dalam berorganisasi. Para anggota percaya karena masing-masing pihak dalam organisasi menjaga hubungan kerja yang ramah sehingga kohesivitas organisasi lebih terjaga. Nilai rataan untuk kriteria tersebut sebesar 72,12. Selain itu, anggota BEM IPB pun setuju bahwa mereka percaya mampu menjaga organisasi akan tetap bertahan. Kepercayaan tersebut tumbuh oleh karena mereka sebisa mungkin melakukan kinerja yang maksimal pada setiap program kerja sehingga BEM IPB tetap menunjukan eksistensinya. Skor untuk kriteria tersebut adalah 70,91. Resiko yang akan ditanggung dalam menjalankan tugas organisasi pun sudah diketahui oleh sebagian besar anggota BEM IPB. Hal itu ditunjukkan dengan skor sebesar 78,18. Diketahuinya resiko yang akan ditanggung oleh anggota BEM IPB maka tugas-tugas yang ada dikerjakan dengan penuh perhatian serta tanggung jawab sehingga hasil yang didapat lebih maksimal. Skor kepercayaan selengkapnya ditampilkan pada Tabel 13. Tabel 13 Skor untuk Kriteria Kepercayaan BEM IPB. 4.4.2 Jaringan Sosial Jaringan sosial merupakan komponen yang tak kalah penting dari pembentukan modal sosial. Ada lima kriteria dari jaringan sosial. Pertama, para anggota BEM IPB menyatakan setuju bahwa mereka mengetahui sebagian besar anggota organisasi. Hal tersebut terjadi karena sering adanya pertemuan- pertemuan organisasi baik secara formal maupun informal. Skor untuk kriteria di atas adalah 61,21. Namun ternyata skor lebih kecil ditunjukan pada kriteria kedua “saya mengenal dekat sebagian besar anggota BEM IPB” yaitu sebesar 58,79. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua anggota BEM IPB yang diketahui merupakan anggota yang dikenal secara dekat oleh anggota yang lain. Di sisi lain, skor tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar anggota BEM IPB setuju bahwa mereka saling mengenal secara dekat. Hal tersebut tidak mengherankan karena selain hubungan kerja dalam organisasi para anggota BEM IPB pun sering berinteraksi satu sama lain dengan status mahasiswanya. Misalkan para anggota No. Kriteria kepercayaan Skor 1. Saya yakin mampu bekerjasama dengan pengurus lain di dalam organisasi 78,18 2. Saya percaya bahwa hubungan yang terbangun dalam organisasi ini akan memudahkan pekerjaan saya dan anggota organisasi yang lain 80,61 3. Saya percaya bahwa saya mampu menjaga keeratan hubungan dalam organisasi 72,12 4. Saya percaya bahwa saya mampu menjaga organisasi akan tetap bertahan 70,91 5. Saya mengetahui resiko yang akan ditanggung ketika memutuskan ikut organisasi 78,18 Rata-rata skor 76,00 BEM IPB yang merupakan teman se-fakultas, se-kementerian atau se-rumah kost sehingga mereka nengenal secara dekat. Dalam hal melakukan hubungan kerja antar anggota BEM IPB, para anggota lebih setuju melakukannya secara informal. Suasana informal lebih disukai karena dirasa lebih fleksibel serta tidak kaku. Ke-informal-an tersebut sering tercermin dalam pertemuan-pertemuan rutin tingkat kementerian ataupun pertemuan seluruh anggota. Skor untuk kriteria tersebut adalah 62,42. Aktivitas organisasi di kementerian lain juga cukup diketahui oleh anggota BEM IPB. Hal tersebut didukung oleh nilai rataan sebesar 63,64. Skor tersebut mencirikan bahwa mereka setuju dengan kriteria ketiga tersebut. Adanya rapat general yang melibatkan seluruh anggota BEM IPB dan dilakukan secara rutin setiap bulan menyebabkan anggota BEM IPB mengetahui aktivitas organisasi kementerian lain. Dalam rapat general diinformasikan aktivitas masing-masing kementerian oleh kepala kementeriannya. Hubungan yang terjalin dalam menjalankan tugas organisasi ternyata lebih disukai hubungan yang bersifat pertemanan. Pernyataan tersebut tercermin dengan skor sebesar 64,85 pada kriteria keempat tersebut. Hal tersebut sejalan dengan jenis hubungan informal yang lebih disukai pada BEM IPB. Jaringan sosial sebagai bagian dari komponen sosial juga dapat digambarkan melalui kriteria terakhir yaitu dengan banyaknya jumlah kontak kerja yang dimiliki oleh anggota organisasi. Anggota BEM IPB menyatakan setuju bahwa mereka memiliki jumlah kontak kerja yang mencukupi untuk pemenuhan tugas mereka. Kontak kerja yang dimiliki oleh para anggota BEM IPB biasanya terdiri dari pihak-pihak yang diajak untuk bekerjasama pada program kerja yang ada misalkan perusahaan swasta, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan juga LSM. Kontak kerja tersebut tidak hanya didiapatkan sendiri namun bisa saja didapatkan dari anggota BEM IPB yang lain. Skor untuk kriteria ini adalah 64,85. Hasil rataan skor pada variabel modal sosial secara lengkap dapat di lihat pada Tabel 14. Tabel 14 Skor untuk Kriteria Jaringan Sosial BEM IPB No. Kriteria jaringan sosial Skor 1. Hubungan yang terjalin pada saya dalam melakukan fungsi sebagai anggota organisasi dengan anggota lain lebih nyaman dilakukan secara informal. 62,42 2. Saya mengetahui sebagian besar pengurus organisasi 61,21 3. Saya mengenal dekat sebagian besar pengurus pengurus organisasi 58,79 4. Saya mengetahui aktivitas organisasi kementerian yang lain 63,64 5. Hubungan pertemanan adalah hal yang mendasari saya berinteraksi dalam organisasi ini 64,85 6. Saya memiliki banyak jumlah kontak yang dapat dihubungi untuk pemenuhan tugaspekerjaan 64,85 Rata-rata skor 62,63

4.4.3 Norma Sosial

Para anggota BEM IPB menyatakan setuju pada kriteria “organisasi BEM IPB memiliki aturan tertulis yang mengatur aktivias anggotanya.” Skornya adalah 64,24. Aturan tertulis pada BEM IPB berbentuk ADART, Garis Besar Haluan Organisasi serta aturan tertulis lain ytang dibuat oleh Badan Pengurus Harian BEM IPB terkait dengan kebijakan-kebijakan internal yang akan diambil. Skor lebih kecil diperoleh pada kriteria “Organisasi BEM IPB memiliki aturan tidak tertulis untuk mengatur aktivitas anggotanya” yaitu sebesar 58,18. Aturan tidak tertulis kurang disosialisasikan oleh pimpinan BEM IPB sehingga anggota BEM IPB lebih mengetahui aturan tertulis dibandingkan aturan tidak tertulis yang ada. Pada kriteria “Organisasi BEM IPB memiliki nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi untuk mengatur aktivitas anggotanya” mendapatkan skor sebesar 66,67. Nilai-nilai tradisional paling diketahui oleh anggota BEM IPB dibanding aturan- aturan diatas karena nilai-nilai yang diajarkan tercermin dari sikap dan perilaku para anggota BEM IPB dalam menjalankan tugasnya. Nilai-nilai tersebut meliputi kejujuran, tanggung jawab, peduli, ramah dan lain-lain. Skor selengkapnya untuk kriteria norma sosial ditampilkan pada Tabel 15. Tabel 15 Skor untuk Kriteria Norma Sosial BEM IPB No. Kriteria norma sosial Skor 1 Organisasi yang saya masuki ini memiliki aturan tertulis yang mengatur aktivitas anggotanya 64,24 2 Organisasi yang saya masuki ini memiliki aturan tidak tertulis yang mengatur aktivitas anggotanya 58,18 3 Organisasi yang saya masuki ini memiliki nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi untuk mengatur aktivitas anggotanya 66,67 Rata-rata skor 63,03 4.5 Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Pola Komunikasi Organisasi dengan Pembentukan Modal Sosial BEM IPB 4.5.1 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Pola Komunikasi Organisasi BEM IPB Uji hubungan antara gaya kepemimpinan dengan pola komunikasi organisasi BEM IPB menggunakan rumus Kendall’s Tau B menunjukkan bahwa sebagian besar variabel tidak berhubungan nyata. Satu-satunya yang menunjukan hubungan yang signifikan yaitu gaya kepemimpinan delegatif dengan komunikasi dari atas ke bawah 0,255. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering terjadi pola komunikasi dari atas ke bawah pada organisasi BEM IPB maka gaya kepemimpinan delegatif pun sering diterpakan oleh pemimpin BEM IPB. Seringnya pola komunikasi dari atas ke bawah diterapkan menyebabkan aliran informasi, pesan ataupun instruksi dari atasan kepada bawahan BEM IPB. Informasi tersebut berupa tugas yang harus diselesaikan sebagai bentuk pendelegasian wewenang dari pemimpin BEM IPB. Tugas yang harus diselesaikan oleh bawahan BEM IPB tersebut berbentuk pendelegasian dari pimpinan BEM IPB sehingga gaya kepemimpinan delegatif semakin sering diterapkan. Nilai korelasi signifikan Kendall’s Tau B antara gaya kepemimpinan denga pola komunikasi organisasi ditampilkan pada Tabel 16. Tabel 16 Nilai Korelasi Signifikan antara Gaya Kepemimpinan dengan Pola Komunikasi Organisasi BEM IPB Keterangan: berhubungan nyata p0,05

4.5.2 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Pembentukan Modal Sosial pada BEM IPB

Hasil analisis dengan menggunakan Kendall’s Tau B menunjukkan bahwa ada beberapa modal sosial yang berhubungan signifikan dengan gaya kepemimpinan. Kepercayaan memiliki hubungan nyata p0,05 dengan gaya kepemimpinan konsultatif. Semakin sering pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang konsultatif, maka akan meningkatkan kepercayaan para anggota BEM IPB. Gaya kepemimpinan konsultatif yang tinggi dukungan dari Direktif Konsultatif Partisipatif Delegatif Komunikasi ke bawah ,031 -,020 -,014 ,255 Komunikasi ke atas ,079 ,041 ,056 ,088 Komunikasi horizontal -,016 -,044 -,055 ,126 Komunikasi diagonal -,011 ,045 ,084 -,128 anggota BEM IPB serta tinggi pengarahan dari pemimpin bisa menimbulkan rasa saling percaya di antara anggota BEM IPB. Terdapat hubungan nyata p0,05 antara jaringan sosial dengan gaya kepemimpinan delegatif. Dapat diartikan semakin sering diterapkan gaya kepemimpinan delegatif, maka meningkatkan pula jaringan sosial para anggota BEM IPB. Gaya kepemimpinan delegatif yang lebih sering mendelegasikan anggotanya akan membuat anggota lebih bebas karena rendah pengarahan dan memperluas jaringan sosial BEM IPB. Terdapat hubungan sangat nyata p0,01 antara norma sosial dengan gaya kepemimpinan konsultatif. Dengan kata lain semakin sering gaya kepemimpinan konsultatif diterapkan oleh pemimpin BEM IPB maka akan meningkatkan norma sosial yang ada. Gaya kepemimpinan konsultatif membutuhkan norma sosial yang mengatur setiap aktivitas anggotanya sehingga para anggotanya tetap memberikan dukungan yang tinggi. Nilai korelasi signifikan antara gaya kepemimpinan dengan pembentukan modal sosial dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Nilai Korelasi Signifikan antara Gaya Kepemimpinan dengan Pembentukan Modal Sosial BEM IPB Keterangan: berhubungan nyata p0,05; berhubungan sangat nyata p0,01

4.5.3 Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Pembentukan Modal Sosial

Hasil uji hubungan dengan menggunakan Kendall’s Tau B menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata p0,05 antara pola komunikasi horizontal Kepercayaan Jaringan sosial Norma sosial Direktif -,010 -,190 ,066 Konsultatif ,244 -,066 ,363 Partisipatif -,049 ,047 ,127 Delegatif -,009 ,235 ,190 dengan kepercayaan. Seringnya pola komunikasi horizontal diterapkan oleh BM IPB, maka akan meningkatkan kepercayaan anggota BEM IPB. Pola komunikasi horizontal merupakan pola komunikasi yang dilakukan dengan rekan setingkat turut menumbuhkan rasa percaya yang tinggi karena pada pola komunikasi ini terdapat rasa egaliter yang tinggi. Perasaan ini membuat para anggota merasa nyaman dalam hal berkomunikasi dan menimbulkan rasa kepercayaan diantara para anggota BEM IPB. Terdapat hubungan nyata p0,05 antara jaringan sosial dengan pola komunikasi horizontal. Sering pola komunikasi horizontal diterapkan, maka akan meningkatkan jaringan sosial yang dimiliki BEM IPB. Seringnya komunikasi yang dilakukan antar rekan kerja setingkat memberikan peluang untuk bertukar informasi lebih besar sehingga akan meningkatkan pula jaringan sosial BEM IPB. Terdapat hubungan sangat nyata p0,01 antara norma sosial dengan pola komunikasi dari bawah ke atas. Semakin sering pola komunikasi dari atas ke bawah diterapkan, maka akan meningkatkan norma sosial BEM IPB. Pola komunikasi dari bawah ke atas yang dijalankan oleh BEM IPB lebih kompleks dalam hal pelaksanaannya sehingga membutuhkan norma-norma untuk mengatur agar tetap berjalan dengan baik. Nilai uji korelasi signifikan selengkapnya akan ditampilkan pada Tabel 18. Tabel 18 Nilai Korelasi Signifikan antara Pola Komunikasi Organisasi dengan Pembentukan Modal Sosial BEM IPB Keterangan: berhubungan nyata p0,05; berhubungan sangat nyata p0,01 Kepercayaan Jaringan sosial Norma sosial Komunikasi ke bawah ,020 ,120 ,083 Komunikasi ke atas ,001 ,078 ,286 Komunikasi horizontal ,220 ,233 ,045 Komunikasi diagonal ,073 ,032 ,008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGANKEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN PT. SARI HUSADA HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN PT. SARI HUSADA.

0 2 16

GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI UNGGUL Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Unggul.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Partisipatif Dengan Komitmen Organisasi Karyawan.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Partisipatif Dengan Komitmen Organisasi Karyawan.

0 2 16

GAYA KEPEMIMPINAN, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN Gaya Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di PLN APJ Surakarta).

0 3 11

GAYA KEPEMIMPINAN, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN Gaya Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di PLN APJ Surakarta).

1 4 13

Hubungan gaya kepemimpinan Kepala Madrasah dan pola komunikasi organisasi dengan motivasi kerja guru Madrasah Ibtidaiyah Swasta Annur Medan Labuhan - Repository UIN Sumatera Utara

0 2 118

Hubungan persepsi gaya kepemimpinan partisipatif dengan komitmen organisasi.

0 2 93

Hubungan gaya kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja pamong belajar di SKB

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

0 0 99