Modal Sosial .1 Konsep Modal Sosial

interaksi di antara orang-orang dan mengalir ke seluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan istilah desas-desus grapevine atau kabar angin. Dalam istilah komunikasi kabar angin dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Komunikasi nonformal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa. 2.1.5 Modal Sosial 2.1.5.1 Konsep Modal Sosial Hardinsyah 2007 mengatakan bahwa istilah modal sosial dipergunakan pertama kali dalam diskusi oleh Lyda Judson Hanifan di Pusat Pendidikan Masyarakat Pedesaan Amerika pada abad 20. Istilah tersebut dipergunakan untuk menjelaskan sesuatu yang saat itu belum terukur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan masyarakat, seperti niat baik, berbuat baik, saling percaya dan menghargai serta hubungan-hubungan sosial di masyarakat. Dikalangan sosiolog konsep modal sosial diperkenalkan oleh Pierre Bourdieu pada awal tahun 1980- an. Bourdieu dalam Hardinsyah 2007 mengatakan bahwa modal sosial sebagai keseluruhan sumberdaya baik yang aktual maupun potensial yang bisa dimiliki seseorang berkat adanya jaringan hubungan secara kelembagaan yang terpelihara dengan baik. Sementara itu, James Coleman Djohan, 2007 mendefinisikan modal sosial dari sudut pandang fungsi modal sosial itu sendiri, yang mana bukan menekankan pada hubungan sosial seperti definisi Bourdieu namun menekankan pada struktur sosial. Fungsi yang dapat diidentifikasi dari modal sosial adalah nilai dari aspek-aspek struktur sosial yang mana menunjuk pada sekumpulan kewajiban dan harapan, jaringan komunikasi, norma-norma dan sanksi-sanksi yang efektif yang dapat memaksa atau menyemangati seseorang untuk bertingkah laku agar tetap eksis dalam menjaga hubungannya dengan orang lain. Jika Bourdieu tertarik pada pengembangan konsep modal sosial sebagai sumber daya bagi modal ekonomi seseorang economic capital, Coleman lebih tertarik untuk mengembangkan bagaimana modal sosial dalam jaringan keluarga dan komunitas sebagai sumberdaya bagi modal manusia Alfiasari, 2004. Seorang tokoh modal sosial yang lain adalah Francis Fukuyama. Dia adalah tokoh besar yang meyakini bahwa pembangunan akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik ketika pemerintah memerhatikan aspek modal sosial dalam masyarakat Djohan, 2007. Kajian modal sosial semakin popular sejak disertasi Putnam pada tahun 1993 yang berjudul Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern Italy dan publikasi tulisannya pada tahun 1995 dengan judul Bowling Alone: America’s Declining Social Capital. Putnam 1993 dalam Alfiasari 2004 mendefinisikan modal sosial sebagai karakteristik masyarakat meliputi rasa memiliki, kerjasama, pertukaran, kepercayaan, sikap positif, dan partisipasi. Dia lebih mengembangkan pemikirannya pada ide asosiasi dan aktivitas masyarakat sipil sebagai basis bagi terciptanya integrasi sosial dan kesejahteraan. Konsep modal sosial yang digagas olehnya mirip dengan Fukuyama dan Colemen. Hanya saja, ia lebih menekankan ke persoalan peran kelompok, asosiasi, institusi sosial dan organisasi sosial serta mengaitkannya dengan aktivitas masyarakat sipil dalam membangun kebersamaan untuk mencapai tujuan yang lebih baik Djohan, 2007. Konsep modal sosial juga disebut sebagai modal yang merujuk pada banyak aspek dari organisasi sosial informal yang terbangun dari sumberdaya- sumberdaya sosial produktif yang dapat dimanfaatkan untuk satu atau lebih pelaku sosial dalam masyarakat. Para pelaku ini secara individual menginvestasikan modal sosial melalui hubungan pertemanan maupun hubungan yang dibangun dalam persetujuan-persetujuan tertulis. Sumberdaya-sumberdaya sosial yang biasanya berbentuk hubungan sosial yang kuat ini selanjutnya terinternalisasi melalui aturan-aturan yang kadang menjadi modal sosial yang sangat kuat dan dapat mendukung usaha manusia dalam bertahan hidup Dharmawan, 2001. Dari semua pengertian yang ada, yang harus digarisbawahi adalah modal sosial tidak sama dengan kebajikan sosial social virtue. Perbedaannya terletak pada dimensi gerakan dan jaringan. Kebajikan sosial akan sangat kuat dan berpengaruh jika di dalamnya melekat perasaan keterikatan untuk saling berhubungan dan timbal-balik dalam suatu bentuk hubungan sosial Djohan, 2007. Kemudian, istilah modal sosial diadopsi Bank Dunia dan lembaga pemerintah di banyak negara. Kajian, publikasi, dan diskusi tentang modal sosial di berbagai bidang berkembang pesat selama dekade terakhir Hardinsyah, 2007. Selanjutnya Coleman dalam Fedderke 1999 mengemukakan enam karakteristik modal sosial, yaitu: a. Adanya kewajiban dan harapan yang dimiliki masing-masing individu dalam melakukan tindakan sosialnya. b. Adanya informasi potensial yang terjalin melalui hubungan sosial yang sifatnya informal yang dapat menyimpan dan menyampaikan informasi. c. Norma dan sanksi yang efektif. d. Hubungan kekuasaan e. Kesamaan organisasi sosial. Organisasi sosial terbentuk dari tujuan yang spesifik di mana terjadi proses pencapaian tujuan dan di dalamnya terdapat mekanisme organisasi yang cukup luas skalanya dalam usaha pencapaian tujuan bersama. f. Kesengajaan dalam membentuk organisasi. Hal ini terkait khususnya pada usaha untuk mengurangi biaya-biaya pada transaksi sosial.

2.1.5.2 Komponen Modal Sosial

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGANKEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN PT. SARI HUSADA HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN PT. SARI HUSADA.

0 2 16

GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI UNGGUL Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Unggul.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Partisipatif Dengan Komitmen Organisasi Karyawan.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Partisipatif Dengan Komitmen Organisasi Karyawan.

0 2 16

GAYA KEPEMIMPINAN, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN Gaya Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di PLN APJ Surakarta).

0 3 11

GAYA KEPEMIMPINAN, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN Gaya Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di PLN APJ Surakarta).

1 4 13

Hubungan gaya kepemimpinan Kepala Madrasah dan pola komunikasi organisasi dengan motivasi kerja guru Madrasah Ibtidaiyah Swasta Annur Medan Labuhan - Repository UIN Sumatera Utara

0 2 118

Hubungan persepsi gaya kepemimpinan partisipatif dengan komitmen organisasi.

0 2 93

Hubungan gaya kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja pamong belajar di SKB

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

0 0 99