Ampadi adalah Rp 1.023.000,- dengan kisaran antara Rp 450.000,- sampai dengan
Rp 2.400.000,-. Penghasilan rata-rata Dusun Ompeng yang lebih besar dibandingkan dengan Dusun Ampadi dapat disebabkan karena akses Dusun
Ompeng lebih dekat menuju pusat ekonomi desa sehingga dalam menggerakkan perekonomiannya dapat lebih cepat dan murah dibandingkan dengan Dusun
Ampadi. Berdasarkan informasi dari PT. Nityasa Idola, pendapatan masyarakat
sangat dipengaruhi oleh perubahan harga karet di pasar. Pada tahun 2009 harga karet hanya berkisar antara Rp 4.000,- sampai dengan Rp 7.000,-. Sedangkan
harga karet pada saat bulan September 2010 berkisar antara Rp 10.000,- sampai dengan Rp 13.000,- per kilogram.
5.1.6 Analisis pendapatan per kapita
Dalam penelitian ini tingkat kesejahteraan dianalisis menggunakan pendekatan garis kemiskinan Sajogyo 1996. Pada perhitungan garis kemiskinan
Sajogyo, digunakan nilai beras dengan harga lokal Rp 8.000,-kilogram dan diperoleh nilai sebesar Rp 2.560.000,-. Bila rata-rata pendapatan per kapita lebih
besar dari hasil perhitungan berdasarkan acuan Rp 2.560.000,-kapitatahun, maka dikategorikan penduduk tidak miskin. Sebaliknya jika pendapatan per kapita
PCIper capita income lebih kecil dari nilai berdasarkan perhitungan standar garis kemiskinan Sajogyo, maka penduduk dikategorikan miskin. Nilai rata-rata
pendapatan per kapita responden lebih besar dari acuan adalah sebesar Rp 5.858.276,-. Hal ini menunjukkan tingkat kecukupan ekonomi responden relatif
baik dan masyarakat yang hidup di desa dapat terpenuhi kebutuhan primernya. Rata-rata pendapatan per kapita per tahun responden di Dusun Ampadi adalah Rp
4.846.000,- dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak tiga orang. Sedangkan rata-rata pendapatan per kapita per tahun responden di Dusun Ompeng
adalah Rp 8.107.777,- dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak tiga
orang. Dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan per kapita Dusun Ompeng lebih besar dibandingkan dengan Dusun Ampadi. Dapat diketahui pula bahwa peran
hutan sangat nyata untuk memberantas kemiskinan yaitu dengan menopang hidup bekerja di hutan.
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa rata-rata masyarakat yang berdomisili di lokasi penelitian, berada di atas garis kemiskinan. Akan tetapi tidak semua
responden yang berada di Dusun Ampadi dan Dusun Ompeng merupakan warga yang hidup di atas garis kemiskinan. Mengacu pada nilai analisis tingkat
kesejahteraan berdasarkan perhitungan garis kemiskinan Sajogyo, terdapat dua orang responden dari Dusun Ampadi dan satu orang responden dari Dusun
Ompeng yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga dikategorikan penduduk miskin. Pendapatan per kapita mereka di bawah Rp 2.560.000,-
kapitatahun, yakni untuk Dusun Ampadi masing-masing besarnya Rp 2.250.000,-kapitatahun dan Rp
1.200.000,-kapitatahun, dan responden dari Dusun Ompeng yang berada di bawah garis kemiskinan memiliki pendapatan per
kapita sebesar Rp 1.350.000,-. Responden Dusun Ampadi yang termasuk ke dalam kriteria miskin.
Gambar 2 Perbandingan PCI responden dengan standar garis kemiskinan Sajogyo Pendapatan rata-rata masyarakat Dusun Ompeng lebih besar dibandingkan
dengan pendapatan masyarakat Dusun Ampadi Gambar 2 karena Dusun Ompeng memiliki akses menuju tempat aktivitas ekonomi yang lebih dekat
dibandingkan dengan Dusun Ampadi. Selain itu, berdasarkan penuturan masyarakat sekitar bahwa rata-rata kepemilikan lahan masyarakat Dusun Ompeng
x Rp 1,000 Rp 8,108,777
Rp 4,846,000
lebih banyak dibandingkan dengan Dusun Ampadi. Luasan kepemilikan lahan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan yang bersumber dari usahatani yakni
berkebun getah karet.
5.1.7 Akses Masyarakat Terhadap Informasi