memiliki tanggungan keluarga yang besar sehingga pembagian pendapatan di keluarga tidak terlalu besar. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi pengeluaran rumah tangga Sukandar 2007, dalam arti semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak pula pengeluaran rumah tangga
orang tersebut dan begitu pun sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga maka akan sedikit pula pengeluaran rumah tangga orang tersebut.
5.1.4 Mata Pencaharian
Mata pencaharian responden dapat dikategorikan menjadi dua yaitu mata pencaharian berupa usaha tani dan non usaha tani. Mata pencaharian usaha tani
disini adalah kegiatan perladangan berpindah dan perkebunan. Hampir seluruh masyarakat sekitar perusahaan melakukan pekerjaan sebagai peladang berpindah
padi lading karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan adat dayak setempat. Usahatani perkebunan di lapangan adalah perkebunan karet, tanaman lada, dan
tanaman buah-buahan. Sedangkan jenis pekerjaan non usaha tani, yaitu pedagang, PNS, karyawan perusahaan, ojek kayu, tengkulak getah karet, tukang tebang, dan
pegawai Credit Union. Untuk melihat sebaran mata pencaharian masyarakat yang melakukan pekerjaan usahatani dan non usahatani, dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Mata pencaharian responden
Mata Pencaharian Ompeng
Ampadi Total Responden
n n
n
Usahatani 6
66,67 15
75,00 21
72,41 UsahataniNonusahatani
3 33,33
5 25,00
8 27,59
Total 9
100,00 20
100,00 29
100,00
Seluruh responden 100 memiliki mata pencaharian utama usaha tani dan hanya sedikit 27,59 yang memiliki mata pencaharian tambahan dari non
usaha tani Tabel 9. Responden dari Dusun Ampadi yang memiliki pendapatan tambahan dari non usahatani terdapat lima orang, yakni: tiga orang berprofesi
sebagai pedagang, satu orang sebagai tengkulak getah karet, dan satu orang sebagai pegawai swasta. Responden dari Dusun Ompeng yang memiliki
pendapatan tambahan dari non usahatani terdapat tiga orang, yakni: satu orang sebagai tengkulak getah karet, satu orang sebagai pedagang, dan satu orang
sebagai penjual batu. Kegiatan berladang bagi masyarakat sekitar merupakan kegiatan yang
sudah menjadi tradisi adat setempat. Sehingga setiap orang di Kecamatan Meranti memiliki mata pencaharian usahatani sebagai peladang berpindah.
5.1.5 Pendapatan Responden
Tingkat pendapatan responden diperhitungkan berdasarkan seluruh pendapatan yang diperoleh keluarga responden dalam satu bulan, baik dari
usahatani maupun non-usahatani. Pekerjaan usahatani yang dijalankan masyarakat adalah berladang berpindah dan menjual hasil hutan berupa getah karet. Pekerjaan
non usahatani yang dijalani oleh responden dari Dusun Ompeng antara lain sebagai pedagang, tengkulak getah karet dan penjual batu. Sedangkan pekerjaan
non usahatani responden Dusun Ampadi antara lain sebagai pedagang, tengkulak getah karet dan pegawai swasta. Sebaran tingkat pendapatan masyarakat dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Sebaran tingkat pendapatan warga
Kondisi Pendapatan RpBulan
Ompeng Ampadi
Total Responden n
n n
1.100.000 2
22,22 15
75,00 17
58,62 1.100.000-1.750.000
4 44,44
3 15,00
7 24,14
1.750.000 3
33,33 2
10,00 5
17,24 Total
9 100,00
20 100,00
29 100,00
Sebagian besar responden dari Dusun Ompeng 44,44 berpenghasilan antara Rp 1.100.000,- sampai dengan Rp 1.750.000,- per bulan. Sedangkan
sebagian besar responden di Dusun Ampadi 75,00 berpenghasilan kurang dari Rp 1.100.000,- per bulan Tabel 10.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan responden dari
Dusun Ompeng adalah Rp 1.510.000,- dengan kisaran pendapatan antara Rp
450.000,- sampai Rp 2.400.000,-. Rata-rata pendapatan responden di Dusun
Ampadi adalah Rp 1.023.000,- dengan kisaran antara Rp 450.000,- sampai dengan
Rp 2.400.000,-. Penghasilan rata-rata Dusun Ompeng yang lebih besar dibandingkan dengan Dusun Ampadi dapat disebabkan karena akses Dusun
Ompeng lebih dekat menuju pusat ekonomi desa sehingga dalam menggerakkan perekonomiannya dapat lebih cepat dan murah dibandingkan dengan Dusun
Ampadi. Berdasarkan informasi dari PT. Nityasa Idola, pendapatan masyarakat
sangat dipengaruhi oleh perubahan harga karet di pasar. Pada tahun 2009 harga karet hanya berkisar antara Rp 4.000,- sampai dengan Rp 7.000,-. Sedangkan
harga karet pada saat bulan September 2010 berkisar antara Rp 10.000,- sampai dengan Rp 13.000,- per kilogram.
5.1.6 Analisis pendapatan per kapita