Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Kerang Darah

28 darah diduga karena adanya perbedaan lokasi pengambilan contoh baik secara horizonal maupun vertikal perbedaan kedalaman dan kemungkinan tekanan penangkapan yang tinggi terhadap kerang darah itu sendiri. Tekanan penangkapan yang semakin tinggi dapat menyebabkan kelimpahan kerang darah kerang darah di perairan tersebut akan semakin sedikit dan bisa terjadi kepunahan. Hal itu yang menyebabkan pertumbuhan kerang berbeda di setiap tempat dan waktu. Tingkat keberhasilan penangkapan juga dapat mempengaruhi hasil tangkapan. Pengaruh eksploitasi yang berlebihan over-exploitation akan menyebabkan penurunan ukuran rata-rata kerang darah yang tertangkap.

4.3. Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Kerang Darah

Pada suatu stok yang telah dieksploitasi perlu untuk membedakan mortalitas akibat penangkapan dan mortalitas alami. Menurut King 1995 laju mortalitas total Z adalah penjumlahan laju mortalitas penangkapan F dan laju mortalitas alami M sehingga ketiga jenis mortalitas tersebut perlu dianalisis. Pendugaan konstanta laju mortalitas total Z kerang darah dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang cangkang. Untuk menduga laju mortalitas alami dengan menggunakan rumus empiris pauly Sparre Venema 1999 dengan suhu rata-rata permukaan perairan Bondet dan Mundu masing-masing sebesar 29°C dan 29,5°C. Adapun hasil analisis parameter pertumbuhan dan parameter moralitas disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis parameter pertumbuhan dan mortalitas kerang darah dengan menggunakan program FISAT II disetiap lokasi pengamatan Lokasi Parameter Pertumbuhan Parameter Mortalitas L ∞ K M F Z E Bondet 47,70 0,51 0,7154 1,2705 1,9859 0,6398 Mundu 49,05 2,30 1,9169 7,7776 9,5945 0,8023 Keterangan : L ∞ = panjang yang tidak dapat dicapai ikan mm; K = koefisien pertumbuhan per tahun; M = laju mortalitas alami pertahun; Z = laju mortalitas total per tahun; F = laju mortalitas penangkapan per tahun; E= laju eksploitasi 29 Dari hasil analisis parameter pertumbuhan di perairan Mundu, diperoleh nilai nilai L ∞ lebih besar dari perairan Bondet. Perbedaan nilai yang diperoleh disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat dipengaruhi oleh keturunan faktor genetik, parasit dan penyakit sedangkan faktor eksternal yang dapat dipengaruhi adalah suhu dan ketersedian makanan Effendi 2002. Laju mortalitas total Z kerang darah di perairan Bondet , diduga sebesar 1,9859 per tahun, sedangkan laju mortalitas total Z kerang darah di perairan Mundu sebesar 9,5945 per tahun. Nilai Z tergantung dari laju mortalitas alami M dan laju mortalitas penangkapan F. Fluktuasi laju mortalitas alami M sumberdaya perairan sulit ditentukan, sehingga diasumsikan variasi nilai Z dari tahun ke tahun hanya tergantung dari variasi nilai F. Nilai laju mortalitas M di perairan Bondet diduga sebesar 0,7154 per tahun, sedangkan di perairan Mundu laju mortalitas alami M sebesar 1,9169 per tahun. Laju mortalitas alami M dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kondisi perairan, predator, penyakit, persaingan makanan dan mati karena tua. Spesies yang sama dapat memiliki laju mortalitas alami yang berbeda pada lokasi atau habitat yang berbeda Sparre et. al 1989. Dari persamaan Z = F+M, dengan menggunakan masukan nilai Z dan M yang sudah dikoreksi, maka diperoleh laju mortalitas penangkapan F. Laju mortalitas penangkapan di perairan Bondet diduga sebesar 1,2705 per tahun dan di perairan Mundu sebesar 7,7776 per tahun Lampiran 3. Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa di dua lokasi tersebut ditemukan laju mortalitas penangkapan F lebih besar dari laju mortalitas alami M. Hal ini menunjukan bahwa faktor kematian kerang darah lebih besar disebabkan oleh aktifitas penangkapan yang terus menerus akibat dari konsumsi terhadap kerang darah meningkat. Semakin tinggi upaya penangkapan, maka nilai laju mortalitas penangkapan akan semakin tinggi. Nilai-nilai laju mortalitas yang diperoleh tersebut digunakan untuk menduga laju eksploitasi sumberdaya kerang darah. Laju eksploitasi kerang darah di perairan Bondet sebesar 63,98, sedangkan laju eksploitasi kerang darah di perairan Mundu sebesar 80,23 Lampiran 3. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukan bahwa pada perairan Bondet dan Mundu laju eksploitasinya telah melebihi batas optimum yang dikemukan oleh Gulland 1971 in Pauly 1984 yaitu lebih dari 0,50 30 yang berarti lebih dari 50 dari potensi lestarinya. Jika di bandingkan dengan kedua lokasi tersebut laju eksploitasi diperairan Mundu lebih besar dari pada Bondet. Hal ini diduga bahwa laju penangkapan di perairan Bondet disebabkan oleh peningkatan waktu penangkapan effort yang dilakukan nelayan setiap harinya belum berlangsung secara intensif jika dibandingkan dengan perairan Mundu yang berlangsung intensif dan berlangsung lama. Hasil ini menyatakan bahwa eksploitasi dengan skala besar menyebabkan populasi didominasi oleh kerang dengan ukuran panjang cangkang lebih kecil dengan pertumbuhan yang lebih cepat dan mempengaruhi hasil tangkapan yang semakin menurun. Nilai ini juga menguatkan indikasi adanya tekanan penangkapan yang tinggi terhadap stok kerang darah diperairan Bondet dan Mundu. Nilai mortalitas penangkapan dipengaruhi oleh tingkat eksploitasi semakin tinggi di suatu daerah maka mortalitas penangkapannya semakin besar. Tingkat laju mortalitas penangkapan dan menurunnya laju mortalitas alami juga dapat menunjukan dugaan terjadinya kondisi growth overfishing yaitu sedikitnya jumlah kerang tua karena kerang muda tidak sempat tumbuh akibat tertangkap sehingga tekanan penangkapan terhadap stok tersebut seharusnya dikurangi hingga mencapai kondisi optimum yaitu laju mortalitas penangkapan sama dengan laju mortalitas alami.

4.4. Aspek Reproduksi