24
4.1.2. Perairan Mundu
Perairan Mundu merupakan wilayah penangkapan kerang darah yang banyak dilakukan oleh masyarakat Cirebon dan juga sebagai kegiatan perikanan. Perairan
Mundu bermuara beberapa sungai yaitu sungai Banjiran, sungai Kalijaga, sungai Krian, sungai Pengarengan, dan sungai Bandengan. Lingkungan sekitar perairan
Mundu ditumbuhi pepohonan bakau dan penggunanan lahan yaitu persawahan, pemukiman, dan perindustrian. Sehinga dengan kondisi tersebut dapat diduga
bahwa diperairan Mundu sedikit lebih tercemar dibandingkan di perairan Bondet. Dengan demikian habitat kerang darah di perairan Mundu kurang baik di
bandingkan dengan di perairan Bondet. Nelayan yang terdapat di perairan Mundu merupakan nelayan tradisional yang
menggunakan kapal 3-6 GT. Hasil tangkapan di perairan Mundu yaitu ikan, kerang- kerangan, rajungan, kepiting baku, udang, cumi-cumi, namun hasil tangkapan utama
di perairan mundu adalah jenis kerang-kerangan. Karakteristik habitat kerang darah pada lokasi penelitian berupa lumpur dasar
yang relatif halus, pasirnya relatif sedikit, berwarna abu-abu- kehitaman dengan sedikit bau busuk bau lumpur. parameter makroskopis tersebut dapat diduga
bahwa lumpur dasar perairan Mundu mengandung detritus lebih sedikit dibandingkan dengan lumpur dasar perairan Bondet. Adapun karakeristik fisika-
kimia perairan Mundu. Parameter fisika air yang diamati yaitu suhu dan arus. Suhu di perairan Mundu pesisir selama penelitian berkisar antara 29-30 °C. Jika
dibandingkan selama waktu pengamatan, suhu perairan pada bulan April lebih tinggi dibandingkan bulan Mei dan Juni.
Selain suhu, parameter fisika air yang diamati adalah arus. Rata-rata kecepatan arus di peraiaran Mundu selama penelitian berkisar antara 11,11-14,28
cmdetik. Kecepatan arus tersebut termasuk arus sedang, sehingga menguntungkan bagi organisme dasar, dimana terjadi pembaruan bahan organik dan anorganik.
Pergerakan air yang cepat dapat merangsang organisme air untuk memijah. Saat air bergerak cepat, kerang darah betina dan jantan terangsang untuk melepaskan sel
telur dan sperma keperairan, yang kemudian mengalami pembuahan fertilisasi. Parameter kimia air yang diamati yaitu salinitas dan pH. Selama pengamatan
kadar salinitas yang diperoleh adalah berkisar 28‰-30‰. Menurut Pathanasali
25
1963 in Broom 1985 bahwa kerang darah hanya mampu hidup di daerah dengan salinitas lebih dari 25‰, namun pada stadia muda secara normal dapat melakukan
aktivitas mencari mak anan dengan salinitas yang lebih rendah sampai 8‰ Kerang
darah termasuk organisme yang toleran terhadap salinitas tinggi dan rendah. Salinitas tinggi sampai 29‰, namun pada salinitas yang rendah mencapai 9,4‰,
kerang darah tidak dapat tumbuh bahkan mengalami kematian. Nilai pH selama pengamatan adalah berkisar 6,5-7,5. Nilai pH yang baik
memungkinkan organisme untuk hidup dan tumbuh, serta kehidupan biologis yang berjalan dengan dengan baik. Sebagian organisme akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai pH yaitu 7-8,5 Effendi 2002. Besarnya nilai pH di perairan Mundu sangat cocok untuk kehidupan kerang darah. Kondisi perairan di
kedua daerah penelitian tersebut masih berada dalam kisaran yang mendukung kehidupan biota ikan Smith dan Chanley 1975.
Kerang darah di perairan Mundu biasanya ditangkap dengan mengunakan alat tangkap garuk, tetapi masih ada sebagian nelayan yang menangkap kerang darah
langsung menggunakan tangan. Kerang darah setiap harinya di daratkan di TPI Mundu. Daerah penangkapan kerang darah dilakukan di sekitar perairan Mundu.
Daerah pemasarannya meliputi Jakarta, Semarang dan wilayah sekitar. Kerang darah dijual dalam bentuk hidup dan daging. Harga kerang yang dijual berkisar
antara Rp 5,000-Rp 8,000 per kg dan harga daging berkisar antara Rp 15,000-Rp 17,000 per kg Titin, komunikasi pribadi 13 April 2011.
4.2. Sebaran Kelompok Ukuran Hasil Tangkapan