17
Klasifikasi tingkat kematangan gonad secara histologis dilakukan dengan membandingkan preparat histologis gonad kerang darah baik gonad jantan maupun
betina hasil pengamatan dengan karakteristik kematangan gonad kerang darah yang dilakukan oleh Shain et al. 2006 dan Chipperfield 1953 in Setyobudiandi 2004
terhadap gonad kerang hijau Perna viridis, seperti disajikan pada Lampiran 10.
3.4. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder meliputi data hasil tangkap kerang darah yang tertangkap, alat tangkap dan produksi diperairan Cirebon selama lima tahun terakhir. Data diperoleh
dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon yang berhubungan langsung dengan kegiatan penangkapan kerang darah.
3.5. Analisis Data
3.5.1. Sebaran frekuensi panjang
Sebaran frekuensi panjang dilakukan langkah-langkah sebagai berikut Walpole 1992 :
1. menentukan wilayah kelas WK = max – min , max = data terbesar; min =
data terkecil. 2. menentukan jumlah kelas JK = 1 + 3,32 log N; N = jumlah contoh
3. menghitung lebar kelas L = WKJK 4. memilih ujung kelas interval pertama
5. menentukan frekuensi panjang untuk masing-masing selang kelas
3.5.2. Tingkat eksploitasi sumberdaya kerang darah
Variabel yang terkait dalam menentukan tingkat eksploitasi Sumberdaya kerang darah di kawasan perairan Cirebon adalah variabel laju kematian yang terdiri
laju kematian alamiah M, laju kematian penangkapan F dan laju kematian total Z, kemudian variabel tingkat eksploitasi E dan parameter pertumbuhan.
Laju mortalitas alami M ditentukan dengan hubungan empiris antara M dengan parameter pertumbuhan L
∞ dan K dan suhu lingkungan. L
∞
adalah panjang maksimum teoritis panjang asimsotik pada persamaan pertumbuhan Von
18
Bertalanffy, K adalah koefisien pertumbuhan. Parameter pertumbuhan didapatkan dari hasil perhitungan dengan non parametrik Scoring of Van Bertalanffy Growth
Function melalui bantuan software ELEFAN yang terintegrasi dalam program FISAT II. Laju mortalitas alami M diduga dengan menggunakan rumus empiris
Pauly 1980 in Sparre Venema 1999, dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Ln M = - 0,0152- 0,279Ln L∞ + 0,6543Ln K + 0,463Ln T
M 0,8e
- 0,0 52-0,279Ln L∞ + 0,6543Ln K + 0,463Ln T
dimana T adalah suhu rata-rata perairan °C tempat kerang darah hidup habitat. Penerapan persamaan tersebut terhadap suatu grup ikan tropis mungkin akan
memberikan nilai dugaan yang bias, dimana nilai dugaan M yang diperoleh pada umumnya lebih tinggi over estimated, sehingga nilai dugaan M yang diperoleh
haruslah dikoreksi dengan mengalikannya dengan 0,8 Pauly 1982. Laju mortalitas total Z diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang Sparre Venema 1999 Lampiran 3 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : mengkonversikan data panjang cangkang ke data umur
dengan mengunakan inverse persamaan Von Bertalanffy
Langkah 2 : menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata kerang
untuk tumbuh dari panjang L
1
ke L
2
t
t t L
2
-t L K
ln L∞-L
L∞-L
2
Langkah 3 : menghitung t+
t2
t L
+ L
2
2 t
K ln -
L +L2 2 L∞
19
Langkah 4 : menurunkan kurva hasil tangkapan C yang dilinearkan
yang dikonversikan ke panjang
ln CL
,L
2
t L ,L
2
c- t L +L2
2
Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear y = a+bx dengan kemiringan b =-Z.
Menurut Gulland 1982 ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan nilai laju mortalitas penangkapan F. Tetapi biasanya apabila nilai Z
dan M sudah diketahui, maka nilai F dapat ditentukan berdasarkan persamaan sebagai betikut:
F = Z – M
Informasi yang diperoleh dari nilai M dan F ini dapat digunakan untuk menentukan laju eksploitasi E sumberdaya spesies ikan yang bersangkutan.
Persamaan yang dipakai adalah sebagai berkut:
E F
F+M F
Laju eksploitasi E akan mencapai optimum jika nilai mortalitas penangkapan F sama dengan nilai mortalitas alami M. Jika nilai E = 0,5 maka laju
eksploitasinya optimum dan jika nilai E 0,5 atau E 0,5 maka berarti laju eksploitasi belum mencapai titik optimum atau melewati batas optimum Gulland
1971 in Pauly 1982.
3.5.3. Aspek reproduksi kerang darah 3.5.3.1.