Analisis ekobiologi sebagai dasar pengelolaan sumberdaya kerang darah (Anadara granosa) di Teluk Lada Perairan Selat Sunda

(1)

ANALISIS EKOBIOLOGI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

SUMBERDAYA KERANG DARAH (Anadara granosa)

DI TELUK LADA PERAIRAN SELAT SUNDA

RATNA KOMALA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

ANALISIS EKOBIOLOGI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

SUMBERDAYA KERANG DARAH (Anadara granosa)

DI TELUK LADA PERAIRAN SELAT SUNDA

RATNA KOMALA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul ”Analisis Ekobiologi Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Kerang Darah (Anadara granosa) di Teluk Lada Perairan Selat Sunda” adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juli 2012

Ratna Komala NRP. C261080021


(4)

ABSTRACT

RATNA KOMALA. Eco-Biological Analysis as Basis of Blood Cockle (Anadara granosa) Resource Management at Lada Bay Sunda Strait. Under supervision of FREDINAN YULIANDA , DJAMAR T.F LUMBANBATU and ISDRAJAD SETYOBUDIANDI

Blood cockle is one of the potential resources which plays an important role both ecologically and economically. This research was carried out at Lada Bay Sunda Strait for 6 months from July to December 2011. The purposes of this research are to investigate eco-biological status, to scrutinize aspects of utilization and to determine appropriate and best-use strategies of safe and sustainable blood cockle (Anadara granosa) resources at Lada bay Sunda strait. The research method used is ex post facto. Samples were taken by swept area method, employing fishing gear "garok" in 5 zones and each zone consists of 3 observation stations. Results showed that the catch of blood cockle (Anadara granosa) was not evenly distributed in each zone with the highest density found in zone V (Suladengan) while the lowest in zone II (Tegal Papak). Total Suspended Solids (TSS), turbidity, NH3, Hg, Pb and Cd have

exceeded the recommended quality standards. Correlational analysis of length-weight on male and female cockle, and combination between male and female cockle has negative allometric growth pattern with each correlational equation W = 0.043H1.578, W = 0.029H1.734 and W=0.003 H1.678, with b rate < 3, indicating that the wide growth of the cockle is faster than its tissue weight growth. Condition factor on male cockle started rising in September while on female, it started rising in August and both reached their peak in October. It seemed to indicate that female cockle spawned faster with longer spawning time than male cockle. Condition index showed rate < 2.5 thus all the cockles caught were categorized to be thin(skinny). Infinity width on both male and female cockle are 34,14 and 43,59 mm, however the size of male cockle, in average, is smaller than female cockle. Growth coefficient (K) of males and females were 0.990 and 0,53 respectively, indicated that the growth rate of male cockle is relatively faster than female cockle. Total mortality rate (Z) of male is bigger than female, while in which caught mortality rate (F) is bigger than natural mortality rate (M). The rapid rate of exploitation is >0.5 which means that the fishing of cockle at the Lada Bay is categorised as overfishing. Sex ratio is balance namely 1:1. The highest Gonad Maturity Stages (GMS) percentage is shown by GMS I (50%), followed consecutively by GMS II (29%), GMS III (24%) and GMS IV (1%). The first stage of gonad maturity on male cockle is on the size 28.30 mm and on female cockle is on 27.31 mm. Strategies in managing blood cockle (A. granosa) resources taking into account the ecological and biological dimensions as a management priority at Lada Bay Sunda Strait can be executed by the basic concept of management cockle, consist of 4 (four) cockle resource management strategies, namely: (a) Regulating the disposal of industrial waste (b) The planting and regeneration of mangroves vegetation, (c) Regulating the activity of sand mining and (d) Regulating of fishing activities , including time, area (fishing ground) and fishing gear.


(5)

RINGKASAN

RATNA KOMALA. Analisis Ekobiologi Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Kerang Darah (anadara granosa) di Teluk Lada Perairan Selat Sunda. Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA , DJAMAR TF LUMBANBATU dan ISDRAJAD SETYOBUDIANDI

Kerang darah merupakan salah satu sumberdaya potensial dan mempunyai peranan penting baik secara ekologis maupun ekonomis. Salah satu wilayah yang cocok untuk kehidupan kerang ini adalah Teluk Lada merupakan bagian perairan dari wilayah Selat Sunda yang merupakan selat dinamis, terletak diantara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Adanya tekanan terhadap lingkungan baik secara alami maupun karena berbagai aktiifitas manusia antara lain aktifitas penangkapan yang tinggi, diduga menimbulkan berbagai masalah antara lain terjadinya degradasi habitat dan penurunan kualitas lingkungan yang berpengaruh terhadap populasi kerang tersebut.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengkaji status ekobiologi kerang darah A. granosa sebagai dasar pengelolaan, mengkaji aspek pemanfaatan kerang darah A. granosa

yang menentukan status populasi dan menentukan strategi pemanfaatan sumberdaya kerang darah A. granosa yang aman dan lestari di Teluk Lada Perairan Selat Sunda

Penelitian telah dilakukan di Teluk Lada Selat Sunda selama periode 6 bulan dari bulan Juli sampai Desember 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto, sampel diambil menggunakan alat tangkap “garok” dengan metoda swept area pada 5 zona yang ditentukan berdasarkan aktifitas penangkapan kerang yaitu zona I (Bama/PLTU), zona II (Tegal Papak), zona III (Cibungur), zona IV (Panimbang) dan zona V (Suladengan). Pada setiap zona terdiri dari 3 stasiun pengamatan yang ditentukan berdasarkan stratified random sampling. Metode analisis mencakup kajian ekobiologi kerang darah (A. granosa), terutama mencakup dua aspek yaitu ekologi terdiri dari analisis distribusi kelas ukuran, kepadatan, pola distribusi dan analisis kualitas perairan pada tiap zona penelitian dan aspek biologi terdiri dari analisis pertumbuhan dan reproduksi. Untuk kajian potensi perikanan dan pengelolaan sumberdaya kerang berdasarkan data sekunder yang mencakup data jumlah nelayan, usaha perikanan kerang, dan jumlah produksi kerang. Sedangkan kajian strategi pengelolaan kerang darah dianalisis berdasarkan paba beberapa indikator kunci dari aspek ekobiologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi hasil tangkapan kerang A. granosa

menyebar tidak merata pada setiap zona dengan kepadatan tertinggi sampai terendah terdapat pada zona V,I,IV, III sedangkan terendah pada zona II. Parameter TSS, kekeruhan, NH3,

Hg, Pb dan Cd telah melebihi batas baku mutu yang disarankan. Analisis hubungan panjang-berat pada kerang jantan, betina serta gabungan antara jantan dan betina mempunyai pola pertumbuhan allometrik negative dengan persamaan hubungan masing-masing W = 0,043H1,578 , W = 0,029H1,734 dan W=0,003 H1,678, nilai b<3 mengindikasikan bahwa pertumbuhan lebar lebih cepat daripada pertumbuhan berat jaringan. Faktor kondisi jantan mulai meningkat pada bulan September, sedangkan untuk kerang betina mulai pada Agustus namun puncaknya sama-sama terjadi pada bulan Oktober. Hal ini mengindikasikan kerang betina memijah lebih cepat dengan periode pemijahan yang lebih lama dibandingkan dengan kerang jantan. Indeks kondisi menunjukkan nilai < 2,5 sehingga seluruh kerang yang tertangkap dikategorikan kurus. Kerang jantan dan betina mempunyai lebar infinity yaitu 34,14 mm dan 43,59, namun ukuran kerang jantan rata-rata lebih kecil dari ukuran betina, sedangkan Koefisien pertumbuhan (K) jantan dan betina berturut-turut 0.990 dan 0,53 atinya kecepatan tumbuh betina lebih cepat dibandingkan jantan. Nilai mortalitas total (Z) kerang jantan adalah 4,80, sedangkan betina 2,76. Mortalitas penangkapan (F) baik jantan dan


(6)

granosa jantan dan betina seimbang yaitu 1:1. Selanjutnya untuk presentase TKG tertinggi ditunjukkan oleh TKG I (50%) diikuti berturut-turut TKG II (29%), TKG III (24%) dan TKG IV (1%). Pertama kali matang gonad pada kerang jantan yaitu pada ukuran 28,30 mm dan pada betina yaitu 27,31 mm. Nilai laju eksploitasi >0,5 mengindikasikan kerang di Teluk Lada dikategorikan sudah overfishing. Konsep dasar pengelolalan terdiri 4 (empat ) strategi pengelolaan dengan memperhatikan dimensi ekologis dan biologis sebagai prioritas utama pengelolaan.: (a) Pengaturan pembuangan limbah industri (b) penanaman dan peremajaan mangrove, (c) Pengaturan aktifitas aktifitas penambangan pasir dan (d) pengaturan penangkapan, mencakup waktu, area (fishing ground) dan alat tangkap nelayan.


(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


(8)

ANALISIS EKOBIOLOGI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

SUMBERDAYA KERANG DARAH (

Anadara granosa

)

DI TELUK LADA PERAIRAN SELAT SUNDA

RATNA KOMALA

Disertasi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(9)

Penguji Luar Komisi Pembimbing

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Safar Dody, M.Si

Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc

Penguji pada Ujian Terbuka : Dr. Ir. Rini Puspitaningrum, M. Biomed Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc


(10)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Disertasi : Analisis Ekobiologi Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Kerang Darah (Anadara granosa) di Teluk Lada Perairan Selat Sunda

Nama Mahasiswa : Ratna Komala

NPM : C261080021

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. Ketua

Prof. Dr. Ir. Djamar T.F Lumbanbatu, M.Agr Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Enan M Adiwilaga Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc


(11)

DAFTAR ISTILAH

Eksploitasi : Kegiatan pemanfaatan suberdaya

ELEFAN : Sebuah perangkat lunak singkatan dari Electronic length frequency analysis

FAO : Food and Agriculture Organization

Badan dunia yang bernaung dibawah perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang mengurusi pangan dan pertanian.

FISAT : Sebuah perangkat lunak buatan FAO-ICLARM Stock Assesment Tools Jumlah yang boleh dimanfaatkan : Tingkat produksi yang dapat diusahakan tanpa

mengganggu kelestariannya.

Kematangan Gonad : Tingkat perkembangn gonad

Laju kematian penangkapan (F) : Menggambarkan laju kematian yang disebabkan akibat Penangkapan

Laju kematian alami (M): Menggambarkan laju kematian karena sebab-sebab alami (pemangsaan, penyakit atau faktor lingkungan)

Laju pertumbuhan (K) : Suatu parameter kurvatur yang menentukan seberapa cepat organisme mencapai panjang asimtotik

Metode sapuan (Swept area methods) : Metode yang digunakan untuk menduga besarnya potensi sumberdaya di suatu perairan dengan menyapu suatu area perairan menggunakan alat tangkap tertentu.

Panjang asimtotik (L infinity) : Panjang maksimum yang dapat dicapai secara teoritis, Stok : Suatu sub gugus dari suatu spesies yang mempunyai parameter pertumbuhan dan Kematian yang sama serta menghuni suatu wilayah geografis tertentu.

Upaya optimum : Suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas jangka panjang.

Indeks kelimpahan : Suatu ukuran yang digunakan untuk menyatakan kelimpahan suatu organisme.


(12)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Disertai ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari doa, bimbingan, arahan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Djamar T.F Lumbanbatu, M.Agr dan Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc, selaku anggota komisi atas bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat luar biasa kepada penulis yang tidak pernah henti, juga penghargaan yang tinggi kepada Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, DEA (alm) atas bimbingan dan nasihat-nasihatnya kepada penulis.

2. Rektor IPB dan Dekan Pascasarjana IPB atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi

3. Rektor Universitas Negeri Jakarta, yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi dan atas bantuan dana sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, serta Dekan FMIPA Universitas Negeri Jakarta, atas ijin dan dukungannya.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Pendidikan Nasional yang telah memberikan bantuan beasiswa selama mengikuti perkuliahan di IPB,

5. Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc, selaku dekan, dan Dr. Ir. Sugeng Hari Suseno, M.Sc, selaku wakil Dekan atas saran dan masukkannya pada saat ujian tertutup dan ujian terbuka. 6. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc, selaku Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya

Perikanan IPB atas motivasi dan arahannya, dan selaku penguji luar komisi pada siadang terbuka atas masukannya yang sangat berharga.

7. Dr. Ir.. Enan M Adiwilaga, selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan atas segala motivasi dan bimbingannya.

8. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S, atas bimbingan dan dukungan motivasi yang luar biasa.

9. Dr. Ir. Safar Dody, M.Si, selaku penguji luar komisi pada ujian siding tertutup dan Dr. Rini Puspitaningrum, M.Biomed, selaku penguji luar komisi pada sidang terbuka atas masukan dan arahannya . yang sangat berharga.

10. Seluruh staf pengajar pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perikanan (MSP), khususnya pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP) yang telah memberi dan memperkaya bekal ilmu dan wawasan kepada penulis sehingga mewarnai dalam penulisan disertasi ini.

11. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA, yang telah memberi rekomendasi kepada penulis untuk dapat mengikuti sekolah di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP) Institut Pertanian Bogor dan atas bimbingannya serta

12. Staf Tata Usaha Departemen MSP dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP) IPB, atas pelayanannya yang sangat ramah dan baik selama penulis studi.

13. Coremap II, atas bantuan dana untuk penyelesaian penulisan disertasi ini.

14. Ketua Jurusan serta rekan-rekan di Jurusan Biologi FMIPA UNJ atas motivasi dan dukungannya.

15. Rekan-rekan mahasiwa S2 Program Studi SDP dan S3 SPL angkatan 2008, atas pertemanan dan keceriaan yang sangat indah, juga rekan-rekan kakak dan adik angkatan baik di SDP maupun SPL atas pertemanannya sehingga penulis tidak merasa sendirian. Untuk sahabatku Mawardi, S.Pi, M.Si, terima kasih atas bantuannya yang luar biasa dalam penyelesaian penulisan disertasi ini.


(13)

16. Anadara crew UNJ, Fizay Saputro, S.Si, Dina Silviana, S.Si, Ajeng Daniarsih, S.Si, Emi Sulistyaningsih, S.Pd, Eka DS, S.Pd, Lana Maulana, S.Pd, Dea Noor Dienti, S.Si, Friska Zahara, S.Si dan Ahmad Afandy, S.Si, dan Anadara crew IPB, Ir. N.A. Butet, M.Sc, Dra. Wahyu, M.Si, Novita Sari S,Pi, dan Widya D Lubay, S.Pi atas kebersamaan dan bantuannya di lapangan.

17. Bapak Wartana, nelayan yang selalu siap mengantarkan melaut dan membantu di lapangan dalam kondisi apapun.

18. Orang tua dan mertua serta kakak dan adik-adik penulis atas doa tulus yang tidak pernah henti untuk kelancaran studi dan segalanya.

19. Suamiku tercinta Dr. Armaini Akhirson, SE, M.MAgr, serta anak-anakku tersayang Rioneli Ghaudenson dan Rivelino Gardhana atas dukungan doa dan semangat yang tiada henti.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulis menjalankan studi sampai menyelesaikan laporan penulisan disertasi ini.

Penulis tidak dapat membalas segala bimbingan, arahan dan bantuan yang telah diberikan baik material maupun spiritual, kecuali hanya doa semoga amal kebaikan tersebut mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga disertasi ini dapat memperkaya khasanah kelimuan dalam bidang kelautan khususnya dalam kajian Moluska serta bermanfaat bagi pembangunan perikanan dan kelautan.

Bogor, Juli 2012


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 15 Agustus 1964 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari ayah E. Subandi (Alm) dan ibu Yoyoh Rokhayati.

Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (UNSOED) lulus tahun 1988. Pada tahun 1991 penulis melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Program Studi Biologi Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1994. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana (S3) pada Program studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP) di Institut Pertanian Bogor.

Penulis bekerja sebagai dosen tetap pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) sejak tahun 1989 sampai 1998. Selanjutnya penulis bekerja di Fakultas MIPA Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta sejak 1999 sampai sekarang. Penulis juga bekerja sebagai dosen tidak tetap pada Fakultas Teknik Industri dan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma dari tahun 1999 sampai sekarang.

Karya ilmiah yang telah diterbitkan berjudul “Morfometrik Kerang Anadara granosa

dan Anadara antiquata Pada Wilayah yang Tereksploitasi di Teluk Lada Perairan Selat Sunda “ pada Jurnal Ilmiah Perikanan dan Pertanian Vol. 1 No. 1. Agustus Tahun 2011, disamping itu karya ilmiah lain berjudul ”Indeks Kondisi Kerang Darah (Anadara granosa) sebagai Indikator Kualitas Lingkungan di Teluk Lada Perairan Selat Sunda” telah diterbitkan pada jurnal Biologi ‘BIOMA’ Vol. IX No. 2. September 2011.


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

DAFTAR ISI ……….... iv

DAFTAR GAMBAR ………... vi

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 4

1.3. Kerangka Pemikiran ………... 5

1.4. Tujuan Penelitian ………... 7

1.5. Manfaat Penelitian ………... 7

1.6. Nilai Kebaharuan (Novelty) ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Keadaan Umum Perairan Selat Sunda ... 9

2.2. Sistematika, Morfologi dan Anatomi kerang ... 10

2.3. Kandungan Gizi kerang darah (A. granosa) ... 14

2.4. Pertumbuhan ... 16

2.5. Karakteristik Biometrika Kerang ... 18

2.6. Faktor Kondisi dan Indeks Kondisi ... 19

2.7. Reproduksi ... 20

2.8. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Anadara sp... 26

2.9. Distribusi Kerang Darah (A. granosa) ... 32

2.10.Kepadatan Kerang ... 33

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1. Waktu dan Lokasi Peneltian ... 35

3.2. Metode Penelitian ... 35

3.2.1. Kajian Ekobiologi... 37

A. Kajian Ekologi ... 37

B. Kajian Biologi ... 41

3.2.2. Kajian Pemanfaatan sumberdaya kerang ... 51

3.2.3. Kajian Tingkat Kepentingan Parameter Ekobiologi dan Strategi Pengelolaan ... 55


(16)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Kajian Ekobiologi ... 57

4.1.1. Kajian Ekologi A. Kualitas Perairan ... 57

1. Parameter Fisik-kimia ... 57

2. Parameter Biologi ... 74

B. Pola Distribusi ... 81

4.1.2. Kajian Biologi ... 83

A. Kajian Pertumbuhan ... 83

1. Populasi Kerang A, granosa ... 83

2. Distribusi Kelas Ukuran Lebar Cangkang Kerang A. granosa ... 86

3. Kepadatan Kerang A. granosa ... 95

4. Hubungan Lebar dan berat kerang ... 101

5. Faktor Kondisi ... 108

6. Indeks Kondisi ... 111

7. Persentase Berat Daging ... 113

8. Pendugaan Parameter Pertumbuhan ... 115

9. Mortalitas dan Laju Penangkapan ... 120

B. Kajian Reproduksi ... 124

1. Nisbah Kelamin ... 124

2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ... 128

3. Indeks Kematangan Gonad (IKG) ... 137

4. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad ... 139

4.2. Kajian Aspek pemanfaatan Kerang Darah A. granosa ... 141

4.2.1. Jumlah dan kondisi nelayan ... 141

4.2.2. Wilayah Tangkapan kerang ... 141

4.2.3. Alat tangkap, Hasil Tangkapan dan Rumah Tangga Perikanan .. 142

4.2.4. Jumlah produksi kerang ... 143

4.2.5. Harga per Unit Output ... 144

4.3. Kajian Tingkat Kepentingan Parameter Ekobiologi... 144

4.3.1. Analisis keterkaitan parameter ekobiologi ... 144

4.3.2.Strategi Pengelolaan Sumberdaya Kerang ... 152

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 159

5.1. Kesimpulan ... 159

5.2. Saran ... 159

DAFTAR PUSTAKA ... 161


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka alur pikir penelitian ………. 6

2. Morfologi kerang Anadara granosa ………. 13

3. Struktur anatomi kerang ……… 14

4. Siklus hidup kerang ………... 22

5. Peta lokasi penelitian ………. 36

6. Cara pengukuran morfometrik kerang ……….. 42

7. Rata-rata dan standar deviasi beberapa parameter lingkungan tiap zona... 58

8. Tipe substrat pada stasiun pengambilan sampel kerang A. granosa…….. 65

9. Kandungan logam berat (Hg, Pb, Cd) pada air, substrat dan daging …… 67

10.Grafik hasil analisis komponen Utama (PCA) ……….. 72

11.Komposisi plankton berdasarkan (a) golongan utama (b) kelas fitoplankton ….………... 75

12.Komposisi makrozoobentos berdasarkan (a) filum dan (b) kelas………… 78

13.Perbedaan morfologi kerang Famili Arcidae penyusun komunitas makrozoobentos di Teluk lada ……….. 79

14.Distribusi kelas ukuran lebar cangkang kerang A granosa total ……….. 86

15.Perbandingan ukuran kerang A. granosa yang tertangkap ……… 86

16.Distribusi ukuran lebar cangkang kerang A granosa berdasarkan jenis kelamin ………... 89

17.Distribusi ukuran lebar cangkang kerang A. granosa jantan dan betina pada seluruh zona ……... ……… 91

18.Distribusi kelas ukuran lebar cangkang kerang A. granosa jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan ………. 93

19.Kepadatan total kerang A. granosa pada tiap zona ………... 95

20.Kepadatan total kerang A. granosa pada tiap stasiun pada seluruh zona .. 96

21.Sebaran kepadatan kerang A. granosa pada tiap stasiun pada masing-masing zona………... 97

22.Kepadatan total kerang A. granosa berdasarkan waktu pengamatan …… 100

23.Hubungan lebar cangkang-berat kerang A. granosa total …………... 103

24. Hubungan lebar cangkang-berat kerang A. granosa kerang jantan dan betina total ……… 104 25.Hubungan lebar cangkang-berat kerang A. granosa (a) jantan


(18)

26.Faktor kondisi kerang A. granosa jantan dan betina berdasarkan

waktu pengamatan ………... 108

27.Faktor kondisi kerang A. granosa jantan dan betina berdasarkan zona…… 110

28.Indeks kondisi kerang A. granosa jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan ……… 112

29. Rata-rata indeks kondisi dan standar deviasi kerang A. granosa jantan dan betina berdasarkan zona…… 112

30. Persentase berat daging A. granosa jantan dan betina pada tiap zona ….. 114

31. Rata-rata indeks kondisi dan standar deviasi persentase berat daging A. granosa jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan ………. 114

32. Kurva pertumbuhan kerang A. granosa jantan dan betina berdasarkan Persamaan pertumbuhan Von Bertallanffy ……….. 118

33. Nisbah kelamin kerang A granosa berdasarkan waktu pengamatan ….…. 125

34. Nisbah kelamin kerang A granosa berdasarkan selang kelas …..………... 125

35. Nisbah kelamin kerang A granosa berdasarkan zona ……..………... 126

36. Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) kerang A. granosa jantan total berdasarkan jumlah dan TKG berdasarkan jumlah pada selang kelan ukuran ……….. 129

37. Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) kerang A. granosa betina total hasil tangkapan……….. 129

38. Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) kerang A. granosa jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan ……… 131

39. Morfologi gonad jantan (a) dan gonad betina (b) kerang A. granosa…… 132

40. Indeks kematangan gonad (IKG) kerang A. granosa jantan pada tiap zona ……… 137

41.Indeks kematangan gonad (IKG) kerang A. granosa betina tiap zona …… 138

42.Ukuran pertama kali matang gonad kerang A. granosa jantan dan betina ………... 140


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Nilai gizi kerang A. granosa dalam 100 g porsi makanan ... 15

2. Kisaran nilai TSS dan pengaruhnya terhadap organisme dasar ………….. 29

3. Parameter kualitas perairan, alat dan metode yang digunakan ……… 38

4. Nilai rata-rata kualitas air masing-masing stasiun tiap zona dari bulan Juli-Desember 2010 ……… 57

5. Pola distribusi kerang A. granosa berdasarkan waktu pengamatan ……… 81

6. Pola distribusi kerang A. granosa berdasarkan zona ……… 81

7. Hubungan lebar dan berat kerang A. granosa jantan dan betina pada tiap zona ……… 102

8. Nilai parameter pertumbuhan Von Bertalanffy (L∞ dan K) ... 116

9. Jumlah kelompok kerang jantan dan betina selama pengamatan …………. 120

10. Laju mortalitas dan eksploitasi kerang A. granosa …….……….. 121

11. Nisbah kelamin kerang A granosa jantan dan betina……….…... 124

12. Tahapan tingkat kematangan gonad, ciri morfologi dan histologis gonad kerang A. granosa jantan ………... 133

13. Tahapan tingkat kematangan gonad, ciri morfologi dan histologis gonad kerang A. granosa betina ………... 134

14. Tahapan tingkat kematangan , ciri morfologis dan histologis gonad hermaprodit ………. 135

15. Indikator kunci parameter ekobiologi dan pemanfaatan kerang . A. granosa pada tiap zona ……….. 153


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Zona penelitian di Teluk Lada Selat Sunda ... 171

2. Posisi geografis tiap stasiun pengamatan ……… 172

3. Tahapan pengambilan sampel kerang ... 173

4. Pengukuran morfometrik dan penimbangan berat kerang ……….... 174

5. Prosedur pembuatan preparat histologi dengan metode irisan ……… 175

6. Kisaran nilai kualitas air pada tiap setiap stasiun pada masing-masing zona dari bulan Juli-Desember 2010 ………... 176

7. Hasil analisis substrat pada tiap stasiun penelitian ……….. 177

8. Rata- rata kandungan logam berat Hg, Pb dan Cd pada air substrat dan daging pada setiap zona ………... 177

9. Kelimpahan plankton di Teluk Lada ……… 178

10. Gambar genus plankton yang teridentifikasi di Teluk Lada ………... 179

11. Kepadatan dan komposisi makrozoobenthos di Teluk Lada ……… 183

12. Gambar species makrozoobenthos yang teridentifkasi di Teluk Lada …… 185

13. Jumlah total dan nilai indeks distribusi (id) kerang A. granosa pada tiap waktu pengamatan dan pada tiap stasiun seluruh zona ……….. 188

14. Jumlah total kerang hasil tangkapan selama Juli – Desember 2011 di Teluk Lada ……… 189

15. Distribusi hasil tangkapan berdasarkan selang kelas ukuran ……….. 189

16. Perbandingan ukuran kerang ... 191

17. Distribusi hasil tangkapan berdasarkan zonasi ……… 192

18. Distribusi hasil tangkapan berdasarkan waktu pengamatan ……… 193

19. Kepadatan kerang Anadara granosa berdasarkan waktu Pengamatan dari seluruh stasiun pada setiap zona ……….. 194

20. Kepadatan kerang Anadara granosa berdasarkan waktu pengamatan tiap zona ……….. 195

21. Rata-rata kepadatan rata-rata kerang A. granosa pada tiap zona ………… 195

22. Hasil analisis PCA terhadap nilai b ……… 196

23. Faktor kondisi kerang A. granosa selama pengamatan ……… 197

24. Rata-rata dan standar deviasi indeks kondisi kerang A. granosa jantan dan betina ………... 198


(21)

26. Kurva pertumbuhan dan distribusi frekuensi lebar kerang A granosa ……. 200 27. Hasil Uji Beda Nyata kecepatan pertumbuhan kerang kerang

A. granosa jantan dan betina ……….. 201

28. Hasil Uji Beda Nyata persamaan pertumbuhan kerang kerang

A. granosa jantan dan betina ……….. 202

29. Hasil perhitungan LCCC mortalitas dan laju eksploitasi kerang jantan

dan betina ………. 203

30 Nisbah Kelamin kerang A. granosa ……….... 204

31. Persentase TKG kerang A. granosa jantan dan betina ………... 205 32. Persentase IKG kerang A. granosa jantan dan betina berdasarkan

waktu pengamatan dan zona ………... 205

33. Grafik hubungan IKG dengan TKG ………. 206

34. Ukuran pertama matang gonad kerang A. granosa jantan dan betina…... 207


(22)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan Teluk Lada merupakan bagian dari wilayah Selat Sunda yang merupakan selat yang dinamis, terletak di antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa dimana massa air Laut Jawa bercampur dengan massa air yang berasal dari Samudera Hindia. Luas perairan lebih kurang 8.138 km2 dan berbentuk seperti corong, bagian utara lebih sempit ( 24 km) dan lebih dangkal ( 80m), sedangkan bagian selatan memiliki lebar sekitar 100 km dengan kedalaman mencapai 1.575 m. Pada bagian selatan Selat Sunda perairannya sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan Samudera Hindia (Birowo 1983).

Berbagai sumberdaya mendiami wilayah ini, salah satunya adalah kelompok bivalvia yang dikenal sebagai kerang, yaitu kelompok terbesar kedua setelah gastropoda dari Phylum Moluska. Bivalvia yang hidup di air tawar maupun air laut umumnya sebagai microphagus atau suspension feeders. Kurang lebih 80% atau sekitar 8.000 spesies hidup di berbagai kedalaman pada semua lingkungan perairan laut dan sisanya di air tawar (Brusca dan Brusca 1990).

Bivalvia (Oyster, scallop, clam, cockle dan mussel) mempunyai potensi penting di Indonesia karena kenyataannya hampir semua spesies bivalvia dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia meskipun hanya beberapa yang bernilai ekonomis penting yaitu jenis kerang-kerangan dan tiram antara lain

Pinctada maxima, P. margaritifera, Mytilus edulis, Crassostrea sp. Anadara sp. dan Perna sp. Beberapa dari jenis tersebut menghasilkan mutiara bernilai jutaan rupiah sedangkan yang lainnya merupakan sumber protein hewani yang sangat penting terutama bagi penduduk yang mendiami daerah sekitar pesisir.

Selain sebagai sumber makanan, bivalvia laut biasanya digunakan untuk bahan dasar industri dan perhiasan juga sebagai sumber makanan beberapa spesies akuatik serta dapat mempengaruhi siklus energi (Paine 1996; Sahin et al. 2006). Famili Arcidae sangat melimpah di daerah tropis dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, khususnya untuk wilayah Indo-Pasifik (Broom 1985; Narasinham 1988).


(23)

Kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), kerang menyos (Barbatia decussata) dan kerang gelatik (Scaparca pilula) adalah kerang-kerangan jenis Anadara spp yang telah dikenal umum dan dimanfaatkan untuk kepentingan konsumsi.

Kerang darah A. granosa dari Famili Arcidaemempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, dagingnya enak dan sangat disukai oleh masyarakat, bahkan merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi masyarakat dan nelayan sekitarnya. Selain itu pemanfaatan sumberdaya ini telah dilakukan oleh berbagai sektor (Broom 1985). Sebagai sumber gizi kerang darah A. granosa, mengandung beberapa jenis lemak, vitamin,dan mineral serta asam amino (Setyono 2006). .

Di wilayah Teluk Lada jenis jenis moluska khususnya kerang yang biasa dieksploitasi adalah Anadara spp., Meretrix meretrix dan Tapes sp. Kerang kerang tersebut biasanya digunakan untuk konsumsi manusia. Eksploitasi kerang khususnya Anadara spp. dilakukan hampir setiap hari di Teluk Lada, dimana saat sumberdaya melimpah yaitu akhir musim barat hingga awal musim timur kurang lebih 100 orang nelayan menangkap kerang dengan hasil tangkapan masing-masing nelayan rata-rata kurang lebih 3 kg/orang/hari, bahkan pernah mencapai 5-7 kg/orang /hari dan saat sumberdaya mulai berkurang yaitu akhir musim timur hingga awal musim barat penangkapan dilakukan hanya oleh sekitar 6 orang nelayan dengan hasil tangkapan 2-3 kg/orang/hari (Daniri 2006).

Adanya tekanan terhadap lingkungan baik secara alami maupun karena berbagai kegiatan manusia dan industri khususnya tingkat aktifitas penangkapan yang tinggi yang kurang memperhatikan keberadaan populasi kerang Anadara, dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain terjadinya degradasi habitat dan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan pada aspek ekologi dan biologi kerang darah tersebut.

Terganggunya habitat dan penurunan kualitas lingkungan selain dapat menyebabkan penurunan populasi juga menyebabkan kecenderungan terjadinya penurunan ukuran maksimum kerang, dimana pada kondisi normal panjang cangkang kerang A. granosa berada dalam kisaran antara 3-6 cm bahkan menurut FAO (2004) dapat mencapai panjang 9 cm.


(24)

Beberapa penelitian A. granosa yang mengkaji faktor ekobiologis telah dilakukan , namun masih secara parsial antara lain : Distribusi (Mubarak 1987); Mortalitas dan produksi (Broom. 1985); Ultrastruktur dan spermatogenesis . (Suwanjarat 1999) ; Struktur dan histokimia (Kanchapangka, et al. 2002) ;; Variasi musiman indeks kondisi (Sahin, et al. 2006 ) ; Dinamika populasi (Amanda Stern and Mathias Wolft 2006); Kematangan gonad (Afiati 2007); Kandungan Chromium (Suprapti 2008); Hermaproditisme (Afiati 2007); Pertumbuhan (Jesaja dkk, 2009)

Masalah utama di negara tropis adalah kurangnya informasi tentang biologi dasar spesies bivalvia yang dieksploitasi (Richmon, 1999 in Mzigani 2005). Demikian juga halnya di Indonesia khususnya di perairan Teluk Lada Selat Sunda. Penelitian tentang beberapa aspek kerang Anadara yang terkait dengan aspek-aspek ekobiologi serta tingkat eksploitasinya masih sangat terbatas, sehingga potensi sumberdaya kerang tidak dapat diketahui dengan pasti.

Berdasarkan wawancara dengan Dinas Perikanan Provinsi Banten diketahui bahwa sampai saat ini belum ada pendataan moluska di wilayah Teluk Lada, sehingga tidak ada data tentang berapa besar tingkat eksploitasi atau produksi yang akurat, namun berdasarkan pengamatan di pasar oleh Dinas perikanan setempat khususnya untuk jenis Anadara dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan para nelayan bahwa hasil tangkapan dari tahun ke tahun cenderung menurun dan ukurannyapun kecil kecil . Dengan kondisi demikian diduga bahwa telah terjadi gangguan dari ekologi dan biologinya yang menyebabkan penurunan populasi kerang Anadara

di wilayah Teluk Lada.

Beberapa strategi pengelolaan dapat dikembangkan menggunakan spesies biologi mencakup karakteristik biologi reproduksi dari suatu spesies (Sahin et al

2006). Mengingat kerang Anadara adalah organisme yang mempunyai nilai ekologis dan ekonomis penting, maka beberapa informasi tentang aspek ekologis kaitannya dengan habitat dan sebarannya serta aspek biologi menyangkut tumbuh somatik dan reproduktifnya, juga tingkat eksploitasinya sangat dibutuhkan untuk mengetahui status populasinya dalam upaya pengelolaan


(25)

sumberdaya kerang Anadara tersebut agar keberadaan dan pemanfaatannya tetap berkelanjutan dan lestari.

1.2. Perumusan Masalah

Populasi kerang A. granosa di perairan Teluk Lada Selat Sunda diperkirakan telah mengalami penurunan dan keberadaannya terancam tidak berkelanjutan. Hal ini diduga karena adanya tekanan terhadap lingkungan baik secara alami atau karena aktifitas manusia salah satunya adalah aktifitas penangkapan kerang yang meningkat dan cenderung intensif yang dilakukan hampir setiap hari pada wilayah dan periode tertentu yang menyebabkan kerusakan habitat dan penurunan kualitas lingkungan.

Banyaknya tekanan yang diterima oleh suatu lingkungan menyebabkan fungsi lingkungan sebagai habitat untuk mendukung kehidupan sumberdaya biota menjadi tidak optimal. Jika kondisi tersebut dibiarkan terus menerus, maka secara langsung maupun tidak langsung akan menyebabkan pengaruh yang cukup serius khususnya terhadap populasi kerang darah A. granosa yang merupakan salah satu jenis moluska dari kelas Pelecypoda dan merupakan sumberdaya potensial baik dari segi ekologi maupun ekonomis khususya di Wilayah Teluk Lada Selat Sunda.

Terganggunya populasi kerang darah menyebabkan menurunnya produksi hasil tangkapan dan berdampak pula terhadap pendapatan serta kesejahteraan nelayan. Berkurangnya sumberdaya dalam suatu lingkungan, secara langsung maupun tidak langsung akan menyebabkan berkurangnya kepekaan sosial dari masyarakat pengguna, nelayan bahkan pembuat kebijakan. Jika rasa kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya dan lingkungan berkurang pada masyarakat berkurang, dapat dipastikan akan memperparah buruknya kualitas lingkungan bahkan dapat mempercepat punahnya sumberdaya kerang darah tersebut.

Kondisi yang saat ini dihadapi di Teluk Lada adalah populasi kerang yang semakin menurun, hal ini terlihat dari berkurangnya hasil tangkapan nelayan dari tahun ke tahun dengan ukuran kerang yang semakin mengecil, turunnya kualitas lingkungan karena limbah domestik dan industri, rusaknya habitat


(26)

mangrove, dan semakin meningkatnya aktifitas manusia serta pesatnya pembangunan di sekitar Teluk Lada.

Untuk mengantisipasi terjadinya masalah yang lebih serius, perlu dilakukan suatu pengelolaan melalui pendekatan aspek ekobiologi kerang, untuk mendapatkan indikator kunci yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan menentukan strategi pengelolaan sumberdaya kerang A. granosa agar tetap lestari dan berkelanjutan.

1.3. Kerangka Pemikiran

Populasi sumberdaya kerang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adanya gangguan habitat dan turunnya kualitas lingkungan baik yang disebabkan secara alami maupun karena aktifitas manusia. Adanya kegiatan penangkapan yang intensif akan mempengaruhi terhadap kerang dewasa (induk) dalam struktur populasi karena jaring penangkap kerang (garok) bersifat selektif. Pengaruh tersebut dapat menyebabkan gangguan baik terhadap habitat maupun terhadap sumberdaya yang selanjutnya berdampak pada penurunan populasi maupun penurunan ukuran maksimumnya, serta penurunan laju pertumbuhan dan rekrutmen. Rendahnya populasi menyebabkan produksi hasil tangkapan semakin berkurang. Kondisi ini dapat semakin memburuk karena rendahnya pendapatan nelayan serta kepekaan sosial, sehingga kepedulian terhadap konservasi sumberdaya dan lingkungan akan semakin menurun.

Untuk mengatasi permasalahan tentang ancaman terhadap habitat, pertumbuhan dan reproduksi kerang maka perlu dilakukan suatu penelitian yang terpadu mengenai faktor lingkungan, ekologi, biologi dan tentang aspek-aspek yang terkait dengan eksploitasi kerang tersebut.

Keberhasilan hidup kerang di alam sangat bergantung kepada kemampuan bertahan hidup dan mencapai umur reproduktif, kemudian melakukan reproduksi untuk menghasilkan individu baru sebagai penerus generasinya. Selama kondisi lingkungan mendukung dan fungsi pertumbuhan serta reproduksi masih dalam kondisi normal maka proses pertumbuhan dan reproduksi akan tetap berlangsung dengan baik, dan pendapatan nelayan juga baik.

Informasi komprehensif tentang indikator kunci dari aspek ekobilogi serta pemanfaatan kerang ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya


(27)

pengelolaan sumberdaya kerang agar tetap terjaga kelestariannya. Kerangka Alur Pikir Penelitian terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Alur Pikir Penelitian

Penurunan ukuran maksimum Tekanan

Lingkungan

Penurunan Populasi

Gangguan :

1. Habitat

2. Populasi Struktur Populasi

Eksploitasi

Pengelolaan sumberdaya kerang A. granosa

Rendahnya

1. Laju Pert um buhan

2. Rekrutm en

Beberapa Indikator : 1. Kesesuaian substrat 2. Distribusi ukuran 3. Kepadatan 4. Pola pertumbuhan 5. kecepatan tumbuh

6. Mortalitas dan laju eksploitasi 7. TKG

8.Ukuran pertama kali matang gonad

Ekobiologi : 1. Karakteristik habitat 2. Parameter pertumbuhan 3. Parameter reproduksi Rendahnya :

1. Pendapatan 2. Kepekaan sosial


(28)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji status ekobiologi kerang darah A. granosa sebagai dasar

pengelolaan di Teluk Lada Perairan Selat Sunda.

2. Mengkaji aspek pemanfaatan kerang darah A. granosa yang menentukan status populasi.

3 . Menentukan strategi pengelolaan sumberdaya kerang darah A. granosa yang aman dan lestari di Teluk Lada Perairan Selat Sunda.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu : a. Sebagai informasi tentang indikator penentu yang menyebabkan proses

laju penurunan pertumbuhan dan terjadinya perubahan ukuran kerang , sehingga untuk mencari solusi permasalahan dapat ditentukan indikator kunci sebagai penyebabnya.

b. Sebagai informasi tentang aspek ekologi, biologi yang mencakup pertumbuhan , reproduksi, mortalitas serta tingkat eksploitasi kerang darah (A. granosa) yang berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,

c. Merupakan konsep dasar strategi pengelolaan kerang darah (A. granosa) agar pemanfaatannya tetap berkelanjutan khususnya di Perairan Teluk Lada Selat Sunda dan menjadi model pengelolaan sumberdaya perairan pada umumnya,

d. Sebagai dasar penelitian selanjutnya khususnya tentang Molluska yang sampai saat ini masih sangat sedikit dibandingkan potensinya yang sangat besar.


(29)

1.6. Nilai Kebaharuan (Novelty)

.

Hasil penelitian menentukan indikator kunci variabel ekobiologi sebagai dasar penyusunan strategi pengelolaan sumberdaya kerang darah (A. granosa) yang ditentukan berdasarkan keterkaitan antar parameter dan prioritas permasalahan terkait populasi kerang A. granosa, walaupun konsep dasar ini masih perlu dikembangkan untuk menjadi suatu metode pengelolaan kerang lebih lanjut khususnya di Teluk Lada perairan Selat Sunda.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Umum Perairan Selat Sunda

Perairan Selat Sunda terletak di antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, merupakan pertemuan perairan Samudera Hindia dan Laut Jawa. Luas perairan lebih kurang 8.138 km2, berbentuk seperti corong, bagian utara lebih sempit (24 km) dan lebih dangkal (80 m), sedangkan bagian selatan memiliki lebar sekitar 100 km dan kedalaman mencapai 1.575 m (Birowo 1983). Karena sempit dan dangkalnya selat di bagian utara maka, pertukaran massa air antara laut Jawa dan Samudera Hindia kecil saja. Berdasarkan pola arus di daerah perairan ini, aliran air yang bergerak dari Laut Jawa ke arah Samudera Hindia bersifat dominan. Sementara pada bagian selatan Selat Sunda, perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan Samudera Hindia.

Perairan Selat Sunda dipengaruhi oleh angin musim tenggara dan musim barat laut. Angin musim tenggara terjadi pada bulan April sampai dengan September, sedangkan musim barat laut terjadi pada bulan Oktober sampai Maret. Bulan April sampai Mei angin cenderung bertiup dengan kecepatan 2-8 m/detik dari arah utara dan timur. Angin yang bertiup dari arah barat daya cenderung ke barat pada bulan Desember, sedangkan pada bulan Januari dari arah barat dan pada bulan Pebruari dari arah barat laut cenderung ke barat dengan kecepatan bervariasi antara 5-10 m/detik. (Birowo 1983). Selama musim barat umumnya gelombang cukup besar, yaitu bervariasi sekitar 0,5 m sampai 1,5 m, bahkan pada bulan Desember dan Januari dapat mencapai 1,5 m sampai 2 m. Sedangkan pada musim timur ketinggian gelombang biasanya antara 0,5 m sampai 1,0 m, bahkan bisa kurang dari 0,5 m pada bulan-bulan April, Mei dan Juni.

Pergerakan massa air di Selat Sunda merupakan kombinasi arus pasang surut dan arus musiman. Pada waktu-waktu tertentu arus perairan ini terasa kuat, akan tetapi sirkulasi air antara Laut Jawa dan Samudera Hindia lemah (0,5 x 10,6 m3/detik). Sepanjang tahun arah alirannya ke barat daya (Samudera Hindia), pada bulan Nopember arahnya kadang-kadang berubah ke timur laut, kecepatannya bervariasi sekitar 0,2 sampai 0,7 m/detik (Wyrtki 1961 dalam Amri 2000).


(31)

Salinitas pada lapisan permukaan perairan Selat Sunda umumnya berkisar antara 31,5-33,4 o/oo. Ada kecenderungan nilai ini meningkat dari perairan dekat

Laut Jawa ke arah Samudera Hindia. Menurut Hardenberg (1937) dalam Amri (2002) selama musim timur sedang berlangsung, air dengan salinitas tinggi mengalir dari Laut Flores masuk ke Laut Jawa dan keluar melalui Selat Gaspar, Selat Karimata dan Selat Sunda.

Pada musim barat, terjadi pengenceran massa air di Selat Sunda yang berasal dari air tawar dari muara-muara sungai di Sumatera bagian selatan dan Bangka sehingga salinitas menjadi rendah. Pada bulan Maret, pengaruh pengenceran salinitas selama musim barat berlangsung telah mereda. Pada bulan Maret, massa air yang berasal dari Laut Cina Selatan yang terdorong ke Laut Jawa sebagian membelok ke arah selatan melalui Pulau-Pulau Seribu masuk ke Selat Sunda (Berlage 1927 dalam Amri 2002).

Suhu lapisan permukaan Selat Sunda bervariasi antara 28,10-29,5 0C dengan kecenderungan meningkat dari selatan ke utara. Berdasarkan hasil pantauan satelit tahun 1994 diketahui bahwa rata-rata suhu permukaan laut Selat Sunda adalah 29,32 0C pada bulan Mei ; 30,01 0C pada bulan Juni; 29,19 0C pada bulan Juli; dan 27,28 0C pada bulan Agustus (Amri 2002 ). Suhu permukaan laut perairan Selat Sunda relatif tinggi pada musim peralihan dan akan lebih rendah pada musim barat dan timur. Rendahnya suhu pada musim timur disebabkan karena tingginya evaporasi, angin yang kuat dan kelembaban udara yang relatif rendah, sehingga mengakibatkan energi evaporasi lebih tinggi daripada radiasi matahari yang diterima, ini menyebabkan pendinginan permukaan laut. Rendahnya suhu di musim barat disebabkan oleh masukan air hujan dan masukan massa air tawar dari timur laut yang dingin (Birowo dan Uktolseja 1981).

2.2. Sistematika, Morfologi dan Anatomi kerang

a. Sistematika

Menurut Dance (1977) kerang darah dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut :


(32)

Phylum : Moluska

Kelas : Pelecypoda (Lamellibranchiata, Bivalvia) Subkelas : Fillibranchiata

Ordo : Eutoxodontia

Superfamili : Arcacea Famili : Arcidae Sub famili : Anadarinae Genus : Anadara Spesies : Anadara sp.

Bivalvia atau hewan berkatup dua ini disebut Pelecypoda (Yunani: pelecys = kapak; podos = kaki) dikenal juga sebagai Lamellabranchia. Kelas ini kebanyakan hidup dengan membenamkan diri dalam lumpur maupun pasir baik pada lingkungn perairan laut maupun tawar. Beberapa jenis bersifat merayap ataupun melekat pada batu, kayu, mangrove dan benda padat lainnya (Brusca dan Brusca 1990).

Identifikasi menurut Dharma (1992) genus Anadara memiliki spesies sebagai berikut : Anadara antiquata LINNAEUS, Anadara granosa LINNAEUS,

Barbatia decussata REEVE, dan Scaparcha (Cunearca) pilula REEVE. Menurut Dance (1977) kerang bulu diidentifikasikan sebagai Anadara multicostata

SOWERBY, Dharma (1992) mengidentifikasikan sebagai Anadara antiquata

LINNAEUS, sedangkan Vongpanich (1999) menyebutnya sebagai Anadara mozambica.

Menurut Food and Agriculture Organization , FAO (2004) A. granosa L. mempunyai beberapa nama sinonim antara lain : Arca (Tegillarca) granosa Linnaeus, 1758; Anadara bisenensis Shrenck & Reinhart, 1938; Anadara obessa Kotaka, 1953; Anadara granosa kamakurensis Noda, 1966.

Kerang A. granosa mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah, misalnya di Malaysia terkenal dengan nama “kerang”, di Thailand dengan sebutan ”Hoi kreng”, di Kanton (China) disebut ”Si-ham” dan orang Inggris menamakannya Mangrove cockle atau Blood cockle (Suwignyo et al. 1998). Sedangkan di Indonesia A. antiquata dikenal sebagai kerang bulu dan A. granosa


(33)

memiliki nama lokal kerang darah dan Scaparcha pilula disebut kerang gelatik (Dharma 1992).

Kerang A. antiquata di daerah Blanakan Subang Jawa Barat dikenal dengan sebutan kerang jawos, B. deccusata sebagai kerang menyos, S. pilula

sebagai kerang kikir sedangkan A. granosa sebagai kerang darah atau bukur. Sedangkan di Padang Sumatera Barat A. antiquata dikenal dengan nama “si ponggok” (Nurdin et al. 2006) dan di Jepang dikenal dengan nama Hai-gai” (FAO 2004). Genus Anadara distribusinya meliputi wilayah Australia, Jepang, India dan laut mediterrania. Dalam perikanan genus ini mempunyai peranan penting baik secara ekonomi maupun ekologi (Afiati 2007a).

a. Morfologi

Menurut Barnes (1987), Suwignyo et al. (1998) dan Pechenik (2000) kelas bivalvia atau pelecypoda memiliki karakteristik khas yaitu tubuh pipih lateral dan seluruh tubuhnya tertutup dua keping cangkang (bivalvia) yang berhubungan dengan bagian dorsal dengan adanya hinge ligament yang merupakan pita elastik terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk (chonchiolin).

Kedua keping cangkang ditautkan oleh otot aduktor (aduktor posterior dan aduktor anterior), pada cangkang terdapat bagian tertua yang disebut umbo dan batas umbo adalah sampai artikulasi garis umur pertumbuhan pertama. Cangkang moluska terbentuk dari deposit mineral kalsium karbonat dan berfungsi melindungi dari perubahan lingkungan dan serangan predator ( Beesley et al. 1998).

Dharma (1992) mengidentifikasikan bahwa bivalvia famili Arcidae memiliki ciri-ciri yaitu cangkang dengan bentuk segitiga, persegi panjang atau oval, memiliki rib-rib (penebalan seperti sirip pendek pada permukaan cangkang) arah radial yaitu dari pusat umbo sampai ke bagian tepi cangkang kerang.

Anadara dicirikan dengan tubuh yang berat dan tebal, cangkangnya dihiasi alur (garis radial) yang jelas dimana lembah alur yang terdapat pada sisi cangkang yang satu bertemu dengan puncak alur pada sisi yang lain (Dance 1977). A. granosa memiliki tubuh yang menggembung dan tebal dengan alur sebanyak 20 alur dengan rusuk yang tegas, kedua cangkang equilateral (umbo terletak diantara


(34)

posterior dan anterior) dengan panjang cangkang 3-6 cm. Sedangkan berdasarkan FAO (2004) maksimum panjang cangkang adalah 9 cm, tetapi umumnya sampai 6 cm. Untuk jenis B. dessucata panjang antara 4-6 cm dan jenis S. pilula

memiliki panjang 2-4 cm. Morfologi kerang A. granosa seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi Kerang A. granosa

(www.ency.tcv.pl/id/wiki/Berkas:anadara_granos)..

b. Anatomi

Tubuh kerang bilateral simetris, terlindung oleh cangkang kapur yang keras. Bagian cangkang terdiri atas bagian dorsal dan bagian ventral.

Pada bagian dorsal terdapat

1. Gigi sendi, sebagai poros ketika katup membuka dan menutup serta meluruskan kedua katup.

2. Ligament sendi, berfungsi menyatukan katup bagian dorsal dan memisahkan katup sebelah ventral.

3. Umbo, tonjolan cangkang di bagian dorsal.

Kalau dibuat sayatan memanjang dan melintang, tubuh kerang akan tampak bagian-bagian sebagai berikut :

1. Paling luar adalah cangkang yang berjumlah sepasang, fungsinya untuk melindungi seluruh tubuh kerang.

2. Mantel, jaringan khusus, tipis dan kuat sebagai pembungkus seluruh tubuh yang lunak. Pada bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang disebut sifon. Sifon atas berfungsi untuk keluarnya air, sedangkan sifon bawah sebagai tempat masuknya air.

3. Insang, berlapis-lapis dan berjumlah dua pasang. Dalam insang ini banyak mengandung pembuluh darah.


(35)

4. Kaki pipih, bila akan berjalan kaki dijulurkan ke anterior.

5. Didalam rongga tubuhnya terdapat berbagai alat dalam seperti saluran pencernaan yang menembus jantung, alat peredaran, dan alat ekskresi (ginjal).

Struktur anatomi kerang seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Anatomi Kerang (bivalvia) (www.answers.com/topic/bivalve)

2.3. Kandungan Gizi kerang

Kerang merupakan salah satu seafood yang populer karena kelezatan dan kandungan gizi kerang yang bermanfaat. Sama dengan ikan, kerang juga mengandung protein dan mikro mineral yang merupakan makanan sebagai sumber protein yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Manfaat kerang sebagai bahan makanan adalah sebagai sumber vitamin B12 (cobalamin), nutrisi penting bagi kesehatan kardiovaskular. Vitamin ini berperan dalam menjinakkan homosistein, zat kimia yang dapat merusak dinding pembuluh darah.

Menurut Setyono (2006) sebagai sumber gizi, kerang darah A. granosa L, mengandung lemak, vitamin,dan mineral, dan asam amino. Beberapa komponen


(36)

gizi kerang tersebut dalam komposisi 100 g porsi makanan, masing-masing seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Gizi kerang A.granosa dalam 100 g porsi makanan

Kandungan Gizi Komposisi

Lemak :

Asam lemak jenuh (saturated) . Asam lemak jenu (monounsaturated). Asam lemak tak jenuh (polyunsaturated). Kolesterol 0,149 g 0,107 g 0,104 g 85 mg Vitamin :

Vitamin C, asam ascorbic Thiamin Riboflavin Niacin Asam Pantothenic Vitamin B-6 Folate Vitamin B-12 Vitamin A Vitamin A, RE Vitamin E 2 mg 0,19 mg 0,10 mg 1,5 mg 3 mg 0,15 mg 5 mcg 0,73 mcg 5 IU 2 mcg_RE 4 mg_ATE

Asam Amino :

Tryptophan Threonine Isoleucine Leucine Lysine Methionine Cystine Phenylalanine Tyrosine Valine Arginine Histidine Alanine Asam Aspartic Asam Glutamic Glycine Proline Serine 0,192 g 0,736 g 0,744 g 1,204 g 1,278 g 0,386 g 0,224 g 0,613 g 0,547 g 0,747 g 1,248 g 0,328 g 1,034 g 1,650 g 2,326 g 1,070 g 0,698 g 0,766 g


(37)

2.4. Pertumbuhan

Pertumbuhan diartikan sebagai perkembangan yang mencakup suatu peningkatan besarnya organisme (Helm dan Bourne 2004). Sedangkan menurut Effendie (1992) pertumbuhan individu adalah pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam suatu ukuran waktu, dan pertumbuhan populasi adalah pertambahan jumlah individu.

Menurut Panggabean dan Kasijan (1997) ada dua laju pertumbuhan yang terjadi pada biota yaitu (1) pertumbuhan nisbi adalah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu awal interval, (2) pertumbuhan mutlak adalah perubahan ukuran baik berat ataupun panjang yang sebenarnya diantara dua umur atau dalam waktu satu tahun.

Pertumbuhan pada organisme dapat terjadi secara sederhana dengan peningkatan jumlah sel-selnya. Pertumbuhan dapat terjadi juga sebagai akibat peningkatan ukuran sel. Semua jaringan dan organ badan hewan ikut serta dalam pertumbuhan. Meskipun demikian semuanya tidak tumbuh dengan laju yang sama (Kimball 1983). Demikian pula halnya yang terjadi pada kerang, pertumbuhan dimensi cangkang tidak selalu sebanding dengan pertumbuhan berat kerang tersebut. Oleh sebab itu, kerang memiliki sifat pertumbuhan yang bervariasi baik isometri maupun allometri. Pada saat pertumbuhan dimensi cangkang sebanding atau konstan dengan pertumbuhan beratnya maka kerang tersebut mempunyai pertumbuhan yang bersifat isometri sedangkan pada saat pertumbuhan dimensi cangkang tidak sebanding dengan pertumbuhan beratnya maka kerang tersebut mempunyai pertumbuhan yang bersifat allometri (Gimin et al. 2004; Natan 2008).

Menurut Effendie (1992) secara umum pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi keturunan, jenis kelamin , umur, dan penyakit. Sedangkan faktor luar meliputi jumlah dan ukuran makanan yang tersedia di dalam perairan serta kualitas perairan. Laju pertumbuhan organisme perairan tergantung kepada kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan di dalam perairan.


(38)

Panjang berat merupakan dua komponen dasar dalam mempelajari biologi spesies pada tingkatan individu dan populasi. Hubungan panjang berat sangat penting untuk pendugaan yang tepat dan pengelolaan dalam perikanan, juga dapat digunakan untuk menduga bivalvia yang dieksploitasi secara intensif (Park and Oh 2002). Sedangkan Jamabo et al. (2009) menjelaskan bahwa hubungan panjang berat dari suatu organisme penting untuk mengetahui biologi perikanan dan dinamika populasi dan dapat digunakan untuk mengkonversi persamaan pertumbuhan dalam panjang terhadap pertumbuhan dalam berat melalui model pendugaan stok, pendugaan biomasa dari pengamatan panjang dan dari pendugaan kondisi organisme.

Semua parameter lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi juga distribusi. Variabel klorophyl a merupakan indikator biomassa fitoplankton yang diketahui sebagai sumber makanan bivalvia sangat tinggi berkorelasi dengan faktor kondisi. Semakin baik kondisi kerang merupakan indikator adanya akumulasi nutrient, khususnya kandungan glikogen dan protein serta untuk perkembangan gonad (Aldrich and Crowley 1986).

Salah satu parameter untuk mengetahui populasi secara lebih mendalam adalah pola pertumbuhan organisme tersebut. Data sebaran frekuensi panjang digunakan untuk penentuan kelompok ukuran dalam populasi, struktur populasi, ukuran pertama kali matang gonad, dan lamanya hidup. Sebaran data frekuensi panjang yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk pendugaan umur. Berdasarkan data panjang tersebut dapat ditentukan panjang kerang maksimum (L∞) dan kecepatan pertumbuhannya (K). Hubungan umur dengan panjang kerang dapat diduga melalui data komposisi panjang yang dapat dikonversi untuk mendapatkan data komposisi umur. Selanjutnya data komposisi umur digunakan dalam pendugaan parameter pertumbuhan (Sparre dan Venema 1999).

Menurut Broom (1982) kepadatan dan lamanya pemaparan (exposure) merupakan faktor utama yang mengontrol pertumbuhan A. granosa. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan adalah kemiringan dan temperatur. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa densitas yang lebih tinggi dan kemiringan yang lebih rendah akan menghambat pertumbuhan.


(39)

Beukema et al. (1977) in Broom (1982) melaporkan bahwa variasi kecepatan pertumbuhan (K) dari Macoma balthica di area intertidal Dutch Waddensea berkorelasi dengan lamanya waktu yang tersedia untuk makan dan tersedianya suplai makanan (dalam bentuk produksi dan biomassa mikroalgae benthik), sehingga pertumbuhan seringkali lebih cepat pada kemiringan yang tinggi dibandingkan dengan kemiringan yang rendah. Sedangkan Green (1973)

in Broom (1982) menemukan bahwa populasi M. balthica dari perairan Arktik tumbuh lebih cepat pada elevasi yang lebih besar dengan rata-rata temperatur yang tinggi.

Rendahnya kecepatan tumbuh (K) A. granosa di Sungai Buloh Malaysia, dikarenakan rendahnya elevasi. Hal ini diduga disebabkan oleh fluktuasi salinitas dan kekeruhan yang ekstrim pada daerah pasang surut yang dapat mengurangi waktu makan. Sedangkan untuk panjang kerang maksimum (L∞) ada peningkatan yang jelas sehubungan dengan penurunan densitas.

Kurva kecepatan pertumbuhan memberikan beberapa asumsi antara lain: penurunan elevasi tidak akan meningkatkan kecepatan waktu makan kerang, dan aktivitas metabolik akan membantu mempertahankan pertumbuhan dalam menghadapi tekanan lingkungan, tetapi ada juga kemungkinan bahwa penurunan kecepatan pertumbuhan secara cepat dengan tekanan lingkungan bukan dikarenakan oleh kematian organisme tetapi karena pengaruh faktor lain seperti tekanan panas (Broom 1982).

2.5. Karakteristik Biometrika Kerang

Biometrika adalah studi statistik terhadap kehidupan organisme dan masalah masalah biologis lainnya berdasarkan analisa data secara matematis (Palar 2004). Studi karakteristik biometrika mengacu pada pengukuran terhadap cangkang kerang yaitu panjang, lebar, tinggi dan tebal serta penimbangan terhadap berat total, berat basah jaringan lunak, dan berat kering jaringan lunak kerang (Gimin et al. 2004).

Pengukuran panjang dilakukan dari posterior ke anterior, pengukuran tinggi dilakukan dari sisi dorsal sampai ventral, sedangkan pengukuran tebal dilakukan antara sisi luar cangkang bagian kanan dan kiri. Sisi kanan atau kiri


(40)

dibedakan dengan cara meletakkan sisi dorsal ke hadapan kita dimana posisi ligamen di bawah umbo. Berdasarkan posisi tersebut tampak bahwa sisi sebelah kiri adalah cangkang sebelah kiri dan sisi sebelah kanan adalah cangkang sebelah kanan (Poutiers 1998). Penimbangan berat total kerang dilakukan dengan menimbang cangkang dan berat basah jaringan lunak kerang secara bersama-sama, penimbangan berat basah jaringan lunak dilakukan dengan menimbang jaringan lunak kerang yang sudah dipisahkan dari cangkangnya dan sudah dikeringkan kandungan airnya dengan menggunakan tissue (Gimin et al. 2004).

Studi biometrika ini digunakan untuk mengetahui sifat pertumbuhan kerang setelah mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan dan habitatnya. Studi ini mempunyai peranan penting dalam memprediksi seleksi model pada ciri-ciri morfologi yang secara khusus nampak selama perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh peristiwa genetika atau adanya tekanan lingkungan yang drastis (Wilbur 1984).

2.6. Faktor kondisi dan Indeks Kondisi

Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik suatu biota dilihat dari segi kapasitas fisik secara biologi untuk melakukan pertahanan hidup dan reproduksi. Faktor kondisi juga bisa menerangkan secara komersial, yaitu menunjukan arti kualitas dan kuantitas daging biota yang tersedia. Faktor kondisi merupakan derivat dari pertumbuhan relatif dan sebaran faktor kondisi biota yang tergantung pada ketersediaan makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad. Faktor kondisi relatif tidak cocok untuk membandingkan diantara populasi (Sahin et.al 2006).

Walne (1979) menyatakan bahwa perubahan-perubahan kondisi gonad ini dapat dinyatakan dalam suatu indeks kematangan gonad (IKG) yang menunjukan berat gonad di bagi dengan berat tubuh dikalikan 100%. Pada perkembangan gonad ke arah yang lebih matang akan menyebabkan volume dan berat gonad bertambah, sehingga nilai IKG akan meningkat. Indeks kondisi (IK) pada kerang digunakan untuk mengetahui tingkat kegemukannya sehingga dapat mengetahui kondisi biota yang sedang diteliti. bahwa kerang yang berasal dari alam mempunyai kencenderungan ukuran cangkang yang besar belum tentu menjamin besarnya jaringan lunak.


(41)

Perubahan dari indeks kondisi pada kerang dapat juga menggambarkan siklus pemijahan kerang tersebut. Kerang yang mempunyai indeks kondisi tinggi mengindikasikan bahwa kerang sedang berkembang organ reproduksinya dan siap untuk memijah. Setelah memijah kerang akan menjadi kurus tetapi pada akhirnya akan bertambah lagi beratnya untuk musim pemijahan berikutnya (Ramesha and Thippeswamy 2009). Menurut Imai (1971) yang mempengaruhi indeks kondisi adalah tempat, species, musim, lama perendaman pada saat pasang surut, dan waktu pemijahan. Indeks kondisi dari bivalvia menunjukkan variasi musiman, dan kondisi ini sangat berkaitan dengan suhu air, kecukupan makanan dan siklus gametogenesis. Pola indeks kondisi dapat menyatakan periode optimum untuk pemasaran dan periode yang tepat untuk pemanenan.

Timbulnya permasalahan dalam membandingkan indeks kondisi bivalvia pada beberapa penelitian sebelumnya dikarenakan tidak adanya metode standar yang dapat diterima. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode yang digambarkan oleh Bressan and Martin (Chen and Davenport 1987; Sahin et al. 2006 dan Yilzid et al. 2006 ).

2.7. Reproduksi

Pemahaman biologi reproduksi merupakan salah satu syarat penting untuk menduga kemampuan regenerasi dari stok alami dan menginterpretasikan pola pertumbuhan. Perbedaan tahap reproduktif dari siklus reproduksi dapat diketahui dengan pengamatan histologis. Rangkaian peristiwa dari siklus reproduksi pada invertebrata sangat kuat dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik maupun biologi, terbatasnya ruang gerak cenderung mempunyai musim pemijahan yang panjang dan kcepatan perkembangan gamet pada individu yang berbeda mempunyai respon yang spesifik terhadap faktor lingkungan (Baron 1992).

Siklus hidup kerang

Jenis kelamin pada A. granosa dapat dibedakan, sistem reproduksi hampir 96% diketahui bersifat gonochoristik , dan kurang lebih 4 % dapat bersifat hermaprodit. Tahap perkembangan pada larva bivalvia dikemukakan oleh Panggabean dan Kasijan (1997) adalah sebagai berikut :


(42)

1. Setelah terjadi fertilisasi, embrio berkembang menjadi trocophore. Tahap pertama pembentukan larva kerang ini disebut dengan “Straight-hunge” 2. Tahap perkembangan selanjutnya menjadi veliconcha. Tahap “straight-hinge”

(prodissoncoch I) biasanya muncul pada saat terbentuknya cangkang pada

veliconcha (prodissonchoh II).

Menurut Dharma (1992) trocophore merupakan stadium larva setelah telur menetas pada sebagian besar siput dan kerang yang hidup di air dan memiliki kemampuan untuk berenang sendiri, Sedangkan Hamada (1975) in Mubarak (1987) menyatakan bahw benthik bivalvia umumnya melekat pada substrat dengan byssus pada stadium larva, sedangkan yang dewasa bergerak hampir bebas tanpa menempel pada substrat dan genus Anadara mengikuti pola seperti ini.

Pada kerang A. granosa jantan spermatozooa merupakan tipe primitive, acrosome berada pada bagian ujung nucleus. Nukleus spherical terdiri dari chromatin granular dan menunjukan invaginasi pada bagian lubang posterior. Pada gonad normal jantan dewasa, menunjukkan variasi tahapan germinasi sel selama spermatogenesis. Ultrasruktur dari spermatogonia, spermatosit, spermatid dan sperma matang dapat umumnya teridentifikasi menggunakan mikroskop electron (Suwanjarat 1999).

Helm and Bourne (2004) menjelaskan bahwa perkembangan awal larva terjadi dalam mantel betina dan akan disempurnakan di lingkungan terbuka. Pembelahan meiosis telur pada fertilisasi mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid sebelum pro nuklei jantan dan betina bergabung membentuk zigot. Dua polar body dilepaskan selama pembelahan miosis dan mengindikasikan berhasilnya fertilisasi.

Pembelahan sel mulai dalam 30 menit setelah fertilisasi, sel dibagi kedalam dua tingkatan. Telur yang lebih berat dari air akan jatuh ke substrat dimana pembelahan sel akan dilanjutkan. Dalam 24 jam fertilisasi telur telah melewati tahapan blastula dan gastrula dan dalam waktu 24-36 jam telah berkembang menjadi trocophore yang bergerak. Trocophore berbentuk oval kurang lebih berukuran 60-80 mm dan mempunyai baris silia di sekitarnya dan pada bagian ujung terdapat flagel yang panjang yang membantu untuk berenang. Larva muda disebut sebagai straight-hinge, ‘D” atau tahap prodissoconch I.


(43)

Larva mempunyai 2 cangkang, sistem pencernaan yang lengkap dan organ yaitu velum bentuknya bulat melingkar dan dapat ditonjolkan dari antar cangkang, silia yang panjang membantu untuk berenang dan untuk mempertahankan diri dalam kolom air.

Larva akan terus berkembang disertai pertumbuhan umbo yaitu bagian yang menonjol pada cangkang dekat hinge. Selama larva tumbuh umbo menjadi lebih menonjol, dan larva berkembang menjadi tahap prodissoconch II yang mempunyai bentuk berbeda sehingga dapat dilakukan identifikasi larva dari spesies bivalvia yang berbeda sebagai plankton. Lama waktu tahap larva bervariasi tergantung spesies juga faktor lingkungan seperti temperatur (Helm and Bourne 2004). Siklus hidup bivalvia secara umum terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Siklus Hidup Bivalvia (Helm and Bourne 2004)

Jenis kelamin dan sifat hermaprodit

Jenis kelamin pada A. granosa dapat dibedakan, hampir 96% sistem reproduksi diketahui bersifat gonochoristik dan kurang lebih 4 % dapat bersifat hermaprodit. Broom (1983) menemukan bukti hermaprodit hanya satu individu dari sebanyak 300 specimen yang diuji.

Baik kerang A. granosa maupun A. antiquata bersifat dioceous, namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Afiati (2007a) di Pantai Wedung Demak, Pantai Tapak Semarang dan Bandengan Jepara Jawa Tengah bahwa sifat hermaprodit untuk A. granosa juga ditemukan walaupun hanya sebesar 1,43% (6


(44)

Sedangkan untuk A. antiquata dari Bandengan lebih rendah yaitu 0,84% (3 dari 356 individu) dengan tipe hermaprodit protandri, yaitu pada kerang terjadi satu kali perubahan kelamin dalam siklus hidupnya yaitu dari jantan berubah menjadi betina.

Di Wedung dan Bandengan rasio jantan dan betina masing-masing adalah 1,49:1 dan 1,47:1 sedangkan di Tapak 0,76:1. Dari seluruh populasi terdapat perbedaan signifikan dari rasio 1:1, hanya ketika A. granosa mencapai panjang cangkang 30-35 mm rasio kelamin mencapai 1:1. Sedangkan untuk A. antiquata rasio 1:1 pada ukuran yang lebih panjang yaitu 40-45 mm. Di Wedung dan Bandengan diketahui jumlah jantan selalu lebih besar dari yang betina, sedangkan di Tapak ditemukan bahwa populasi betina lebih banyak daripada jantan (Afiati 2007a).

Selama 4 tahun pengamatan di India Narasinham (1988) tidak menemukan sifat hermaprodit pada A. granosa dari sebanyak 4200 individu dan rasio kelaminnya 1:1, dan dari data yang diperoleh diketahui bahwa untuk individu matang berukuran relatif kecil berkisar antara 22-28 mm. Sedangkan presentase hermaprodit antara bivalvia juvenil sangat tinggi, contohnya untuk bivalvia

Venerupsis decussata (L) sebanyak 23%, 44% untuk Venus striatula (da Costa) dan 75% untuk Glycimeris (L) , namun tidak dilaporkan apakah juvenil juvenil tersebut dapat hidup menjadi dewasa.

Pada sebagian besar bivalvia kematangan seksual tergantung pada ukuran, dan ukuran saat matang seksual tergantung pada spesies dan sebaran geografiknya (Helm and Bourne 2004). Kerang A. granosa memijah dari bulan Agustus sampai Februari dan mulai matang pada umur 1 atau 2 tahun. Satu betina dapat menghasilkan 518.400 – 2.313.000 (FAO 2004 ).

Pengamatan panjang pertama kali matang gonad dan periode pemijahan merupakan syarat mendasar dalam upaya perlindungan keberlanjutan penangkapan stok. Hasil yang pasti dapat diketahui melalui pengamatan histologis, namun sangat tidak mungkin mendeterminasi pada periode permulaan dari perkembangan gonad ( Sahin et al. 2006).

Penelitian tentang reproduksi kerang A. granosa yang dilakukan oleh Pathansali (1966) di Malaysia menunjukkan kerang ini mencapai kematangan


(45)

seksual pada ukuran panjang anterior posterior 18-20 mm, untuk umur tidak pasti, namun diperkirakan kurang dari satu tahun yaitu ketika umurnya mencapai sekitar 6-7 bulan. Gonadnya mulai berkembang pada ukuran terkecil 15-16 mm.

Breeding terjadi sepanjang tahun tetapi puncak musimnya terjadi pada bulan-bulan tertentu dimulai bulan-bulan Mei atau Juni.

Perkembangan gonad mencapai maksimum pada bulan Juli atau Agustus. Selanjutnya puncak pemijahan terjadi pada akhir Agustus dan September, sebelumnya telah terlihat juga pemijahan pada bulan Juni. Jumlah gonad yang dewasa dan matang sangat banyak selama puncak musim breeding dan bertambah terus sampai maksimum sesaat sebelum tercapai puncak pemijahan . Spat berukuran 1 mm ditemukan dari akhir Juni sampai akhir November dengan jumlah terbanyak pada bulan September dan Oktober. Kepadatan spat bervariasi dari tahun ke tahun dan dari hamparan yang satu ke hamparan yang lain. Variasi ini dapat disebabkan karena ukuran pupulasi yang mengalami breeding atau faktor-faktor alam yang mempengaruhi kerang secara langsung yaitu mengurangi fekunditas, atau secara tidak langsung misalnya adanya perubahan pola arus di pantai (Broom 1985).

Gonad kerang terletak diantara kelenjar pencernaan dan usus (Broom 1985). Larva terdapat di perairan sepanjang tahun, tetapi jumlahnya terbesar selama puncak musim breeding. Hubungan antara spat-fall dan stocking sangat jelas. Kurangnya spat-fall akan diikuti oleh rendahnya stock pada tahun berikutnya dan sebaliknya. Eksploitasi yang tinggi menyebabkan mengecilnya ukuran populasi yang mengalami breeding, diikuti dengan penurunan kapadatan larva dan spat-fall dan akhirnya berkurangnya populasi kerang pada tahun berikut. Broom (1983) mempelajari perkembangan gonad dan pemijahan A granosa (L) di pantai barat Malaysia barat antara bulan September 1977 dan November 1978, dan mengasumsikan bahwa perubahan kondisi, yaitu perbandingan berat kering dan berat basah jaringan tubuh menunjukkan aktifitas pemijahan. Dalam keadaan biasa rasio berat kering dan basah berkisar antara 0,16 sampai 0,18 mg. Dalam keadaan memijah angka ini dapat turun sampai 0,14 mg. Ini terjadi pada bulan Oktober dan September 1977 dan 1978. Juga terjadi pada bulan Mei dan Juni 1978. Dikatakan juga bahwa gonad tidak mulai


(46)

berkembang sampai ukuran panjangnya 17.5 mm dan memijah pertama kali terjadi pada ukuran panjang 24 sampai 25 mm.

Pathanshali (1966) in Mubarak (1987) menambahkan bahwa spat fall

kerang A. granosa terjadi sepanjang tahun dan konsentrasi terbesar selalu pada substrat lumpur halus. Sedangkan konsentrasi spat fall terkecil ditemukan pada area terbuka dekat ombak dengan substrat lumpur berpasir.

Menurut Kastoro (1988) beberapa kriteria tingkat kematangan perkembangan gonad kerang bulu (A. antiquata) adalah sebagai berikut :

1. Stadium ”developing” ditandai dengan gonad sedang berkembang, rongga folikel relatif kecil, berisi sel-sel gamet yang relatif belum matang (oocyt/spermatocyt) atau terdapat pula gamet yang matang tapi dalam persentase yang kecil,

2. Stadium ”Ripe” yaitu stadium matang, dimana folikelnya besar dan hampir seluruh ronga folikel terisi oleh sel telur atau sperma.

3. Stadium ”Spent” yaitu stadium dimana sebagian atau seluruh sel telur atau sperma telah dikeluarkan, folikel tampak menjadi kecil, pada betina masih nampak sisa telur.

4. Stadium ”Neutral” yaitu stadium dimana folikel sudah sangat kecil dan sukar dibedakan antara jantan dan betina.

Berdasarkan pengamatan histologis kerang bulu di Perairan gugus pulau Pari menunjukkan bahwa A. antiquata memijah sepanjang tahun. Selama jangka waktu pengamatan pada April 1976 – Maret 1977 memperlihatkan pemijahan sempurna terjadi pada bulan April stadium spent 100 %, bulan Mei terjadi penurunan menjadi 96,67% dengan stadium ripe sebesar 3,33%.

Pada bulan Juni terdapat stadium spent (75,87%) dan stadium neutral

(24,13%). Kemudian terjadi lagi peningkatan pada bulan Juli stadium spent

(86,96%) dan ripe (13,04%). Pada bulan Agustus terlihat stadium developing (10 %) hingga November (17%) dan bulan Februari terjadi penurunan kembali

spent (76,66%).

Penelitian Broom (1983) yang dilakukan pada bulan September dan November 1977 terhadap kerang A. granosa, pada gonad betina ditemukan adanya penyakit, ada pula gonad yang sudah matang dan ditemukan pula gonad


(1)

Lampiran 28. Hasil uji beda nyata persamaan pertumbuhan kerang jantan dan

Betina

Jant an

Regression St at ist ics

M ult iple R 0.759689 R Square 0.577127 Adjust ed R

Squar e 0.576995 St andar d

Error 1.333938 Observat ions 3222

ANOVA

df SS M S F

Significance

F F t abel

Regression 1 7819.662 7819.662 4394.573 0 3.844348 Residual 3220 5729.637 1.779391

Tot al 3221 13549.3

Coefficient s St andard Error t St at P-value Low er 95% Upper 95% Low er 95.0% Upper 95.0%

Int ercept -4.43886 0.122597 -36.207 4E-241

-4.679233274 -4.19848 -4.67923 -4.19848

X Variable 1 0.516316 0.007789 66.29158 0 0.501044894 0.531587 0.501045 0.531587

F hit ung > F t abel : Tolak Ho t au berbeda nyat a Bet ina

Regression St at ist ics M ult iple R 0.82318 R Square 0.677626 Adjust ed R

Square 0.67754 St andard Error 1.565273 Observations 3742

ANOVA

df SS M S F Significance F F t abel

Regression 1 19261.12 19261.12 7861.424 0 3.843946

Residual 3740 9163.302 2.450081

Tot al 3741 28424.42

St andard

Error t St at P-value Low er 95% Upper 95% Low er 95.0% Upper 95.0%

Int ercept -6.09062 0.117376 -51.8896 0 -6.320746045 -5.86049 -6.32075 -5.86049 X Variable 1 0.636363 0.007177 88.66467 0 0.62229146 0.650435 0.622291 0.650435


(2)

Lampiran 29. Hasil perhitungan LCCC

Mortalitas alami (M), penangkapan (F) dan total (Z)

a.

Kerang

A. granosa

jantan


(3)

Lampiran 30. Nisbah Kelamin kerang

A. granosa

a.

Berdasarkan waktu pengamatan

Jenis

Kelamin

Juli

Bulan

Agustus September Oktober November Desember

Jantan

475

797

721

532

374

323

Betina

597

908

777

694

389

377

J/B

0.80

0.88

0.93

0.77

0.96

0.9

b.

Berdasarkan selang kelas ukuran

Selang Kelas

Frekwensi

Jantan

Betina

4.01-7.01

30

52

7.02-10.02

77

61

10.03-13.03

388

422

13.04-16.04

1679

1736

16.05-19.05

754

952

19.06-22.06

216

329

22.07-25.07

29

92

25.08-28.08

36

59

28.09-31.09

6

21

31.10-34.10

7

12

34.11-37.11

0

4

37.12-40.12

0

1

40.13-43.13

0

1

Jumlah

3222

3742

Nisbah Kelamin

1

1.161


(4)

Lampiran 31. Persentase TKG kerang

A. granosa

jantan dan betina

Jantan

TKG Jum lah (Ind) %

I 1565 50

II 773 25

III 761 24

IV 45 1

Betina

TKG Jum lah (ind) %

I 1632 44

II 853 23

III 1118 31

IV 81 2

Lampiran 32. Persentase IKG kerang

A. granosa

jantan dan betina berdasarkan

waktu pegamatan dan zona

Jant an

Juli Agust us Sept em ber Okt ober Novem ber Desem ber

Zona 1 0.254858 0.271786 0.31424488 0.52411 0.3630204 0.3060005 Zona 2 0.164369 0.423998 0.12692723 0.3419 0.1483325 0.1607302 Zona 3 1.032671 0.128103 0.63141193 0.74634 0.4941942 0.3617509 Zona 4 0.148965 0.284697 1.19658665 0.39095 0.1488662 0.4087199 Zona 5 0.27145 0.290744 1.14408701 0.32508 0.1859472 0.2167825

Bet ina St dev

Juli Agust us Sept em ber Okt ober Novem ber Desem ber

Zona 1 0.274903 0.252155 0.41559346 0.46466 0.3137064 0.3778896 Zona 2 0.162474 0.498933 0.1223914 0.38081 0.2382382 0.1531002 Zona 3 0.221951 0.179699 0.91769536 0.51019 0.386691 0.7991111 Zona 4 0.457081 0.257095 1.0611683 0.41906 0.1774139 0.3370516 Zona 5 0.168934 0.316029 0.29116484 0.21464 0.1855425 0.2297734


(5)

Lampiran 33.

Grafik hubungan TKG dengan IKG

Jantan


(6)

Lampiran 34. Ukuran pertama matang gonad kerang

A. granosa

jantan dan betina

a.

Jantan

selang kelas Nt LOG Nt

(Xi) fi (Ni) MG (Nb) Nb/Ni (Pi) X(i+1)-Xi

1-Pi(Qi) Pi*Qi Ni-1

Pi*Qi/ Ni-1

4.01-7.01 5.51 0.7412 30 0 - 0.1893 1.0000 - 29 -

7.02-10.02 8.52 0.9304 77 0 - 0.1314 1.0000 - 76 -

10.03-13.03 11.53 1.0618 388 0 - 0.1007 1.0000 - 387 -

13.04-16.04 14.54 1.1626 1679 0 - 0.0817 1.0000 - 1678 -

16.05-19.05 17.55 1.2443 754 512 0.6790 0.0687 0.3210 0.2179 753 0.0003

19.06-22.06 20.56 1.3130 216 216 1.0000 0.0593 - - 215 -

22.07-25.07 23.57 1.3724 29 29 1.0000 0.0522 - - 28 -

25.08-28.08 26.58 1.4246 36 4 0.1111 0.0466 0.8889 0.0988 35 0.0028

28.09-31.09 29.59 1.4711 6 0 - 0.0421 1.0000 - 5 -

31.10-34.10 32.6 1.5132 7 0 - 0.0384 1.0000 - 6 -

34.11-37.11 35.61 1.5516 0 0 0.0352 1.0000 -

37.12-40.12 38.62 1.5868 0 0 0.0326 1.0000 -

40.13-43.13 41.63 1.6194 0 0

Jumlah 2.7902

Rata-rata 0.0732

b.

Betina

selang kelas Nt LOG Nt

(Xi) fi (Ni) MG (Nb) Nb/Ni (Pi)

X(i+1)-Xi 1-Pi(Qi) Pi*Qi Ni-1

Pi*Qi/ Ni-1

4.01-7.01 5.51 0.7412 52 0 - 0.1893 1.0000 - 51 -

7.02-10.02 8.52 0.9304 61 0 - 0.1314 1.0000 - 60 -

10.03-13.03 11.53 1.0618 422 0 - 0.1007 1.0000 - 421 -

13.04-16.04 14.54 1.1626 1736 0 - 0.0817 1.0000 - 1735 -

16.05-19.05 17.55 1.2443 952 680 0.7143 0.0687 0.2857 0.2041 951 0.0002

19.06-22.06 20.56 1.3130 329 329 1.0000 0.0593 - - 328 -

22.07-25.07 23.57 1.3724 92 92 1.0000 0.0522 - - 91 -

25.08-28.08 26.58 1.4246 59 17 0.2881 0.0466 0.7119 0.2051 58 0.0035

28.09-31.09 29.59 1.4711 21 0 - 0.0421 1.0000 - 20 -

31.10-34.10 32.6 1.5132 12 0 - 0.0384 1.0000 - 11 -

34.11-37.11 35.61 1.5516 4 0 0.0352 1.0000 -

37.12-40.12 38.62 1.5868 1 0 0.0326 1.0000 -

40.13-43.13 41.63 1.6194 1 0

Jumlah 3.0024