30
yang berarti lebih dari 50 dari potensi lestarinya. Jika di bandingkan dengan kedua lokasi tersebut laju eksploitasi diperairan Mundu lebih besar dari pada
Bondet. Hal ini diduga bahwa laju penangkapan di perairan Bondet disebabkan oleh peningkatan waktu penangkapan effort yang dilakukan nelayan setiap harinya
belum berlangsung secara intensif jika dibandingkan dengan perairan Mundu yang berlangsung intensif dan berlangsung lama. Hasil ini menyatakan bahwa eksploitasi
dengan skala besar menyebabkan populasi didominasi oleh kerang dengan ukuran panjang cangkang lebih kecil dengan pertumbuhan yang lebih cepat dan
mempengaruhi hasil tangkapan yang semakin menurun. Nilai ini juga menguatkan indikasi adanya tekanan penangkapan yang tinggi terhadap stok kerang darah
diperairan Bondet dan Mundu. Nilai mortalitas penangkapan dipengaruhi oleh tingkat eksploitasi semakin tinggi di suatu daerah maka mortalitas penangkapannya
semakin besar. Tingkat laju mortalitas penangkapan dan menurunnya laju mortalitas alami
juga dapat menunjukan dugaan terjadinya kondisi growth overfishing yaitu sedikitnya jumlah kerang tua karena kerang muda tidak sempat tumbuh akibat
tertangkap sehingga tekanan penangkapan terhadap stok tersebut seharusnya dikurangi hingga mencapai kondisi optimum yaitu laju mortalitas penangkapan
sama dengan laju mortalitas alami.
4.4. Aspek Reproduksi
4.4.1. Rasio kelamin
Sampai saat ini belum ada informasi tentang penentuan jenis kelamin kerang jantan maupun betina melalui ciri morfologi maupun melalui ciri seksual sekunder.
penentuan jenis kelamin yang selama ini dilakukan melalui pembedahan. Cara penentuan jenis kelamin dengan pembedahan akan membahayakan hewan tersebut,
bahkan sering mendatangkan kematian. Hasil pengamatan terhadap kerang darah A. granosa menunjukan bahwa kerang darah bersifat dioeseus dimana kelamin
jantan dan betina terpisah. Perbandingan jumlah jantan dan betina disebut rasio kelamin. Selama tiga
bulan pengamatan di perairan Bondet diperoleh kerang darah sejumlah 178 ekor kerang darah yang terdiri dari 92 ekor jantan dan 86 ekor betina, sedangkan di
31
perairan Mundu diperoleh 68 ekor kerang darah yang terdiri dari 32 ekor jantan dan 36 ekor betina. Selama pengamatan di perairan Bondet, jumlah tangkapan kerang
darah jantan lebih banyak dibandingkan kerang darah betina, sedangkan di perairan Mundu jumlah tangkapan kerang darah jantan lebih sedikit dibandingkan kerang
darah betina. Rasio kelamin kerang darah A. granosa selama penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rasio kelamin berdasarkan waktu pengamatan
Lokasi Bulan
Jumlah kerang darah ekor Rasio
Kelamin Jantan
Betina Total
Bondet April
22 24
46 0,92 : 1
Mei 65
55 120
1,18 : 1 Juni
5 7
12 0,71 : 1
Mundu April
30 29
59 1,03 : 1
Mei Tidak
ditemukan Tidak
ditemukan Tidak
ditemukan −
Juni 2
7 9
0,29 : 1
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rasio kelamin antara jantan dan betina di perairan Bondet pada pengamatan bulan April sebesar 0,92:1 pada pengamatan
bulan Mei sebesar 1,18:1 dan pada pengamatan bulan Juni sebesar 0,71:1. Sementara diperairan Mundu rasio kelamin jantan dan betina pada pengamatan
bulan April sebesar 1,03:1 dan pada pengamatan bulan Juni sebesar 0,29:1. Jika dilihat berdasarkan pengamatan rasio kelamin tidak terlalu jauh perbedaannya antara
kelamin jantan dan betina, namun pada pengamatan pada bulan Juni di perairan Mundu terjadi perbedaan signifikan antara kerang darah jantan dan betina.
Penyimpangan rasio kelamin kerang darah A. granosa jantan dan betina diduga karena upaya penangkapan yang tidak seimbang terhadap jenis kelamin dan pola
tingkah laku bergerombol antara kerang darah jantan dan betina. Berdasarkan uji Chi-square terhadap kerang darah kelamin jantan dan betina berdasarkan waktu
pengamatan menunjukan rasio kelamin kerang darah di kedua lokasi baik diperairan Bondet maupun Mundu berada dalam kondisi seimbang X
2 hit
X
2 tab df-1
pada taraf
32
95 Lampiran 4. Rasio kelamin kerang darah A. granosa selama jantan dan betina berdasarkan lokasi pengamatan disajikan pada Gambar 8.
Perairan Bondet Perairan Mundu
Gambar 8. Rasio Kelamin kerang darah A. granosa Jantan dan Betina berdasarkan lokasi pengamatan
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa jika dibandingkan antara kedua lokasi penelitian, maka presentase kerang jantan di perairan Bondet lebih besar yaitu
52 dari jumlah total, sedangkan persentase kerang darah betina sebesar 48. Semetara dari perairan Mundu persentase kerang jantan sebesar 47 lebih kecil dari
persentase kerang betina yaitu sebesar 53 Gambar 8. Hasil perhitungan menunjukan bahwa rasio kelamin antara kerang betina dan jantan untuk perairan
Bondet adalah 1,07:1; sedangkan untuk kerang darah di perairan Mundu memiliki rasio kelamin 0,89:1. Berdasarkan uji Chi-square untuk total terhadap kerang darah
secara keseluruhan contoh kerang darah yang diamati selama bulan April 2011 hingga Juni 2011 tersebut pada taraf 95 menunjukan rasio kelamin kerang dari
kedua lokasi penelitian berada dalam kondisi seimbang X
2 hit
X
2 tab df-1
dari pola 1:1 atau rasio kelamin seimbang. Pernyatan tersebut juga pernah dinyatakan oleh
Marliana 2010. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan rasio kelamin antar lokasi pengamatan. Kondisi ini berarti bahwa setiap induk kerang memiliki
pasangan masing masing dan diprediksi akan menjamin keberhasilan fertilitasi pada saat pemijahan dengan syarat bahwa kondisi makanan dan lingkungan menunjang
proses ini.
jantan 47
betina 53
jantan 52
betina 48
33
Tekanan penangkapan pada saat operasi juga dapat mempengaruhi pada hasil tangkapan, terutama pada perbandingan jantan dan betina. Pada saat melakukan
penangkapan kerang darah yang tertangkap sebagian besar berjenis kelamin jantan maka rasio kelamin lebih dari 1, selanjutnya jika hasil tangkapan dominan berjenis
kelamin betina maka rasio kelamin kurang dari 1. Secara ideal perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Namun pada kenyataan di alam perbandingan antara
jantan dan betina tidaklah mutlak. Hal ini disebabkan oleh pola tingkah laku, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhan, pola distribusi yang disebabkan oleh
ketersedian makanan, kepadatan populasi, keseimbangan rantai makanan, kepadatan polulasi Effendie 2002. Selain itu, adanya perbedaan jumlah penangkapan serta
keberadaan kerang darah itu sendiri di perairan juga dapat berpengaruh pada hasil tangkapan dan komposisi hasil tangkapan kerang darah tersebut. Komposisi antara
jantan dan betina dapat digunkan untuk menduga keberhasilan pemijahan dengan melihat kesimbangan jumlah antara jantan dan betina di suatu perairan.
4.4.2. Tingkat kematangan gonad TKG