xxiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persepsi
Persepsi menurut David Krech dalam penelitian Sopiati 2008 menyatakan bahwa :
“Persepsi adalah proses pemberian arti Cognitive terhadap lingkungan oleh seseorang. Karena setiap orang memberi arti
kepada stimulus, maka individu yang berbeda akan melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda.”
Para Suraman dalam penelitian Sopiati 2008 mengemukakan bahwa : “Persepsi adalah kesan yang diperoleh dari hasil penangkapan
panca indra seseorang terhadap suatu figur, kondisi atau masalah tertentu. Persepsi menjadi maslah yang penting karena pada
hakekatnya seseorang
melakukan hal-hal
tertentu bukan
berdasarkan kenyataan yang ada melainkan berdasarkan persepsi terhadap hal yang bersangkutan.”
Philip Kottler menyatakan bahwa : “Persepsi merupakan proses seseorang individu memilih,
mengorganisir, menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan sebuah gambaran yang bermakna tentang dunia.”
Herder menyatakan bahwa “Persepsi individu dapat memotivasi perilakunya lebih lanjut. Jika obyek persepsi yang dinilainya
menyenangkan maka prilakunya terhadap obyek tersebut positif. Sebaliknya, obyek persepsi yang dinilainya tidak menyenangkan maka
prilakunya cenderung negatif.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
aktivitas seorang yang sekaligus juga makhluk individual dengan cara mengindera, mengintegrasikan, dan memberikan penilaian terhadap
xxiv obyek-obyek fisik maupun obyek sosial yang dapat bersifat positif
negatif senang atau tidak senang, yang dapat memotivasi prilaku individual menjadi positif atau tidak.
B. Dasar-Dasar Perpajakan
1. Pengertian pajak secara umum.
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan
pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna bagi kepentingan bersama. Pengertian pajak yang dikemukakan P.J.A.Andiani yang telah
diterjemahkan oleh R.Santoso Brotodiharjo dalam penelitian Yusronillah 2006
“Pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Sedangkan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya, antara lain : pengertian pajak menurut N.J.Feldman.
“Pajak adalah pretasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum, tanpa
adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
xxv Dan pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro.
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal
balik kontraprestasi yang berlangsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran secara umum.”
Kemudian definisi pajak yang dikemukakan oleh S. I. Djajadiningrat.
“Pajak adalah sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum”.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment Resmi, 2008 5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeteir, yaitu mengatur.
2. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgeteir sumber keuangan Negara dan fungsi regulerend mengatur.
a. Fungsi budgeteir penerimaan.
xxvi Pajak mempunyai fungsi budgeteir artinya Pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
b. Fungsi regulerend mengatur. Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar
bidang keuangan.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa system pemungutan, yaitu: official assessment system, self assessment system, dan with holding
system. a.
Official Assessment System Suatu system pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
yang berlaku. Dalam system ini, inisiatif dan kegiatan menghitungserta memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur pajak
peranan dominan ada pada aparat pajak. b.
Self Assessment System Suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
xxvii Dalam sisitem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan
pemungutan pajak berada ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan perpajakan
yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu,
wajib pajak diberi kepercayaan untuk : 1. Menghitung sendiri pajak yang terutang.
2. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang. 3. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang.
4. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. 5. Mempertanggung jawabkan jumlah pajak yang terutang.
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri peranan dominant ada pada wajib
pajak. c.
With Holding System Suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden dan peraturan
lainnya. Berhasil tidaknya pelaksaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk Resmi, 2003:11.
xxviii
4. Tarif Pajak
1. Tarif tetap. Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa
pun besarnya dasar pengenaan pajak. 2. Tarif Proporsional sebanding
Tarif proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya.
3. Tarif Progresif meningkat Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang
semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasr pengenaan pajak. Tarif proporsional dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Tarif Progresif-Proporsional,
merupakan tarif
berupa persentase
tertentu yang
semakin meningkat
dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase
tersebut adalah tetap. b. Tarif Progresif-Progresif, merupakan tarif berupa persentase
tertentu yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase tersebut juga
semakin meningkat. c. Tarif Progresif-Degresif, merupakan tarif berupa persentase
tertentu yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, tetapi kenaikan persentase tersebut semakin
menurun.
xxix 4. Tarif Degresif menurun
Tarif degresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.
5. Jenis Pajak
Terdapat berbagai macam jenis pajak yang dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut
sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya. 1. Menurut Golongannya
a. Pajak langsung, adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan
kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak bersangkutan. Contoh : PPh dibayar
oleh pihak tertentu yang memperoleh penghasilan. b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan,
peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh : PPN,
pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara
eksplisit maupun secara implicit dimasukkan dalam harga jual barang atau jasa.
2. Menurut sifatnya.
xxx a. Pajak
Subyektif, adalah
pajak yang
pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau
pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subyeknya. Contoh : PPh. Dalam PPh terdapat subyek pajak wajib pajak
orang pribadi. Pengenaan pajak penghasilan untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak.
Keadaan pribadi wajib pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak.
b. Pajak Obyektif,
adalah pajak
yang pengenaanya
memperhatikan pada obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subyek pajak wajib pajak maupun tempat tinggal.
Contoh : PPN dan PPnBM, PBB. 3. Menurut Lembaga Pemungutannya
a. Pajak Negara pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga Negara pada umumnya. Contoh PPh, PPN dan PPnBM, PBB.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing- masing. Contoh Pajak Daerah tingkat I Propinsi : Kendaraan
xxxi Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Tanah, Pajak Izin Penangkapan Ikan di Wilayahnya. Contoh Pajak Daerah Tingkat II Kabupaten Kotamadya :
Pajak Pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan, Pajak atas reklame, Pajak Anjing, dan lain-lain.
6. Pungutan Lain Selain Pajak.
Selain Pajak, ada beberapa pungutan lain yang mirip dengan pajak tetapi mempunyai perlakuan dan sifat berbeda dengan pajak,
yang dilakukan oleh Negara terhadap rakyatnya. Pungutan tersebut adalah :
1. Bea materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan benda materai atau alat lain.
2. Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barang-barang yang dimasukkan kedalam daerah pabean
bedasrkan harga nilai barang itu atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan. Bea keluar adalah pungutan yang dilakukan
atas barang yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi masing-masing golongan
barang. 3. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang
tertentu yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu, misalnya tembakau,gula, dan lain-lain.
xxxii 4. Retribusi, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan
sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar, misalnya parkir,
pasar, jalan tol. 5. Iuran, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan
sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan pembayar.
6. Lain-lain pungutan yang sah legal berupa sumbangan wajib.
7. Azas Pemungutan Pajak.
Terdapat tiga asas pemungutan pajak yaitu : asas domisili asas tempat tinggal, asas sumber dan asas kebangsaan.
1. Asas Domisili asas tempat tinggal Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak
atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negri
maupun penghasilan yang berasal dari luar negri. 2. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. Setiap orang yang memparoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas
penghasilan yang diperolehnya. 3. Asas Kebangsaan
xxxiii Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan
dengan kebangsaan suatu Negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan
berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.
B. Pengertian Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak atau pemotongan pajak tertentu Fitriandi dkk, 2004:3.
Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban wajib pajak menurut Undang-Undang No 16 tahun 2000 adalah:
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. b. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
c. Mengembil sendiri Surat Pemberitahuan, mengisi dengan benar dan memasukkannya sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu
yang telah ditetapkan. d. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
e. Jika diperiksa wajib : - Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
xxxiv berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak atau obyek yang terutang pajak. - Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
guna memperlancar pemeriksaan. - Memberikan keterangan yang diperlukan.
Hak-Hak Wajib Pajak Hak-hak wajib pajak menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2000 adalah :
a. Mengajukan surat keberatan dan banding. b. Menerima tanda bukti pemasukan, pembetulan, dan mengajukan
permohonan penundaan pemasukan Surat Pemberitahuan. c. Meminta Pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
d. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi serta pembetulan surat ketetapan yang salah.
e. Memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban perpajakan Resmi, 2008.
Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP Nomor pokok wajib pajak merupakan nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Berdasarkan pengertian diatas maka Nomor Pokok Wajib Pajak
berfungsi sebagai
sarana dalam
administrasi perpajakan
yang dipergunakan :
xxxv 1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
2. Sebagai pemenuhan kewajiban perpajakan pembayaran pajak. 3. Menjaga ketertiban dan pengawasan administrasi perpajakan.
4. Mendapatkan pelayanan dari instansi tertentu. Nomor Pokok Wajib Pajak ini akan dicantumkan dalam setiap
dokumen yang berhubungan dengan perpajakan. NPWP terdiri dari 15 digit, terdiri dari 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit
berikutnya merupakan kode administrasi perpajaka. NPWP ini otomatis sama dengan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak NPPKP.
C. Pajak Penghasilan