l bukan obyek pajak, dan atau harta dan kewajiban menurut perundang-
undangan perpajakan. Penyampaian SPT ada yang bersifat bulanan SPT Masa dan
tahunan SPT Tahunan. SPT masa terdiri dari SPT masa PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 25, PPh pasal 23 26, PPN dan pajak penjualan
atas barang mewah PPN BM. SPT tahunan terdiri dari SPT tahunan PPh Badan dan Orang Pribadi dan SPT tahunan pasal 21.
F. Kerangka Berfikir dan Pengajuan Hipotesis.
Dalam rangka
mengamankan serta
untuk meningkatkan
penerimaan pajak maka Dirjen pajak menerapkan Paksa badan Gijzeling terhadap wajib pajak yang nakal dan diragukan itikad baik untuk
menyelesaikan tungakan pajaknya. Dalam hal ini Dirjen Pajak tidaklah main-main, bahkan telah terbukti dengan adanya Wajib pajak yang sudah
di sandera Gijzeling. Orang yang disandera karena utangnya kepada Negara tidak
dibayar, oleh masyarakat dianggap sebagai ketidakpatuhan terhadap Negara yang sangat dicela dan mengurangi penghargaan terhadap diri
pelanggar. Oleh karena itu penanggung pajak dan keluarganya akan merasa malu dan terpaksa membayar hutang pajaknya. Kemudian
bagaimana tanggapan masyarakat lainnya terhadap kasus penyanderaan Gijzeling tersebut. Diharapkan dengan adanya kasus penyanderaan,
masyarakat sekitar akan memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pajak.
li Dalam Undang-undang PPSP Pasal 1 Angka 21 dan PP No. 137
Tahun 2000 pasal 1 angka 4 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan penyanderaan adalah:
“Pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan menempatkannya ditempat tertentu”.
Sehingga dapat kita ketahui bahwa tujuan dari penyanderaan Gijzeling penanggung pajak adalah:
• Sebagai salah satu alat penangihan aktif untuk meningkatkan pencairan tunggakan pajak pada umumnya dan tunggakan besar pada khususnya.
• Sebagai shock terapy yang diharapkan akan memberikan efek jera terhadap penanggung pajak lainnya.
• Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak penanggung pajak dalam membayar pajak, meningkatkan keadilan dalam pemungutan pajak dan
melaksanakan reward dan punishment dalam pelaksanaan pemungutan pajak secara konsisten.
lii Kerangka berfikir dapat diuraikan dalam sebuah model penelitian sebagai
berikut:
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Keterangan
1. Persepsi penyanderaan = Variabel Independen variabel X 2. Kepatuhan Wajib Pajak = Variabel Dependen variabel Y
3. = Garis korelasi Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut: Ho : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara persepsi penyanderaan
Gijzeling terhadap kepatuhan wajib pajak Ha : Adanya pengaruh yang signifikan antara persepsi penyanderaan
Gijzeling terhadap kepatuhan wajib pajak. Persepsi
Penyanderaan 1
Kepatuhan Wajib Pajak
2
liii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama yang beralamat di Jalan Ciledug Raya
No. 65 Jakarta 12230 sebagai tempat penelitian melakukan riset.
B. Metode Penentuan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wajib pajak pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Lama.
Sampel penelitiannya adalah seluruh wajib pajak pribadi yang masih aktif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan sampel pada penelitian ini
adalah metode Convinience Sampling. Metode Convinience sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya pemilihan responden.
Convinience sampling berarti unit sample yang ditarik mudah dihubungi,
tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur dan bersifat kooperatif Abdul Hamid, 2007 : 30. Hal ini dipergunakan karena keterbatasan
peneliti dalam hal waktu dan biaya.
C. Metode Pengumpulan Data.
Untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian ini diperoleh langsung dari para responden. Data penelitian ini diperoleh dan
dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioner daftar isian. Kuisioner ini berfungsi sebagai penilaian. Kuisioner ini berisi sejumlah pertanyaan dan
disebarkan secara langsung kepada para responden wajib pajak yang