Pajak Penghasilan TINJAUAN PUSTAKA

xxxv 1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. 2. Sebagai pemenuhan kewajiban perpajakan pembayaran pajak. 3. Menjaga ketertiban dan pengawasan administrasi perpajakan. 4. Mendapatkan pelayanan dari instansi tertentu. Nomor Pokok Wajib Pajak ini akan dicantumkan dalam setiap dokumen yang berhubungan dengan perpajakan. NPWP terdiri dari 15 digit, terdiri dari 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi perpajaka. NPWP ini otomatis sama dengan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak NPPKP.

C. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan Penghasilan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan pasal 4 ayat 1 Undang-Udang Pajak Penghasilan: “Setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun”. Pajak penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1983 adalah Undang- undang No.7 tahun 1983. Undang-undang No.7 tahun 1983 tentang Pajak xxxvi penghasilan telah beberapa kali mengalami perubahan yaitu dengan UU No. 7 tahun 1991, UU No. 7 tahun 1994 dan yang terakhir dalam UU No. 7 tahun 2000. Perubahan Undang-undang tersebut dilakukan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal , yaitu keadilan, kemudahan efisiensi administrasi dan produktivitas penerimaan Negara serta tetap mempertahankan sistem Self Assesment . Oleh karena itu, tujuan dan arah penyempurnaan UU PPh tersebut adalah sebagai berikut : a. Lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak. b. Lebih memberikan kemudahan kepada wajib pajak. c. Menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan investasi langsung di Indonesia baik penanam modal asing maupun penanam modal dalam negeri dibidang usaha-usaha tertentu dan daerah tertentu yang mendapat prioritas. 2. Subjek Pajak Penghasilan Subyek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Undang-undang No. 17 tahun 2000 pasal 2 ayat 1 mengelompokkan subyek pajak sebagai berikut : a. Subjek pajak orang pribadi, orang pribadi sebagai subyek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. b. Subjek pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. xxxvii c. Subjek pajak badan, meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan atau organisasi sejenis, bentuk usaha tetap dan bentuk usaha lainnya yang sejenis. d. Subjek pajak Bentuk Usaha Tetap BUT, BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Misalnya kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, pabrik, bengkel, gedung kantor. Subjek PPh dibedakan antar subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek Pajak dalam negeri adalah : a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. b. Badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia. c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Sedangkan yang dimaksud Subjek pajak luar negeri adalah : xxxviii a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia. b. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia. 3. Objek Pajak Penghasilan. Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan. Yang dimaksud penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang digunakan baik untuk investasi maupun konsumsi dengan nama dan bentuk apapun. Termasuk : a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah tunjangan, honorarium, bonus gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini; b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. Laba usaha; xxxix d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta; e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan senagai biaya; f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan lain karena jaminan pengembalian uang; g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha dari koperasi; h. Royalty; i. Sewa dan penghasilan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta; j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah; l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi asuransi; o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerja bebas; p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

D. Penagihan Pajak dan Penyanderaan

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Medan/Sumatera Utara I)

30 203 130

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating)

0 49 128

Analisis pengaruh kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terhadap kinerja kantor pelayanan pajak (KPP) dengan pelayanan wajib pajak sebagai variabel intervening di kpp medan timur

9 52 93

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Boyolali).

0 5 17

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Boyolali).

0 1 12

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Sistem e-Filling Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

1 8 22

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak atas Kinerja Pencapaian Pajak.

1 2 22

PENGARUH PEMAHAMAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UKM.

0 1 94

PENGARUH PEMAHAMAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UKM SKRIPSI

0 0 28