liii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama yang beralamat di Jalan Ciledug Raya
No. 65 Jakarta 12230 sebagai tempat penelitian melakukan riset.
B. Metode Penentuan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wajib pajak pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Lama.
Sampel penelitiannya adalah seluruh wajib pajak pribadi yang masih aktif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan sampel pada penelitian ini
adalah metode Convinience Sampling. Metode Convinience sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya pemilihan responden.
Convinience sampling berarti unit sample yang ditarik mudah dihubungi,
tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur dan bersifat kooperatif Abdul Hamid, 2007 : 30. Hal ini dipergunakan karena keterbatasan
peneliti dalam hal waktu dan biaya.
C. Metode Pengumpulan Data.
Untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian ini diperoleh langsung dari para responden. Data penelitian ini diperoleh dan
dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioner daftar isian. Kuisioner ini berfungsi sebagai penilaian. Kuisioner ini berisi sejumlah pertanyaan dan
disebarkan secara langsung kepada para responden wajib pajak yang
liv dijadikan sampel. Pembagian secara langsung ini dimaksudkan agar
responden mengisi kuisioner daftar isian secara sukarela dan sesuai dengan keadaan atau kondisi yang sebenarnya. Sedangkan data sekunder
dilakukan melalui penelitian kepustakaan library research dengan membaca literatur yang berupa buku, majalah, surat kabar, diktat kuliah,
surat edaran dirjen pajak, keputusan menteri keuangan, dan data lainnya. Kuisioner ini dijadikan sebagai Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Dalam penelitian ini, untuk mengukur
persepsi penyanderaan diidentifikasikan dengan pengukuran indikator- indikator efektifitas persepsi penyanderaan yang dapat digolongkan dalam
dua dimensi. Dimensi tersebut adalah penegakan hukum law enforcement
dan terapi kejut yang menghasilkan efek jera shock therapy
. Sedangkan tingkat kepatuhan pajak diidentifikasikan dengan dimensi-dimensi berikut: mendaftarkan diri sebagai wajib pajak,
menghitung besarnya pajak terutang, memotong dan memungut pajak, membayar pajak, hingga melaporkannya ke kantor pelayanan pajak.
Instrumen ini akan digunakan untuk mengukur variabel persepsi penyanderaan wajib pajak dan tingkat kepatuhan pajak berdsarkan
dimensi-dimensi tersebut.
1. Penyanderaan.
Disini responden diminta untuk menilai efektifitas persepsi penyanderaan sebagai wujud pelaksanaan Law Enforcement dan shock
lv therapy
bagi wajib pajak melalui kuesioner daftar isian yang dibagikan. Agar data hasil kuesioner tersebut dapat diolah lebih lanjut diperlukan
skala pengukuran. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval
yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala yang digunakan
dalam pengukuran ini adalah skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka untuk mengukur penyanderaan adalah:
Jawaban Skor Sangat tdk setuju 1
Tidak setuju 2 Setuju 3
Sangat setuju 4
2. Kepatuhan Wajib Pajak.
Para responden diminta untuk mengisi kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak, yaitu kepatuhan Wajib
pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya berdasarkan sistem self assessment
. Kuisioner disebarkan ke seluruh sample wajib pajak badan, kemudian sampel diolah dengan menggunakan skala likert.
Jawaban yang diberikan akan diberi skor sebagai berikut:
lvi Jawaban Skor
Sangat tdk setuju 1 Tidak setuju 2
Setuju 3 Sangat setuju 4
Kedua skala ini menggunakan bentuk Skala likert dengan Variasi jawaban sebanyak empat pilihan yaitu : Sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan
sangat setuju. Empat alternatif jawaban tersebut dipilih karena peneliti hendak menghilangkan angka netral atau mengurangi pengaruh “kecendrungan
sentral” dan mendorong responden untuk memutuskan sendiri apakah dirinya positif atau negatif
D. Metode Analisis Data
1. Uji Validitas Instrumen.
Suatu alat ukur dikatakan valid apabila dapat menjawab secara cermat tentang variabel yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Ukuran keterkaitan antar butir
pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh korelasi jawaban antar pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi rendah dengan butir
pertanyaan yang lain, dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak valid. Dan metode yang digunakan adalah Pearson correlation yaitu dengan cara
menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor. Jika korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan
lvii dengan total skor mempunyai tingkat signifikan di bawah 0,005 maka
butir pernyataan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya Ghozali, 2005
2. Uji Reliabilitas Instrumen.
Instrumen dikatakan reliable apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Azwar dalam buku Agus Eko 2007 mengatakan bahwa
reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang artinya kepercayaan, keterandalan, konsisten dan sebagainya. Uji reliabilitas
digunakan untuk mengukur bahwa variable yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan yang kosistensi meskipun
diuji berkali-kali. Reliabilitas instrument adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrument diperlukan untuk mendapatkan
data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach alpha.
Jika hasil dari Cronbach Alpha diatas 0,60 maka data tersebut mempunyai keandalan yang tinggi Agus Eko, 2007.
3. Uji R
2
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
lviii berarti variabel independent memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
kontribusi atau pengaruh variabel independen persepsi penyanderaan terhadap variabel dependen kepatuhan wajib pajak yaitu dengan
mengkuadratkan koefisien korelasi.
4. Uji t-Statistik
Uji signifikansi koefisien korelasi dimaksudkan untuk menguji apakah besarnya atau kuatnya hubungan antar variabel yang diuji sama dengan
nol. Peneliti akan merumuskan hipotesis nol Ho : “Tidak ada korelasi antara persepsi penyanderaan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak”. Dengan menggunakan t-test serta derajat bebas degrees of freedom
= n-2. Uji t dihitung dengan cara sebagai berikut : t = r n – 2
1 – r
2
Keterangan : r = Nilai koefisien korelasi
n = Jumlah responden t = Nilai uji t
Dengan menggunakan tingkat signifikasi 5 dan derajat bebas n-2, pengujian akan menghasilkan dua sisi yakni nilai kritis t
tabel
serta t
hitung
. Dengan membandingkan t
tabel
dengan t
hitung
akan diketahui ada tidaknya korelasi antar variabel. Dimana, jika t
tabel
lebih kecil dibandingkan t
hitung
lix maka hipotesis nol yang menyatakan tidak ada korelasi antar variabel dan
begitu sebaliknya. Hipotesis :
Ho : Koefisien regresi tidak signifikan Ha : Koefisien regresi signifikan
Kriteria pengujian : a.
Apabila kepatuhan wajib pajak 0.05 maka Ho ditolak. b.
Apabila kepatuhan wajib pajak 0.05 maka Ho diterima
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya.
Variabel adalah sebuah konsep yang mempunyai nilai. Variabel bebas ialah ubahan yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya
variabel independent. Variabel dependen ialah ubahan terikat yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya pengaruh variabel bebas.
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, terdapat dua variabel pokok dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel
dependen, variabel bebasnya adalah persepsi penyanderaan, sedangkan variabel dependennya adalah kepatuhan wajib pajak.
Definisi operasional dan pengukuran penyanderaan pajak.
Berdasarkan landasan teori penyanderaan pada bab II, definisi operasional pelaksanaan penyanderaan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kesesuaian pelaksanaan penyanderaan dengan peraturan yang berlaku sebagai wujud penegakan hukum law enforcement dan efektifitas
penyanderaan sebagai sarana shock therapy bagi wajib pajak lain.
lx Hasil tersebut diperoleh dengan mengukur kesesuaian pelaksanaan
penyanderaan dengan peraturan yang berlaku sebagai wujud penegakan hukum law enforcement. Efektifitas penyanderaan sebagai sarana shock
therapy bagi wajib pajak yang diukur dengan kuesioner atau daftar isian
yang diisi oleh wajib pajak atau wakilnya.
Definisi operasional dan pengukuran tingkat kepatuhan pajak.
Berdasarkan landasan teori pada bab II tentang tingkat kepatuhan wajib pajak, definisi operasional tingkat kepatuhan pajak yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sejauh mana masyarakat wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya tersebut menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, mulai dari mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, menghitung besarnya pajak terutang, memotong dan
memungut pajak, membayar pajak, hingga melaporkannya ke kantor pelayanan pajak.
Sedangkan dalam aplikasinya untuk mengukur tingkat kepatuhan pajak adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kepatuhan dalam mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan Pengusaha Kena Pajak PKP.
2. Tingkat ketaatan dalam menghitung besarnya pajak terutang. 3. Tingkat ketaatan dalam memotong dan memungut pajak.
4. Tingkat ketaatan dalam membayar atau menyetorkan pajak. 5. Tingkat ketaatan dalam melaporkan pajak
6. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
lxi 7. Tidak pernah dijatuhi hukuman.
lxii Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian Variabel
Dimensi Indikator
Skala Persepsi
Penyanderaan Wajib Pajak
X 1. Penegakan
Hukum Law enforcement
2. Efek Jera Shock Therapy
a. Sanksi yang tegas terhadap wajib pajak.
b. Konsisten aparat
pajak terhadap peraturan sanksi
yang telah dibuat. c. Sosialisasi
peraturan perpajakan
khususnya tentang sanksi-sanksi yang
akan dikenakan jika WP melanggar.
a. Pihak keluarga akan merasa dipermalukan.
b. Wajib Pajak lainnya akan merasa
tertekan atau
terancam c. Mengajak WP lainnya untuk
membayar hutang pajaknya. d. Mengajak WP lain untuk
bersikap jujur dan terbuka terhadap aparat pajak.
Likert Likert
Likert Likert
Likert Likert
Likert
Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak
Y Menjalankan
kewajiban perpajakan sesuai
system
self assesment
a. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak.
b. Menghitung besarnya pajak terutang.
c. Membayar pajak terutang. d. Menyampaikan SPT masa
dan tahunan. e. Menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan Likert
Likert Likert
Likert Likert
lxiii f. Memberikan
keterangan yang
diperlukan kepada
aparat pajak. g. Tidak
pernah dijatuhi
hukuman sanksi. Likert
Likert
lxiv
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Hamid. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta 2007. Awal, Pribadi. “Tinjauan atas Kebijakan Penyanderaan gejzeling Penanggung
Pajak pada Direktorat Jendral Pajak” , Sekolah Tinggi Akuntansi Negara,
Jakarta, 2005. Adi, Suyatno “Berat Tugas Menyandera Penanggung Pajak”, Berita Pajak no.
1496 tahun 35, 1 Agustus 2003. Burton, Richard. B.Ilyas, Wirawan. “Hukum Pajak”, Salemba Empat, Jakarta,
2004. Djoko, Muljono. “Ketentuan Umum Perpajakan Lengkap Dengan UU No. 28
Tahun 2007”, Andi Jogjakarta, 2008. Fitriandi, Primandita dkk. “Kompilasi UU Perpajakan Terlengkap”, Salemba
Empat, Jakarta, 2004. Gunadi, “Reformasi administrasi Perpajakan Menuju Good Governance”, Berita
Pajak no 1514 tahun 36, 1 mei 2004. Indriantoro,N, B.Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen” , BPFE, yogyakarta, 2002.
Irwansyah, Lubis. “Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar”, seri 1, YP2SDM, Jakarta, 2006.
Keputusan Direktorat Jendral Pajak, No.Kep. 218 PJ 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyanderaan dan Pemberian Rehabilitasi Nama Baik
Penanggung Pajak yang Disandera. Mentri Keuangan dan Mentri Kehakiman dan HAM RI, Keputusan Bersama No.
M-02. UM.09.01 Tahun 2003 dan No. 29KMK. O32003 tentang Tata
lxv Cara Penitipan Penanggung Pajak yang Disandera di Rumah TAhanan
Negara dalam Rangka Penagihan Pajak. Padiangan, Liberty. “Penyakit Pajak Bernama Psychotax”, Berita Pajak no 1517
tahun 36, 15 juni 2004. Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, Pengertian Perseps. Copyright 2008. Info
Skripsi.Com Siti, Resmi. “Perpajakan:Teori dan Kasus”, Buku Satu, Edisi Empat, Salemba
Empat, Jakarta, 2008. Siti, Sopiati. “Analisis Persepsi dan Harapan WP Orang Pribadi terhadap
Kualitas Pelayanan Permohonan NPWP di KPP Cibinong Bogor ”, UIN
Syarief Hidayatullah, Jakarta, 2008. Sujianto, Agus. Eko. “Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula”, Prestasi
Pustaka, Jakarta, 2007. …………………..”Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2008”, Edisi 5, Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2008. ………………….”Penunggak Pajak RP 11 M dijeblos ke Lapas Cipinang Tempat
Sel Bekas Tommy”, Jakarta, 28 Oktober 2003.
lxvi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak KPP.
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Lama.
Kantor Pelayanan Pajak KPP adalah suatu instansi dari Direktorat Jendral Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Kantor Wilayah. Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No. 443KMK.012001 pasal 30 menyebutkan bahwa “KPP
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Sedangkan fungsi KPP berdasarkan pasal 31 antara lain :
a. Mengumpulkan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajaka, dan ekstensifikasi wajib pajak.
b. Penelitian dan penatausahaan surat pemberitahunan tahunan, surat pemberitahuan masa serta berkas wajib pajak.
c. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak
Langsung lainnya.