xliv c. Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai hukum tetap.
d. Atau berdasarkan pertimbangan tertentu dari Mentri Keuangan atau Gubernur.
Penanggung pajak yang disandera dapat mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan hanya kepada pengadilan Negeri.
E. Kepatuhan Wajib Pajak.
Menurut Simon James dkk, pengertian kepatuhan pajak tax compliance
adalah bahwa wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan kesediaan untuk memenuhi
kewajiban pajaknya sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama Obtrusive Investigation, peringatan,
ataupun ancaman dan penerapan sangsi baik hukum maupun administrasi. Wajib pajak dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila
memenuhi kriteria atau persyaratan sebagai berikut merujuk pada criteria menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 545 KMK.042000 :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam 2 dua tahun terakhir.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak.
xlv c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak
pidana dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun terakhir.
d. Dalam 2 dua tahun pajak terakhir 1. Menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 28 UU KUP dan 2. Dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan
pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak
5. e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 dua tahun
terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian
sepanjang tidak mempengaruhi laba-rugi fiskal. Laporan auditnya harus disusun dalam bentuk panjang long form
report yang menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan
fiskal. Dalam hal wajib pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit oleh akuntan publik, dipersyaratkan untuk memenuhi
ketentuan tersebut pada huruf d diatas. Dengan demikian bila semua wajib pajak mentaati dan patuh
terhadap aturan-aturan perpajakan yang berlaku, maka selisih antara penerimaan pajak potensial dengan penerimaan pajak actual menjadi nihil.
Oleh karena itu, dalam konsep yang sederhana, meningkatnya tingkat
xlvi kepatuhan pajak akan tercermin dari menyempitnya tax gap, yakni selisih
antara penerimaan pajak potensial dengan penerimaan pajak actual. Sesuai sistem self assessment yang diterapkan sejak reformasi
1983, masyarakat diberikan kepercayaan untuk melaksanakan segala kewajiban perpajakannya, mulai dari mendaftarkan diri sebagai wajib
pajak, menghitung besarnya pajak terutang, memotong dan memungut pajak, membayar pajak, hingga melaporkannya ke kantor pelayanan pajak.
Jadi tingkat kepatuhan pajak juga dapat dinilai dari sejauh mana masyarakat wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya tersebut
menurut ketentuan peraturan perundang-udangan perpajakan. 1. Kewajiban mendaftarkan diri sebagai wajib pajak.
Pendaftaran Wajib pajak diatur dalam Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 tahun 2000 pasal 2. setiap wajib pajak yang mendaftarkan diri akan
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP, sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. Sebelum memenuhi kewajiban
perpajakan, wajib pajak harus lebih dahulu memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. Yang wajib mendaftarkan diri yaitu:
a. Wajib Pajak Badan. Setiap wajib pajak badan mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan
Pajak KPP atau Kantor Penyuluhan Pajak tempat badan tersebut berkedudukan.
xlvii b. Wajib Pajak Perseorangan.
Bagi setiap wajib pajak yang memperoleh penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP, wajib mendaftarkan diri
pada Kantor Pelayanan Pajak KPP atau Kantor Penyuluhan Pajak KAPENPA ditempat orang pribadi tersebut bertempat tinggal
atau berkedudukan. c. Bentuk Usaha Tetap.
Yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia oleh badan atau
perusahaan yang tidak didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, sebagaimana dimaksud Undang-Undang No. 7 tahun
1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan.
d. Wajib Pajak sebagai Pemungut atau Pemotong Pajak WP non Subyek.
Seperti bendaharawan dan badan-badan tertentu yang ditetapkan Menteri Keuangan.
e. Pengusaha Kena Pajak PKP. Adalah pengusaha sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang
No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16
tahun 2000 pasal 1 angka 3 yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak
xlviii berdasarkan Undang-Undang No. 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai PPN sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 18 tahun 2000, tidak termasuk
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikenakan
menjadi Pengusaha Kena Pajak PKP. 2. Kewajiban Menghitung Besarnya Pajak Yang Terutang.
Orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di Indonesia harus mengadakan pembukuan yang dapat menyajikan
keterangan-keterangan yang cukup untuk menghitung Penghasilan kena pajak atau harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, guna
perhitungan jumlah pajak terutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bagi wajib pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan dibebaskan dari kewajiban untuk mengadakan
pembukuan, sekurang-kurangnya harus menyelenggarakan pencatatan untuk dijadikan dasar pengenaan pajak yang terutang menggunakan
norma perhitungan penghasilan netto. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
xlix 3. Kewajiban memotong dan memungut pajak.
Secara garis besar sistem pemotongan pemungutan pajak penghasilan PPh di Indonesia dalam tahun berjalan dapat dikelompokkan
dalam enam jenis pajak, yaitu: 1. Pemotongan PPh pasal 21.
2. Pemotongan PPh pasal 22. 3. Pemotongan Pph pasal 23.
4. Pemotongan PPh pasal 26 Sedangkan untuk wajib pajak yang menjadi pengusaha kena pajak
juga diwajibkan untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah yang terutang.
4. Kewajiban membayar pajak yang terutang. Wajib pajak berkewajiban membayar pajak sesuai dengan
perhitungannya dan menyetor pajak yang telah dipungut dari pihak ketiga serta menyetor kurang bayar pajak pada sistem pajak pertambahan nilai.
Wajib pajak juga harus melunasi Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, putusan banding yang mengakibatkan pajak yang
harus dibayar bertambah. 5. Kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT pajak.
SPT adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau membayar pajak, obyek pajak, dan atau
l bukan obyek pajak, dan atau harta dan kewajiban menurut perundang-
undangan perpajakan. Penyampaian SPT ada yang bersifat bulanan SPT Masa dan
tahunan SPT Tahunan. SPT masa terdiri dari SPT masa PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 25, PPh pasal 23 26, PPN dan pajak penjualan
atas barang mewah PPN BM. SPT tahunan terdiri dari SPT tahunan PPh Badan dan Orang Pribadi dan SPT tahunan pasal 21.
F. Kerangka Berfikir dan Pengajuan Hipotesis.