47
D. Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan
1. Agama
Dalam bidang agama, masyarakat Kampung Naga seluruhnya memeluk agama Islam. Menurut mereka, ajaran agama Islam yang selama
ini mereka jalankan tidak mengikuti aliran manapun, mereka biasa menyebutnya dengan ajaran agama Islam buhun yakni agama Islam yang
telah diajarkan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka. Namun, dalam menetapkan segala sesuatu mereka tidak terlepas pada penetapan
pemerintah karena nenek moyang merekapun selalu mengajarkan untuk selalu patuh pada peraturan pemerintah.
Sarana penunjang untuk melaksanakan aktifitas keagamaan di Kampung Naga terdapat 1 masjid. Di mana posisinya terletak persis di
samping bale kampung. Kondisi masjid di Kampung Naga sangat baik, terawat, bersih dan sangat nyaman untuk beribadah. Masjid ini berbentuk
panggung dan terbuat dari kayu dan bambu seperti bangunan lainnya di Kampung Naga yang menjadi ciri khas bagi kampung Naga. Untuk
menandakan telah tibanya waktu shalat, salah seorang warga akan memukul tatakol masjid yang hanya akan berbunyi ketika waktu shalat
tiba, namun jika tatakol tersebut berbunyi di luar waktu shalat hal tersebut menandakan telah terjadi sesuatu misalnya kerusuhan di Kampung Naga.
2. Budaya Adat Istiadat
Dalam kehidupan sehari-hari mereka masih memegang teguh tradisi nenek moyangnya yaitu mempercayai hal-hal ghaib namun bagi
48
penulis pribadi tradisi-tradisi Sunda yang masih lestari di Kampung Naga memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi, misalnya:
1. Rumah warga membujur dari timur ke barat bertujuan agar setiap
rumah mendapatkan sirkulasi matahari yang sama lancarnya. 2.
Terdapat hutan larangan, yakni hutan yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun ataupun mengambil sesuatu misalnya dahan atau ranting
yang terjatuh dari hutan larangan dengan tujuan untuk menjaga kelestarian alam khususnya agar terhindar dari erosi karena hutan
larangan terdapat di samping sungai Ciwulan. 3.
Antar rumah saling berhadapan dengan tujuan agar selalu terjalin tali silaturrahim yang erat antar warga Kampung Naga.
4. Setiap bangunan berbentuk panggung, terbuat dari bambu dan kayu
berupa bilik dan beratapkan ijuk adalah untuk menjaga tradisi Sunda yakni hidup dalam kesederhanaan. Rumah yang berbentuk panggung
juga memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi yakni bagaikan manusia mempunyai kaki, badan dan kepala, agar terdapat sirkulasi
udara di bawah, tengah dan atas setiap rumah. 5.
Setiap rumah memiliki leuit lumbung padiberas yang tidak boleh dilihat siapapun termasuk tamu kecuali pemilik rumah. Hal tersebut
bertujuan demi menjaga rahasia persediaan beras setiap pemilik rumah agar tidak diketahui dan tidak menjadi bahan perbincangan antar
tetangga supaya tetap terjalin hubungan baik antar tetangga.