51
BAB IV TRADISI PERKAWINAN DI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA
A. Prosesi Perkawinan Masyarakat Adat Kampung Naga
Kampung Naga terletak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat di mana penduduk Jawa Barat adalah suku Sunda. Tradisi adat Sunda di Kampung ini
sangatlah kental karena warga Kampung Naga selalu memegang teguh warisan leluhurnya walaupun ada beberapa adat Sunda dalam perkawinan
yang tidak dilaksanakan seperti siraman.
Begitupun dalam prosesi perkawinan, warga Kampung Naga melakukan prosesi perkawinan sebagaimana leluhurnya terdahulu. Adapun
prosesi perkawinan adat Kampung Naga adalah sebagai berikut:
1. Pra Perkawinan
Tata cara perkawinan masyarakat Kampung Naga beragam dan bevariasi. Terdapat beberapa tata cara perkawinan menurut adat yang
harus dilewati oleh calon pengantin sehingga pernikahan tersebut sesuai
dengan adat istiadat yang berlaku.
Adapun tahapan-tahapan pernikahan masyarakat Kampung Naga adalah: a.
Nyancang mengikat, Narosan dan Neundeun Omong Menyimpan Ucapan
Pihak laki-laki khususnya orang tua laki-laki berkunjung ke tempat tinggal calon pengantin perempuan dengan menyampaikan niat anak
laki-lakinya yang akan mempersunting anak perempuannya sambil
52
menyelidiki status anak perempuan apakah anak perempuan tersebut sudah ada yang melamar atau belum. Percakapan ini dilakukan dengan
suasana penuh canda tawa antara kedua belah pihak. Kemudian pihak calon besan pun menjawab pertanyaan pihak laki-laki dengan penuh
canda tawa juga. b.
Khitbah ngabuktosan dan penentuan naptu weton. Pada prosesi khitbah, pihak laki-laki membawa uang atau emas
sebagai lambang dan bukti bahwa telah terjadi proses lamaran antara kedua belah pihak. Kemudian dilaksanakan penentuan naptu weton,
yakni penentuan hari baik dilaksanakannya pernikahan ditentukan dari hari atau tanggal lahir kedua calon pengantin. Misalnya hari lahir calon
pengantin perempuan adalah hari Selasa maka uang yang dijadikan lambang khitbah adalah angka 3, bisa Rp 3.000,00, Rp 300.000,00,
atau 3.000.000,00. Adapun dalam hitungan yang dijadikan landasan bagi warga Kampung
Naga
1
termasuk dalam hari dan pasaran, nama hari naptu weton nilai ialah:
a. Ahad: 5
b. Senin: 4 c. Selasa: 3
d. Rabu: 7 e. Kamis: 8
f. Jum‟at: 6 g. Sabtu: 9 Syarat utama khitbah adalah memakai seupah atau ngeuyeuk seureuh.
Ngeyeuk seureuh ini merupakan kunjungan balik dari pihak perempuan ke pihak laki-laki. Di mana uang atau emas tersebut dimasukkan ke
1
Hitungan ini sama persis dengan hitungan kalender versi Jawa
53
dalam seupaheun yang telah diseupah oleh pihak calon istri kemudian dikemas pakai bokor mangkuk kuningan. Bokor ini di wilayah
Kampung Naga pun sudah termasuk barang langka yang sulit ditemukan.
2
Perlengkapan ketika ngeuyeuk seureuh urutan dari bawah ke atas, yakni: ayakan, daun cau, seureuh, apugamir, jambe, bako,
sisir, eunteung, dan pakaian yang dipakai ketika menikah. Pada upacara ini dilaksanakan pengajian agama Islam dan didoakan oleh
sesepuh adat.
3
Selesai acara ngeyeuk seureuh, maka mempelai perempuan mengumpulkan sampah bekas ngeuyeuk seureuh kecuali
pakaian yang akan dipakai ketika menikah dan membuangnya ke tempat sampah yang disebut “jarian”.
4
Pakaian tersebut diambil dan dibuat cungcung. Cungcung tersebut isinya adalah seupiheun atau
bingkisan sirih dan ditaruh di dalam sebuah kardus atau baki yang berisi makanan. Setelah dibuat cungcung, pakaian tersebut
dipersiapkan untuk acara pernikahan dan digantikan dengan sebuah kain untuk menutupi bingkisan sirih tadi. Pada hari dilaksanakannya
pernikahan, kedua mempelai dibawa bersama bingkisan-bingkisan sirih ke masjid untuk melakukan akad nikah. Sebelum dibuang ke
tempat sampah yang disebut “jarian” sampah bekas ngeuyeuk seureuh tadi ditaruh di atas sebuah tikar dan digulung, sebelum sampah
2
Wawancara pribadi dengan Bapak Henhen sebagai lebe di Kampung Naga pada tanggal 1 Mei 2015
3
Wawancara pribadi dengan Bapak Uron sebagai ketua RT. 01 pada tanggal 28 April 2015
4
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, h. 131-132
54
tersebut dibuang, sampah tersebut harus terinjak oleh pengantin ketika akan melangsungkan akad pernikahan di masjid Kampung Naga.
5
Prosesi nyeupah seureuh ini melambangkan bahwa kedua calon pengantin telah terikat satu sama lain. Jika salah seorang pengantin
akan pergi ke suatu tempat yang jauh atau akan melakukan sebuah usaha maka harus diketahui oleh pihak pasangan.
Kemudian pihak perempuan bertanya kepada pihak laki-laki, “Iyeu teh
leungeuh cau beuleum atanapi cau leumeung?” artinya, “Perkawinan ini bagaikan pisang yang langsung dipanggang atau pisang yang
dipanggang namun dimasukkan dulu ke dalam bambu?”. Pertanyaan ini hanya peribahasa yang diajukan oleh pihak perempuan kepada
pihak laki-laki untuk menegaskan hari perkawinan akan dilaksanakan apakah masih atau sebentar lagi.
6
Hal ini dilaksanakan sebagai persiapan pernikahan di tempat tinggal pihak calon pengantin
perempuan.
7
c. Seserahan
Seperangkat alat rumah tangga, pakaian dan lain-lain yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki dalam menjalani awal kehidupan
berumah tangga. Barang seserahan yang didahulukan ialah tempat beras, kasur, bantal, kursi dan lemari.
5
Wawancara pribadi dengan Bapak Uron sebagai ketua RT. 01 pada tanggal 28 April 2015
6
Cau Beuleum sekitar 2 sampai 6 bulan kemudian baru terlaksananya perkawinan sedangkan cau leumeung sekitar 6 sampai 12 bulan
7
Wawancara pribadi dengan Bapak Henhen sebagai lebe di Kampung Naga pada tanggal 1 Mei 2015
55
Adapun urutan barang dalam acara seserahan ialah:
8
a. Kukusan
b. Pengrajin sawer
c. Tempat nasi biasanya berupa bakul
d. Kasur
e. Calon pengantin laki-laki
f. Perabot rumah tangga lainnya
Seserahan melambangkan tanggung jawab pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Dalam hal ini seserahan tidak dipatok berapa jumlah
yang harus diserahkan pihak laki-laki namun biasanya seserahan berupa peralatan rumah tangga, pakaian perempuan dan lain-lain.
Setelah selesai seluruh acara pra perkawinan dan kedua belah pihak telah menentukan hari baik dilaksanakannya perkawinan, maka secara
otomatis kabar baik ini akan menyebar ke seluruh warga Kampung Naga dan sanaga. Dalam menyebarluaskan kabar perkawinan
penduduk Kampung Naga tidak menyebarkan undangan. Kabar tersebut akan tersebar „dari mulut ke mulut‟ antar warga Kampung
Naga dan sekitar Kampung Naga.
2. Prosesi Perkawinan
Kedua calon pengantin berjalan menuju masjid Kampung Naga untuk melaksanakan akad pernikahan. Dalam perjalanan menuju masjid,
kedua calon pengantin tersebut harus menginjak sampah yang digulung
8
Wawancara pribadi dengan Bapak Ikum sebagai warga Sanaga pada tanggal 29 April 2015