Memilih Jodoh Pra Perkawinan

31 dapat juga negatif berupa celaan karena ketidakcantikan dan atau ketidaktampanan. 50 Dasar hukum melihat pinangan yang bersumber dari hadis diantaranya: 51 “Abu Hurairah berkata: “Pernah aku bersama Nabi saw, lalu beliau didatangi seorang laki-laki memberitahukan perihal dirinya yang telah menikahi seorang perempuan Anshar. Rasulullah saw berkata kepadanya: “Sudahkah engkau melihatnya?” Lelaki itu menjawab: belum, Rasulpun menyahut: “Jika demiikian pergi dan lihatlah ia, karena sesungguhnya di bahagian mata kaum Anshar terdapat sesuatu.” “Jabir berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: apabila salah seorang di antara kalian mengkhitbah atau melamar seorang perempuan dan memungkinkan melihatnya terlebih dahulu kepada beberapa hal yang membuat dirinya tertarik kepadanya, maka hendaknya ia melakukan.”

3. Prosesi Perkawinan

a. Akad Nikah

Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah : “penyerahan dari pihak pertama”, sedangkan qabul adalah: ” penerimaan dari pihak kedua”. Ijab dari pihak wali perempuan dengan ucapannya : 50 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Madzhab, h. 139 51 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Madzhab, h. 139 32 “saya nikahkan anak saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab al- Qur‟an”. Qabul adalah : penerimaan dari pihak suami dengan ucapannya : “saya terima menikahi anak bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab al- Qur‟an”. 52 Dalam hukum Islam, akad pernikahan bukan hanya sekedar akad yang bersifat keperdataan saja melainkan dinyatakan sebagai perjanjian yang kuat yang disebut mitsaqan ghalizhan. Akad ini tidak hanya melibatkan 2 sampai 3 orang saja melainkan melibatkan seluruh anggota keluarga kedua belah pihak calon mempelai. Akad nikah dapat dilaksanakan setelah memenuhi rukun dan syarat pernikahan berdasarkan syari‟at Islam. Adapun rukun itu sendiri adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah 53 , dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti adanya calon pengantin laki-laki atau perempuan dalam perkawinan. Dan pengertian syarat itu sendiri sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan ibadah, tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti mahar. Atau menurut Islam calon pengantin laki-laki atau perempuan itu harus beragama Islam. 54 Di dalam memahami jumlah rukun nikah, ada perbedaan pendapat di antara para ulama. Menurut jumhur ulama, rukun nikah itu ada empat, 52 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta : Prenada Media, 2007, h. 61 53 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta: kencana prenada media group, 2006, cet ke-2, h. 45. 54 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, cet ke-2, h. 46. 33 yaitu Syighah ijab dan qabul, Calon isteri, calon suami dan Wali. Berbeda pendapat dengan Hanafiyah, yang mengatakan bahwa rukun nikah itu hanya ada dua yaitu ijab dan qabul, tidak ada yang lain. 55 Suami dan wali adalah dua orang yang mengucapkan akad. Sedangkan hal yang dijadikan akad al- istimtaa‟ bersenang-senang yaitu merupaka tujuan kedua mempelai dalam melangsungkan pernikahan. Sedangkan mahar bukan merupakan sesuatu yang sangat menentukan dalam akad. Mahar hanyalah merupakan syarat seperti saksi. Itu dengan dalil bolehnya menikah dengan cara diwakilkan. Sedangkan saksi adalah merupakan syarat dalam akad nikah. Dengan demikian, saksi dan mahar dijadikan rukun menurut istilah yang beredar di kalangan sebagian ahli fiqih. 56 Sebagaimana nazhom yang tertuang dalam kitab Qurratul „Uyun yakni: 57 “Mas kawin, sighat, kedua mempelai kemudian wali adalah kumpulan dari rukun- rukun pernikahan.”

b. Walimatul ‘Ursy

Ketika menikah pihak kedua mempelai sangat dianjurkan untuk mengadakan perayaan atau perjamuan sekedar kemampuannya. Dalam agama Islam, hal ini dikenal dengan istilah walimatul „ursy. Agama Islam 55 Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, Depok: Elsas Jakarta, 2008, cet. ke-2, h. 14 56 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Penerjemah Abdul Hayyie al- Kattani, dkk, Depok: Gema Insani, 2007, h. 45 57 Syaikh Al-Imam Abu Muhammad, Nikmatnya Berbulan Madu Menurut Ajaran Rasulullah terjemahan Qurratul „Uyun, penerjemah Ahmad Najieh, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2013, h. 34 34 menganjurkan untuk meyiarkan perkawinan untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT dengan penuh kebahagiaan. Perkawinan merupakan peristiwa sakral yang hampir dialami seluruh manusia oleh karena itu sangat baik untuk diberitahukan kepada khalayak ramai agar tidak menimbulkan fitnah di kemudian hari bagi kedua mempelai. Walimah arti secara harfiahnya ialah perjamuan, makan-makan dan pesta. Sedangkan „ursy bermakna upacara perkawinan. 58 Jadi, walimatul „ursy adalah perjamuan atau pesta yang diselenggarakan dalam acara perkawinan. Isyarat terhadap apa saja yang harus diupayakan ketika mengadakan walimah tertulis dala kitab Qurratul „Uyun dengan ungkapan: 59 “Wahai temanku Sebaiknya engkau mengadakan walimah walaupun dengan menyembalih seekor kambing, seperti yang telah dikutip dari beberapa riwayat” Hukum Walimah Al-Ursy itu menurut paham Jumhur Ulama adalah sunnah. Adapun mengadakan walimah adalah dengan cara menyembelih kambing sesuai dengan keterangan hadits shahih yang terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari yang diriwayatkan dari Anas ra., dia mengatakan: 58 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Al-Ashry Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika Pondok Pesantren Krpyak, cet. ke-5, h. 2041 59 Syaikh Al-Imam Abu Muhammad, Nikmatnya Berbulan Madu Menurut Ajaran Rasulullah terjemahan Qurratul „Uyun, penerjemah Ahmad Najieh, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2013, h. 94

Dokumen yang terkait

Etnobotani Pada Masyarakat Adat Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat

0 7 90

Tradisi Tumplek Ponjen dalam Perkawinan Masyarakat Adat Jawa (Studi Etnografi di Desa Kedungwungu Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah)

2 65 89

KANDAGA KECAP PAKAKAS TRADISIONAL DI KAMPUNG NAGA DÉSA NÉGLASARI KACAMATAN SALAWU KABUPATÉN TASIKMALAYA : Ulikan Ekolinguistik.

3 73 35

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013).

1 17 46

AJEN ESTETIKA DINA ARSITEKTUR IMAH ADAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KACAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA PIKEUN BAHAN AJAR MACA ARTIKEL BUDAYA KELAS XII.

0 44 26

PERAN SESEPUH ADAT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA : Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Adat Kampung Naga di Kampung Naga Rt.01 Rw.01 Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.

0 0 30

MITIGASI BENCANA PADA MASYARAKAT TRADISIONAL DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DI KAMPUNG NAGA KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA (Disaster Mitigation on Traditional Community Against Climate Change in Kampong Naga Subdistrict Salawu Tasikmalaya) | Dew

0 1 7

RESPONS MASYARAKAT KAMPUNG NAGA TERHADAP PEMBANGUNAN PARIWISATA DI DESA NEGLASARI, KECAMATAN SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA (1975-2010)

1 1 16

STUDI KASUS PENATAAN RUANG DESA ADAT (Kasus Kampung Naga-Tasikmalaya)

0 0 22

Studi Etnofarmakognosi- Etnofarmakologi Tumbuhan Sebagai Obat Di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya

0 0 6