Latar belakang Masalah PENDAHULUAN
4
ikatan kekerabatan yang sudah tidak jelas dan banyak yang yang sudah tidak dapat diketahui lagi pertaliannya.
8
Masyarakat orang Sunda merupakan masyarakat ketetanggaan, di mana keluarga-keluarga rumah tangga merupakan satu kesatuan rukun tetangga yang
berkelompok dalam perkampungan yang disebut lembur yang letaknya berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Kesatuan rukun tetangga dikepalai oleh tugu,
sedangkan lembur dikepalai oleh kokolot, mandor atau punduh. Perangkat desa tersebut di bawah pimpinan kepala desa yang disebut lurah, dan lurah dalam
mengatur pemerintahan desa dibantu oleh petugas keamanan, pejabat agama, judul, pancen, yaitu pembantu administrasi desa, ulu-ulu petugas pengawas
saluran air dan centeng petugas pembagi air desa.
9
Dengan demikian, jika terjadi perselisihan kekeluargaan, maka yang dapat diminta bantuan menengahinya selain
keluarga tetangga adalah tua-tua kampung, tugu, kokolot atau pancen, petugas desa yang berkediaman di sekitar rukun tetangga bersangkutan, atau persoalannya
disampaikan kepada kepala desa dengan perangkat desanya.
10
Persamaan paradigma antara Islam dan kebudayaan Sunda membuka peluang bagi terjadinya penyerapan yang luwes azaz-azaz Islam ke dalam
kehidupan budaya masyarakat Sunda.
11
Termasuk dalam bidang hukum keluarga, yakni hukum perkawinan yang terjadi pada masyarakat Sunda. Perkawinan
menjadi salah satu pranata sosial penting dalam perkembangan masyarakat.
8
Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, Bandung: P.T Alumni, 2010, cet. ke-3, h. 145
9
Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, h. 146
10
Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, h. 146
11
Yayasan Festival Istiqlal, Ruh dalam Budaya Bangsa Aneka Budaya di Jawa, h. 162
5
Keberadaannya diterima tanpa banyak ditentang di tengah-tengah masyarakat. Begitu pentingnya pernikahan sehingga hampir setiap manusia melaksanakannya
Salah satu tujuan pernikahan dalam agama Islam adalah tercapainya rasa ketentraman dalam diri setiap muslim sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-
Qur‟an dan Sunnah. Akan tetapi, rasa ketentraman itu belum tentu terwujud setelah pernikahan terlaksana. Tetapi, ketentraman dapat terwujud apabila antar
suami-istri saling memahami, saling mengerti, saling percaya dan saling berkomunikasi dengan lancar. Islam mendorong untuk membentuk keluarga.
Islam mengajak manusia untuk hidup dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan
keinginan manusia tanpa menghilangkan kebutuhannya.
12
Secara etimologi, nikah mempunyai arti mengumpulkan, menggabungkan, menjodohkan, atau bersenggama
wath‟i. Dalam memakni hakikat nikah, ada ulama yang mengatakan bahwa pengertian hakiki dari nikah adalah bersenggama,
sedang nikah sebagai akad merupakan pengertian yang bersifat majazy. Sementara Imam Syaf
i‟i berpendapat bahwa pengertian hakiki dari nikah adalah akad, sedang pengertian nikah dalam arti bersenggama
wath‟i merupakan pengertian yang bersifat majazy.
13
Secara terminologi, nikah didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga
12
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam, terjm. Nur Khozin, Nazhomu Israti Fii Al-Islam, Jakarta: Amzah, h. 23
13
Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, Tangerang: Paramuda Jakarta, h. 3
6
rumah tangga yang bahagia dan kekal.
14
Sesungguhnya pernikahan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi insting dan berbagai keinginan yang bersifat materi.
Lebih dari itu, terdapat beberapa tugas yang harus dipenuhi, baik segi kejiwaan, ruhaniah, kemasyarakatan yang harus menjadi tanggung jawabnya. Termasuk juga
hal-hal lain yang diinginkan oleh insting manusia.
15
Dalam perjalanannya, banyak problem yang menjadi batu sandungan dalam mencapai kesuksesan berumahtangga.
16
Adat dan tradisi perkawinan yang menjadi ciri khas masyarakat adat Sunda di Kampung Naga sangatlah menarik
untuk diteliti karena masyarakat adat di Kampung Naga masih sangat kental dalam melaksanakan ritual warisan nenek moyang mereka yang juga mengandung
unsur keislaman dan nilai filosofi yang sangat mendalam bagi para penduduknya. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang masih kental menjalani tradisi
nenek moyangnya sangatlah penting melestarikan budaya leluhur Salah satunya bertujuan agar terhindar dari kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis.
Karena menurut pemahaman masyarakat adat tidak mungkin leluhur mereka mengajarkan dan menurunkan sesuatu kepada keturunannya adalah sesuatu yang
tidak baik. Berangkat dari hal tersebut, Penulis sangat tergelitik untuk melakukan
penelitian pada masyarakat adat yang terdapat di daerah Jawa Barat tersebut, yakni masyarakat adat Kampung Naga yang terletak di Kecamatan Neglasari
Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat.
14
Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga , h. 3
15
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam, terjm. Nur Khozin, Nazhomu Israti Fii Al-Islam, h. 37
16
Abdul Qadir Ahmad, „Atha, Memupuk Cinta Suami Istri, terjm. Heri Purnomo, Al- Liqaa‟mBainaz-Zaujain fii Dhau‟il Kitaab was Sunnah, Jakarta: Mustaqiim, 2004, h.8
7
Pada karya ilmiah ini, penulis tertarik akan budaya masyarakat adat Kampung Naga dan penulis menarik judul pada karya ilmiah ini dengan judul
“PERKAWINAN ADAT KAMPUNG NAGA” Pendekatan Etnografi pada Masyarakat Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya