Sejarah dan Letak Geografis

43 3. Bentuk bangunan sama, yakni berbentuk panggung, beratap ijuk atau rumbia dengan cara diikat tanpa menggunakan paku, dinding terbuat dari serat-serat rotan atau terbuat dari bilik bambu 4. Di atas daun pintu terdapat sejenis anyaman yang disebut tanda angin sebagai tanda tolak bala yang terdiri dari beberapa jenis tanaman seperti rumput palias, darangdang, kupat, dupi dan cariang. 5. Bangunan tidak boleh memakai cat kecuali kapur putih.

B. Demografi Masyarakat

Pemerintahan Kampung Naga terdapat 2 unsur, yakni dalam bidang adat dan bidang kepemerintahan. 1. Dalam bidang adat terdiri dari: a. Kuncen, bertugas sebagai pemangku adat, pemimpin upacara adat dan lain-lain. b. Lebe, bertugas dalam bidang keagamaan misalnya memimpin dalam kepengurusan bila ada penduduk Kampung Naga yang meninggal. c. Punduh, bertugas ngurus laku meres gawe yakni mengayomi masyarakat. 2. Dalam bidang kepemerintahan terdiri dari: a. RT b. RW c. Kepala dusun 44 Penduduk yang berpenghuni di Kampung Naga berjumlah 297 jiwa terdiri dari 100 Kartu Keluarga hanya sekitar 2 dari seluruh warga Kampung Naga karena tempat yang terbatas hanya seluas 1,5 hektare itulah yang menyebabkan banyak warga Kampung Naga yang tinggal di luar area Kampung Naga. Jumlah Penduduk NO Jenis Kelamin Jumlah Penduduk 1 Laki-laki 155 Jiwa 2 Perempuan 142 Jiwa Jumlah 297 Jiwa Sumber: Hasil wawancara dengan Pak Uron sebagai ketua RT. 01 Desa Neglasari yang bertempat tinggal di Kampung Naga Adapun jumlah penduduk menurut kelompok usia pendidikan TK sampai dengan SMP di bawah umur 16 tahun berjumlah 65 jiwa. Mayoritas penduduk Kampung Naga mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat SMP. Setelah lulus SMP biasanya mereka bekerja membantu orang tua.

C. Kondisi Sosial Penduduk dan Perekonomiannya

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pak RT 01 yakni Pak Uron pada 28 April 2015 terdapat jumlah bangunan 113 buah terdiri dari 110 rumah penduduk, 1 bale kampung, 1 lumbung padi dan 1 masjid. Jumlah penduduk berjumlah 297 jiwa dengan jumlah perempuan 142 jiwa dan laki- laki berjumlah 155 jiwa. Jumlah 297 jiwa tersebut terdiri dari 100 kepala keluarga. Dan setiap keluarga berjumlah 3-5 orang anggota keluarga. 45 Dalam keluarga inti ini, jika baru saja ada anggota keluarga yang menikah maka boleh tinggal tinggal bersama orang tuanya paling lama selama 2 bulan. Karena menurut adat istiadat Kampung Naga dianalogikan tidak mungkin dalam satu negara dipimpin oleh dua kepala negara, jika hal tersebut terjadi maka dikhawatirkan akan banyak terjadi perselisihan antar anggota keluarga. 7 Rumah-rumah penduduk berbentuk panggung yang terbuat dari kayu atau bambu dan bilik, atapnya terdiri dari eurih, daun tepus dan ijuk. Di mana ijuk tersebut dapat bertahan 30-35 tahun. Atapnya pun memakai tambahan yang disebut sorodoy yakni tambahan atap rumah bagian depan yang miring agar tampak perbedaan bagian depan dan belakang rumah. 8 Rumah-rumah penduduk pun tertata dengan sangat rapi dan indah membujur dari timur ke barat dengan tujuan agar setiap rumah mendapatkan sirkulasi matahari yang lancar dan setiap rumah harus saling berhadapan dengan tujuan selalu mendekatkan tetangga satu dengan lainnya. Setiap rumah hanya terdiri dari ruang tamu yang berdampingan dengan dapur, ruang tengah, ruang tidur dan leuit atau lumbung padi. Leuit ini tidak boleh dilihat orang lain kecuali anggota keluarga rumah tersebut untuk menjaga rahasia si pemilik rumah tentang kepemilikannya. Menurut kepercayaan Kampung Naga tidak boleh terdapat kamar mandi di dalam rumah, secara filosofi hal ini bertujuan 7 Wawancara pribadi dengan Mang Eno selaku penduduk Kampung Naga pada 26 April 2015 8 Wawancara pribadi dengan Pak Maun selaku punduh di Kampung Naga pada 26 April 2015 46 agar setiap warga sering bertemu satu sama lainnya dan saling berbaur dengan tetangga. 9 Sejak zaman Belanda hingga kini Kampung Naga menolak pemasangan listrik di wilayahnya, karena mereka beranggapan dengan adanya listrik dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara miskin dan kaya yang pada akhirnya dapat melunturkan rasa kebersamaan dan rasa gotong royong yang kuat antar sesama warga. Selain itupun dikhawatirkan jika terjadi konsleting listrik maka dapat membakar pemukiman Kampung Naga di mana bangunannya terbuat dari kayu dan bambu. 10 Mayoritas mata pencaharian Kampung Naga adalah di bidang pertanian. Untuk makan sehari-hari biasanya warga Kampung Naga mengambil hasil dari apa yang telah mereka tanam sendiri. Ada pula yang berprofesi sebagai pedagang, buruh swasta, supir, pemandu wisata dan lain- lain. Perekonomian masyarakat Kampung Naga masih pada tingkat menengah ke bawah. Sebagian dari mereka hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat SMP. Walaupun ada beberapa di antaranya yang mampu menyekolahkan hingga tingkat SMA dan Perguruan tinggi. 9 Wawancara pribadi dengan Pak Henhen selaku lebe di Kampung Naga pada 1 Mei 2015 10 Wawancara pribadi dengan Pak Henhen selaku lebe di Kampung Naga pada 1 Mei 2015 47

D. Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan

1. Agama Dalam bidang agama, masyarakat Kampung Naga seluruhnya memeluk agama Islam. Menurut mereka, ajaran agama Islam yang selama ini mereka jalankan tidak mengikuti aliran manapun, mereka biasa menyebutnya dengan ajaran agama Islam buhun yakni agama Islam yang telah diajarkan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka. Namun, dalam menetapkan segala sesuatu mereka tidak terlepas pada penetapan pemerintah karena nenek moyang merekapun selalu mengajarkan untuk selalu patuh pada peraturan pemerintah. Sarana penunjang untuk melaksanakan aktifitas keagamaan di Kampung Naga terdapat 1 masjid. Di mana posisinya terletak persis di samping bale kampung. Kondisi masjid di Kampung Naga sangat baik, terawat, bersih dan sangat nyaman untuk beribadah. Masjid ini berbentuk panggung dan terbuat dari kayu dan bambu seperti bangunan lainnya di Kampung Naga yang menjadi ciri khas bagi kampung Naga. Untuk menandakan telah tibanya waktu shalat, salah seorang warga akan memukul tatakol masjid yang hanya akan berbunyi ketika waktu shalat tiba, namun jika tatakol tersebut berbunyi di luar waktu shalat hal tersebut menandakan telah terjadi sesuatu misalnya kerusuhan di Kampung Naga. 2. Budaya Adat Istiadat Dalam kehidupan sehari-hari mereka masih memegang teguh tradisi nenek moyangnya yaitu mempercayai hal-hal ghaib namun bagi

Dokumen yang terkait

Etnobotani Pada Masyarakat Adat Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat

0 7 90

Tradisi Tumplek Ponjen dalam Perkawinan Masyarakat Adat Jawa (Studi Etnografi di Desa Kedungwungu Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah)

2 65 89

KANDAGA KECAP PAKAKAS TRADISIONAL DI KAMPUNG NAGA DÉSA NÉGLASARI KACAMATAN SALAWU KABUPATÉN TASIKMALAYA : Ulikan Ekolinguistik.

3 73 35

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013).

1 17 46

AJEN ESTETIKA DINA ARSITEKTUR IMAH ADAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KACAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA PIKEUN BAHAN AJAR MACA ARTIKEL BUDAYA KELAS XII.

0 44 26

PERAN SESEPUH ADAT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA : Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Adat Kampung Naga di Kampung Naga Rt.01 Rw.01 Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.

0 0 30

MITIGASI BENCANA PADA MASYARAKAT TRADISIONAL DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DI KAMPUNG NAGA KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA (Disaster Mitigation on Traditional Community Against Climate Change in Kampong Naga Subdistrict Salawu Tasikmalaya) | Dew

0 1 7

RESPONS MASYARAKAT KAMPUNG NAGA TERHADAP PEMBANGUNAN PARIWISATA DI DESA NEGLASARI, KECAMATAN SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA (1975-2010)

1 1 16

STUDI KASUS PENATAAN RUANG DESA ADAT (Kasus Kampung Naga-Tasikmalaya)

0 0 22

Studi Etnofarmakognosi- Etnofarmakologi Tumbuhan Sebagai Obat Di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya

0 0 6