Pra Perkawinan Prosesi Perkawinan Masyarakat Adat Kampung Naga

55 Adapun urutan barang dalam acara seserahan ialah: 8 a. Kukusan b. Pengrajin sawer c. Tempat nasi biasanya berupa bakul d. Kasur e. Calon pengantin laki-laki f. Perabot rumah tangga lainnya Seserahan melambangkan tanggung jawab pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Dalam hal ini seserahan tidak dipatok berapa jumlah yang harus diserahkan pihak laki-laki namun biasanya seserahan berupa peralatan rumah tangga, pakaian perempuan dan lain-lain. Setelah selesai seluruh acara pra perkawinan dan kedua belah pihak telah menentukan hari baik dilaksanakannya perkawinan, maka secara otomatis kabar baik ini akan menyebar ke seluruh warga Kampung Naga dan sanaga. Dalam menyebarluaskan kabar perkawinan penduduk Kampung Naga tidak menyebarkan undangan. Kabar tersebut akan tersebar „dari mulut ke mulut‟ antar warga Kampung Naga dan sekitar Kampung Naga.

2. Prosesi Perkawinan

Kedua calon pengantin berjalan menuju masjid Kampung Naga untuk melaksanakan akad pernikahan. Dalam perjalanan menuju masjid, kedua calon pengantin tersebut harus menginjak sampah yang digulung 8 Wawancara pribadi dengan Bapak Ikum sebagai warga Sanaga pada tanggal 29 April 2015 56 dalam tikar hasil ngeuyuek seurueuh sebagai tanda tolak bala dalam biduk rumah tangga yang akan datang. Di dalam masjid, amil, wali, sesepuh adat dan para saksi telah menunggu kedua calon pengantin. Pada waktu yang yang telah ditentukan akad segera dilaksanakan. Meskipun warga Kampung Naga masih sangat kental memegang teguh warisan nenek moyangnya, mereka tidak luput dari perhatian pemerintah dalam sosialisasi peraturan pemerintah termasuk dalam bidang perkawinanan maka perkawinan yang terjadi di Kampung Naga selalu tercatat dan sah secara agama dan undang-undang yang berlaku. Setelah sah menjadi suami istri, kedua mempelai berjalan menuju tempat tinggal keluarga pihak istri. Dalam perjalanan tersebut diadakan tradisi saweran. Sawer berasal dari kata sasaur yang berarti bicara atau nasehat. Saweran yang dilaksanakan di Kampung Naga adalah sawer buhun. Hal inilah yang membedakan saweran di Kampung Naga dan saweran adat Sunda di daerah lainnya. Sawer buhun adalah sawer yang masih murni dari leluhur warga Kampung Naga. Dari segi prakteknya tidak ada perbedaan antara sawer buhun dan sawer biasa di tempat lain, perbedaannya hanya terletak pada isi pepatah yang dibacakan oleh seorang warga yang biasa dan dipercaya untuk membacakan pepatah Sunda tersebut. 9 9 Wawancara pribadi dengan Bapak Uron sebagai ketua RT. 01 pada tanggal 28 April 2015 57 Pada dasarnya, perkawinan adat Sunda di Kampung Naga dan perkawinan adat Sunda di daerah lainnya sama namun hanya terdapat beberapa rangkai acara yang membedakannya. Pada acara setelah akad perkawinan terdapat beberapa tahap yang harus dilalui oleh sepasang suami istri, diantaranya: a. Muka Panto Muka panto ialah berupa pengantin laki-laki membuka pintu rumah keluarga pengantin perempuan. Pintu yang dibuka oleh pengantin laki- laki ini adalah bagian pintu dapur. Hal ini melambangkan bahwa pengantin laki-laki akan membuka kehidupan baru bersama pengantin perempuan yang sudah sah menjadi istrinya. 10 b. Nincak Endog Adalah serangkaian acara adat yang harus dilalui oleh setiap pengantin setelah akad pernikahan. Adapun nincak endog dilakukan oleh pengantin laki-laki dengan menginjak telur mentah menggunakan kaki kanannya kemudian pengantin perempuan akan membersihkan kaki suaminya dengan membasuhnya dan melapnya dengan handuk bersih. 11 Prosesi ini melambangkan bahwa pengantin perempuan akan mentaati sang suami yang telah menjadi imamnya mulai saat itu. Dan tidak akan menyakiti hati sang suami sebaliknya akan selalu menghiasi rumah tangganya dengan penuh kasih sayang. 10 Wawancara pribadi dengan Bapak Henhen sebagai lebe di Kampung Naga pada tanggal 1 Mei 2015 11 Wawancara pribadi dengan Bapak Ikum sebagai warga Sanaga pada tanggal 29 April 2015 58 c. Sungkem Sungkem ialah sesuatu yang dilakukan oleh sepasang pengantin kepada orang tua dari kedua belah pihak sebagai rasa terima kasih dan menunjukkan tanda bakti kepada orang tua yang telah merawat, membimbing dan mendidik dari lahir hingga menuju jenjang pernikahan. Sungkem ini juga dilaksanakan kepada kuncen, punduh, lebe dan jajaran sepuh lainnya di Kampung Naga. Serta memohon doa restu kepada orang tua agar selalu mendapat keberkahan dan keselamatan dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala dalam membangun dan membina rumah tangga. 12 d. Selamatan Adat Ialah berupa tasyakuran yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak keluarga pengantin sebagai rasa ucap dan tanda syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Selamatan adat ini dihadiri oleh tokoh adat terutama kuncen, punduh dan lebe yang menyampaikan pepatah dan nasihat bagi pengantin dalam membina rumah tangga ke depannya dan membacakan doa bagi kedua mempelai. Makanan yang dihidangkan ketika selamatan adat ini biasanya berupa nasi tumpeng dan ayam bekakak yang menjadi ciri khas adat Sunda. e. Munjungan Setelah dilakukan selamatan adat maka dilakukanlah munjungan yakni silaturrahim yang dilakukan oleh pihak pengantin perempuan kepada 12 Wawancara pribadi dengan Bapak Henhen sebagai lebe di Kampung Naga pada tanggal 1 Mei 2015 59 keluarga pihak pengantin laki-laki. Hal ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antara kedua belah pihak. Munjungan bisa dilakukan keesokan harinya atau langsung setelah selamatan adat. Ketika munjungan inipun pengantin membawa bingkisan untuk masing- masing keluarga pihak pengantin laki-laki terutama orang tua dan saudara-saudara pengantin laki-laki.

3. Hak dan Kewajiban Suami Istri

Setelah melangsungkan perkawinan, kedua mempelai diperbolehkan untuk tinggal sementara di tempat tinggal orang tua bagi yang belum memiliki tempat tinggal. Namun, hal tersebut diperbolehkan hanya selama 2 bulan karena menurut kepercayaan warga Kampung Naga sebuah negara tidak boleh dipimpin oleh 2 kepala pemerintahan begitupun dalam hal rumah tangga, satu rumah atau tempat rtinggal tidak boleh dihuni oleh 2 kepala keluarga. Hal ini dilakukan demi tercapainya sebuah rumah tangga yang harmonis dan rukun agar tidak timbul perpecahan dan pertengkaran antar anggota keluarga. Hak dan kewajiban suami istri lainnya ialah: a. Suami istri harus memiliki tempat tinggal tetap. b. Istri wajib taat kepada suami selama perintah suami tidak melanggar perintah agama dan tradisi Kampung Naga.

Dokumen yang terkait

Etnobotani Pada Masyarakat Adat Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat

0 7 90

Tradisi Tumplek Ponjen dalam Perkawinan Masyarakat Adat Jawa (Studi Etnografi di Desa Kedungwungu Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah)

2 65 89

KANDAGA KECAP PAKAKAS TRADISIONAL DI KAMPUNG NAGA DÉSA NÉGLASARI KACAMATAN SALAWU KABUPATÉN TASIKMALAYA : Ulikan Ekolinguistik.

3 73 35

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013).

1 17 46

AJEN ESTETIKA DINA ARSITEKTUR IMAH ADAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KACAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA PIKEUN BAHAN AJAR MACA ARTIKEL BUDAYA KELAS XII.

0 44 26

PERAN SESEPUH ADAT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA : Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Adat Kampung Naga di Kampung Naga Rt.01 Rw.01 Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.

0 0 30

MITIGASI BENCANA PADA MASYARAKAT TRADISIONAL DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DI KAMPUNG NAGA KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA (Disaster Mitigation on Traditional Community Against Climate Change in Kampong Naga Subdistrict Salawu Tasikmalaya) | Dew

0 1 7

RESPONS MASYARAKAT KAMPUNG NAGA TERHADAP PEMBANGUNAN PARIWISATA DI DESA NEGLASARI, KECAMATAN SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA (1975-2010)

1 1 16

STUDI KASUS PENATAAN RUANG DESA ADAT (Kasus Kampung Naga-Tasikmalaya)

0 0 22

Studi Etnofarmakognosi- Etnofarmakologi Tumbuhan Sebagai Obat Di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya

0 0 6