1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran serta sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi lokal maupun nasional memiliki posisi yang sangat penting. Terlebih lagi dengan didukung ketersediaan lahan dan jumlah tenaga kerja
yang melimpah. Badan pusat statistik 2006 melaporkan bahwa pada tahun 2005 ada sekitar 94,95 juta penduduk berusia Indonesia berusia 15 tahun keatas yang menyatakan bekerja. Kurang lebih 41,8 juta dari
total penduduk yang bekerja tersebut 44 menyatakan bekerja pada sektor pertanian dalam arti luas. Selain itu, Badan Pusat Statistik 2006 juga menyebutkan bahwa 71,33 dari seluruh luas lahan yang
ada di Indonesia digunakan untuk usaha berbaberbasis pertanian. Kegiatan agroindustri bergerak dalam sektor pengolahan bahan baku dan komoditi pertanian
menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi dengan adanya peningkatan nilai tambah. Usaha agroindustri dapat dilakukan pada berbagai skala usaha mulai dari skala usaha kecil, menengah, ataupun besar. Dalam
rangka memajukan ekonomi daerah, usaha kecil dan menengah UKM agroindustri menjadi salah satu solusi unggulan. Selain menggunakan sumberdaya dengan kearifan lokal, UKM agroindustri juga memilki
ketahanan terhadap pergerakan ekonomi secara nasional. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan
relatif lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya. Keberadaan usaha kecil di Indonesia mewakili hampir seluruh unit usaha di berbagai sektor
ekonomi. Sampai saat ini usaha kecil mewakili sekitar 99,85 dari jumlah keseluruhan unit usaha yang ada, sedangkan usaha menengah sebesar 0,14 saja, sehingga usaha besar hanya merupakan 0,01.
Dengan demikian, secara tidak langsung dapat dilihat bahwa penggerak perekonomian di Indonesia adalah sektor ekonomi rakyat yang mayoritas merupakan usaha dalam sektor pertanian, perdagangan, dan jasa.
Usaha kecil dan menengah UKM yang merupakan mayoritas pelaku ekonomi serta sektor yang tidak ataupun sangat sedikit memiliki keterkaitan dengan usaha besar dan ekonomi formal, sehingga krisis
ekonomi sebenarnya hanya menmpengaruhi sebagian kecil pelaku ekonomi, sedangkan sebagian besar yang lainnya tidak terpengaruh dan dengan cepat akan pulih kembali. Kemandirian sektor ini
menunjukkan bahwasannya baik industri kecil maupun industri rumah tangga merupakan sektor yang relatif mandiri dan tidak terkait dengan berbagai fasilitas maupun keterkaitan dengan usaha besar.
Masyarakat kelas bawah melalui usaha kecil dan menengah UKM dan lembaga keuangan mikro lainnya jarang disentuh oleh ilmu ekonomi formal, padahal selain jumlahnya yang besar, mereka juga
kuat dalam menopang perekonomian Indonesia. Menurut Swasono 2001 kenyataan empiris di Indonesia telah membuktikan krisis moneter tahun 1997 telah melumpuhkan sektor manufaktur industri-
industri besar yang banyak menggunakan bahan-bahan impor. Ketika mata uang dollar melonjak nilainya karena krisis ekonomi, bahan dan komponen impor menjadi mahal nyaris tidak terbeli oleh sektor industri
besar, sementara itu produk-produk UKM pada umumnya menggunakan bahan baku dan sumberdaya lokal masih dapat bertahan.
Pengembangan sektor ekonomi rakyat ini menghadapi berbagai kendala yang tidak diiringi dengan kewaspadaan pemerintah dan civitas akademia dalam mengelola usaha-usaha kecil yang berkembang.
Bebagai persoalan dalam pengembangan usaha kecil seperti teknologi pemasaran, promosi, produksi, penyimpanan, serta informasi seringkali menjadi hambatan baik dalam pendirian maupun pengelolaan
2 uasaha kecil terutama masalah pembiayaan. Pada penelitian ini akan dianalisis kelayakan investasi
pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip. Metode yang digunakan dalam menganalisis kelayakan investasi mengacu pada kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net BC, dan
IRR. Selanjutnya akan dikaji skema pembiayaan terbaik dalam pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip dari produk pembiayaan yang disediakan oleh Bank kmersial di sekitar
Kecamatan Dramaga. Sabirin 2001 menjelaskan bahwa untuk memberdayakan masyarakat golongan ekonomi lemah
atau sektor usaha kecil adalah dengan menyediakan sumber pembiayaan usaha yang terjangkau. Salah satu strategi pembiayaan bagi golongan ini adalah usaha kredit mikro. Kredit mikro merupakan bantuan
pinjaman modal yang dikeluarkan oleh investor baik pemerintah maupun non pemerintah, yang diberikan kepada pelaku usaha kecil dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Pembiayaan melalui
kredit mikro ini telah banyak disediakan oleh lembaga keuangan formal yaitu bank baik bank dengan sistem konvensional maupun bank dengan sistem syariah. Pemilihan skema terbaik pada sistem syariah
dan sistem konvensional dapat dilakukan dengan membandingkan suatu ukuran yang sama yaitu tingkat suku bunga interest rate dari besarnya angsuran yang dibayarkan pada setiap akhir periode dalam suatu
periode waktu tertentu antar tia produk pembiayaan yang disediakan oleh Bank Komersial di sekitar Kecamatan Dramaga.
1.2. Tujuan