Perumusan Strategi Pemasaran Tepung Ubi Jalar Produksi Usaha Kecil (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)

(1)

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

TEPUNG UBI JALAR PRODUKSI USAHA KECIL

(Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)

Oleh

EFRI YENNI

H 24103107

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRAK

Efri Yenni H24103107. Perumusan Strategi Pemasaran Tepung Ubi Jalar Produksi Usaha Kecil (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang). Di bawah bimbingan W. H. Limbong.

Mayoritas penduduk Indonesia sangat tergantung pada satu sumber pangan yaitu beras, sementara produktivitas beras nasional tidak mampu menutupi kebutuhan pangan penduduk yang semakin hari jumlahnya semakin meningkat. Program swasembada beras yang telah lama disosialisasikan oleh pemerintah sulit untuk dicapai. Disisi lain program diversifikasi pangan telah berhasil mengarahkan penduduk untuk mengkonsumsi makanan alternatif selain beras, namun makanan alternatif tersebut adalah produk-produk pangan berbasis terigu yang bahan bakunya yaitu gandum merupakan komoditas impor.

Salah satu upaya alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan mengusahakan pembuatan sejenis tepung dari umbi-umbian yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia untuk menggantikan fungsi tepung terigu. Salah satu jenis umbi-umbian tersebut adalah ubi jalar. Kelompok Tani Hurip adalah kelompok tani yang memproduksi ubi jalar. Melalui pendekatan Participatory Action Research (PAR) kelompok memutuskan untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar. Oleh karena itu diperlukan perumusan strategi pemasaran yang tepat untuk produk tepung ubi jalar yang akan dihasilkan oleh kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal Kelompok Tani Hurip dan merumuskan strategi pemasaran tepung ubi jalar produksi Kelompok Tani Hurip.

Proses pengumpulan data menggunakan metodologi Penelitian Aksi Partisipatif atau PAR. Tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan menggunakan tiga metode yaitu wawancara, Focus Group Discussion (FGD) dan

Resource Mapping. Data sekunder diperoleh dari studi literatur.

Dalam input stage metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis lingkungan ekternal dan internal kelompok melalui Internal Factor Evaluation (IFE), dan External Factor Evaluation (EFE). Dalam matching stage, untuk mengetahui posisi kelompok dalam menghadapi persaingan dianalisis menggunakan matriks Internal External (IE) dan SWOT. Dan pengambilan keputusan alternatif strategi menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM).

Nilai pada matriks IFE 3,233, dengan kekuatan paling besar ditunjukkan oleh faktor adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota kelompok untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar (0,459), serta kelemahan terbesar pada faktor tingkat pengetahuan anggota yang rendah (0,257). Nilai pada matriks EFE 3,076, peluang utama ialah faktor perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin modern (0,394) dan ancaman terbesar ialah faktor tepung ubi jalar belum dikenal oleh masyarakat luas (0,210). Pada matriks IE, posisi perusahaan terletak pada sel 1 yang berarti sebaiknya menggunakan strategi grow dan build. Berdasarkan matriks QSP, nilai Total Atractive Score (TAS) tertinggi terletak pada strategi promosi yang intensif dan efisien(7,023).


(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

TEPUNG UBI JALAR PRODUKSI USAHA KECIL

(Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

EFRI YENNI

H 24103107

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN TEPUNG UBI JALAR PRODUKSI USAHA KECIL (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh EFRI YENNI

H 24103107

Menyetujui, Agustus 2007

Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bengkalis, Riau pada tanggal 8 April 1985 dari pasangan Bapak Herman.R dan Ibu Sri Bulan sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis mengawali masa pendidikan di Taman Kanak-kanak Tri Sula Bengkalis pada tahun 1990-1991, lalu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 008 Bengkalis dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 hingga tahun 2000. Kemudian penulis kembali melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) lewat jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikut kegiatan dan organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Penulis pernah aktif di Centre of Management (COM@) sebagai Staf Departemen Administrasi dan Keuangan periode 2004/2005 dan sebagai Dewan Komisaris pada periode 2005/2006. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Staf Departemen Kesekretariatan BEM FEM IPB periode 2005/2006, dan Bendahara Klub Softskill Ticons Departemen Manajemen IPB periode 2006/2007. Pada tataran ekstra kampus, penulis aktif di dua Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau (IKPMR) dan Rumpun Keluarga Pelajar Mahasiswa Bengkalis (RKPMB). Di IKPMR penulis pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Kerohanian pada periode 2004/2005, dan menjabat sebagai Badan Pengawas Organisasi pada periode 2006/2007. Sedangkan di RKPMB penulis pernah menjabat sebagai Bendahara Umum pada periode 2004/2005, dan menjabat sebagai Kepala Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah pada periode 2006/2007. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan dan kepanitiaan intra dan ekstra kampus.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, tiada daya dan upaya melainkan atas izin-Nya. Ungkapan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Perumusan Strategi Pemasaran Tepung Ubi Jalar Produksi Usaha Kecil (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis sepenuhnya sadar akan banyaknya dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis ucapkan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memotivasi, mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Eko Rudi Cahyadi, SHut. MM. dan Wita Juwita E, STP. MM yang telah bersedia menjadi penguji, sehingga ujian sidang dapat terlaksana dan terimakasih juga atas saran-saran yang telah diberikan.

3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/watiDepartemen Manajemen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

4. Kedua orang tuaku papa Herman. R dan mama Sri Bulan serta adik-adikku Novid dan Hari, yang telah mendoakan dan terus memberikan dukungan moril dan materiil kepada penulis. Semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk membalas semuanya.

5. Bu Nesty, Bu Mimin, Pak Agus, Mas Anto, Mas Yayan, Pak Ahmad, Pak Musa, Kang Dedi, Kang Eeng, Kang Asep, dan seluruh anggota KTH yang telah memberi banyak masukan, motivasi dan bantuan dalam pelaksanaan teknis penelitian ini.


(7)

7. Imel, Tathan, Tika, Willy, Iis, Wawan, dan rekan-rekan di IKPMR dan RKPMB yang telah membantu dalam meringankan beban skripsi. Terima kasih banyak untuk semuanya.

8. Indras, Nia, Irma, Adit, Irwan, Yan, Ruslan, JW, Aldhika, dan seluruh kawan-kawan di kelas Manajemen Angkatan 40 untuk warna-warni persahabatan, dan kerjasamanya selama 4 tahun kuliah di IPB.

9. Teman-teman Badudu : Kak Ari, Ibel, Anne, Ikqi, Bunga, Winda, Lily, Oppie, Mieke, Ima, dan Nurul atas dukungan dan semua bantuannya.

10.Berbagai pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan masukan yang konstruktif, agar skripsi ini berguna bagi orang banyak, khususnya para pengusaha kecil yang bergerak di sektor pertanian. Semoga.

Bogor, Agustus 2007


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang LingkupPenelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1. Tepung Ubi Jalar... 7

2.1.2. Pemasaran ... 9

2.1.3. Perumusan Strategi Pemasaran ... 9

2.1.4. Lingkungan Pemasaran ... 12

2.1.5. Kelompok Tani ... 13

2.1.6. Usaha Kecil ... 14

2.1.7. ParticipatoryAction Research (PAR) ... 14

2.1.8. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal... 17

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2. Jenis dan Sumber Data... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data... 27

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Cikarawang ... 30

4.2. Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip (KTH) ... 32


(9)

4.3.1. Aspek Teknis ... 40

4.3.2. Pemasaran ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal KTH... 48

5.1.1. Lingkungan Internal... 48

5.1.2. Lingkungan Eksternal ... 52

5.2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal KTH ... 58

5.2.1. Faktor Internal... 58

5.2.2. Faktor Eksternal ... 62

5.3. Tahap Masukan (Input Stage) ... 66

5.3.1. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE)... 67

5.3.2. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 68

5.4. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 69

5.4.1. Matriks Internal External (IE) ... 70

5.4.2. Matriks SWOT... 70

5.5. Tahap Keputusan (Decission Stage) ... 75

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 77

2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA... 79


(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tingkat produktivitas ubi jalar di Desa Cikarawang ... 3

2. Kandungan gizi ubi jalar dan komoditi pangan lain (per 100gr) ... 7

3. Variabel-variabel bauran pemasaran... 10

4. Perbedaan conventional research dan participatory research... 15

5. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)………...18

6. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 19

7. Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threaths (SWOT) ... 21

8. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) ... 22

9. Tugas pokok pengurus Kelompok Tani Hurip... 37

10. Karakteristik anggota Kelompok Tani Hurip... 49

11. Kandungan nutrisi tepung ubi jalar, tepung beras,dan terigu ... 57

12. Tingkat inflasi Indonesia... 66

13. Hasil analisis matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 67

14. Hasil analisis matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 69


(11)

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

TEPUNG UBI JALAR PRODUKSI USAHA KECIL

(Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)

Oleh

EFRI YENNI

H 24103107

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

ABSTRAK

Efri Yenni H24103107. Perumusan Strategi Pemasaran Tepung Ubi Jalar Produksi Usaha Kecil (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang). Di bawah bimbingan W. H. Limbong.

Mayoritas penduduk Indonesia sangat tergantung pada satu sumber pangan yaitu beras, sementara produktivitas beras nasional tidak mampu menutupi kebutuhan pangan penduduk yang semakin hari jumlahnya semakin meningkat. Program swasembada beras yang telah lama disosialisasikan oleh pemerintah sulit untuk dicapai. Disisi lain program diversifikasi pangan telah berhasil mengarahkan penduduk untuk mengkonsumsi makanan alternatif selain beras, namun makanan alternatif tersebut adalah produk-produk pangan berbasis terigu yang bahan bakunya yaitu gandum merupakan komoditas impor.

Salah satu upaya alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan mengusahakan pembuatan sejenis tepung dari umbi-umbian yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia untuk menggantikan fungsi tepung terigu. Salah satu jenis umbi-umbian tersebut adalah ubi jalar. Kelompok Tani Hurip adalah kelompok tani yang memproduksi ubi jalar. Melalui pendekatan Participatory Action Research (PAR) kelompok memutuskan untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar. Oleh karena itu diperlukan perumusan strategi pemasaran yang tepat untuk produk tepung ubi jalar yang akan dihasilkan oleh kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal Kelompok Tani Hurip dan merumuskan strategi pemasaran tepung ubi jalar produksi Kelompok Tani Hurip.

Proses pengumpulan data menggunakan metodologi Penelitian Aksi Partisipatif atau PAR. Tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan menggunakan tiga metode yaitu wawancara, Focus Group Discussion (FGD) dan

Resource Mapping. Data sekunder diperoleh dari studi literatur.

Dalam input stage metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis lingkungan ekternal dan internal kelompok melalui Internal Factor Evaluation (IFE), dan External Factor Evaluation (EFE). Dalam matching stage, untuk mengetahui posisi kelompok dalam menghadapi persaingan dianalisis menggunakan matriks Internal External (IE) dan SWOT. Dan pengambilan keputusan alternatif strategi menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM).

Nilai pada matriks IFE 3,233, dengan kekuatan paling besar ditunjukkan oleh faktor adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota kelompok untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar (0,459), serta kelemahan terbesar pada faktor tingkat pengetahuan anggota yang rendah (0,257). Nilai pada matriks EFE 3,076, peluang utama ialah faktor perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin modern (0,394) dan ancaman terbesar ialah faktor tepung ubi jalar belum dikenal oleh masyarakat luas (0,210). Pada matriks IE, posisi perusahaan terletak pada sel 1 yang berarti sebaiknya menggunakan strategi grow dan build. Berdasarkan matriks QSP, nilai Total Atractive Score (TAS) tertinggi terletak pada strategi promosi yang intensif dan efisien(7,023).


(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

TEPUNG UBI JALAR PRODUKSI USAHA KECIL

(Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

EFRI YENNI

H 24103107

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN TEPUNG UBI JALAR PRODUKSI USAHA KECIL (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh EFRI YENNI

H 24103107

Menyetujui, Agustus 2007

Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bengkalis, Riau pada tanggal 8 April 1985 dari pasangan Bapak Herman.R dan Ibu Sri Bulan sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis mengawali masa pendidikan di Taman Kanak-kanak Tri Sula Bengkalis pada tahun 1990-1991, lalu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 008 Bengkalis dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 hingga tahun 2000. Kemudian penulis kembali melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) lewat jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikut kegiatan dan organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Penulis pernah aktif di Centre of Management (COM@) sebagai Staf Departemen Administrasi dan Keuangan periode 2004/2005 dan sebagai Dewan Komisaris pada periode 2005/2006. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Staf Departemen Kesekretariatan BEM FEM IPB periode 2005/2006, dan Bendahara Klub Softskill Ticons Departemen Manajemen IPB periode 2006/2007. Pada tataran ekstra kampus, penulis aktif di dua Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau (IKPMR) dan Rumpun Keluarga Pelajar Mahasiswa Bengkalis (RKPMB). Di IKPMR penulis pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Kerohanian pada periode 2004/2005, dan menjabat sebagai Badan Pengawas Organisasi pada periode 2006/2007. Sedangkan di RKPMB penulis pernah menjabat sebagai Bendahara Umum pada periode 2004/2005, dan menjabat sebagai Kepala Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah pada periode 2006/2007. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan dan kepanitiaan intra dan ekstra kampus.


(16)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, tiada daya dan upaya melainkan atas izin-Nya. Ungkapan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Perumusan Strategi Pemasaran Tepung Ubi Jalar Produksi Usaha Kecil (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis sepenuhnya sadar akan banyaknya dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis ucapkan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memotivasi, mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Eko Rudi Cahyadi, SHut. MM. dan Wita Juwita E, STP. MM yang telah bersedia menjadi penguji, sehingga ujian sidang dapat terlaksana dan terimakasih juga atas saran-saran yang telah diberikan.

3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/watiDepartemen Manajemen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

4. Kedua orang tuaku papa Herman. R dan mama Sri Bulan serta adik-adikku Novid dan Hari, yang telah mendoakan dan terus memberikan dukungan moril dan materiil kepada penulis. Semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk membalas semuanya.

5. Bu Nesty, Bu Mimin, Pak Agus, Mas Anto, Mas Yayan, Pak Ahmad, Pak Musa, Kang Dedi, Kang Eeng, Kang Asep, dan seluruh anggota KTH yang telah memberi banyak masukan, motivasi dan bantuan dalam pelaksanaan teknis penelitian ini.


(17)

7. Imel, Tathan, Tika, Willy, Iis, Wawan, dan rekan-rekan di IKPMR dan RKPMB yang telah membantu dalam meringankan beban skripsi. Terima kasih banyak untuk semuanya.

8. Indras, Nia, Irma, Adit, Irwan, Yan, Ruslan, JW, Aldhika, dan seluruh kawan-kawan di kelas Manajemen Angkatan 40 untuk warna-warni persahabatan, dan kerjasamanya selama 4 tahun kuliah di IPB.

9. Teman-teman Badudu : Kak Ari, Ibel, Anne, Ikqi, Bunga, Winda, Lily, Oppie, Mieke, Ima, dan Nurul atas dukungan dan semua bantuannya.

10.Berbagai pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan masukan yang konstruktif, agar skripsi ini berguna bagi orang banyak, khususnya para pengusaha kecil yang bergerak di sektor pertanian. Semoga.

Bogor, Agustus 2007


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang LingkupPenelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1. Tepung Ubi Jalar... 7

2.1.2. Pemasaran ... 9

2.1.3. Perumusan Strategi Pemasaran ... 9

2.1.4. Lingkungan Pemasaran ... 12

2.1.5. Kelompok Tani ... 13

2.1.6. Usaha Kecil ... 14

2.1.7. ParticipatoryAction Research (PAR) ... 14

2.1.8. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal... 17

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2. Jenis dan Sumber Data... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data... 27

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Cikarawang ... 30

4.2. Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip (KTH) ... 32


(19)

4.3.1. Aspek Teknis ... 40

4.3.2. Pemasaran ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal KTH... 48

5.1.1. Lingkungan Internal... 48

5.1.2. Lingkungan Eksternal ... 52

5.2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal KTH ... 58

5.2.1. Faktor Internal... 58

5.2.2. Faktor Eksternal ... 62

5.3. Tahap Masukan (Input Stage) ... 66

5.3.1. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE)... 67

5.3.2. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 68

5.4. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 69

5.4.1. Matriks Internal External (IE) ... 70

5.4.2. Matriks SWOT... 70

5.5. Tahap Keputusan (Decission Stage) ... 75

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 77

2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA... 79


(20)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tingkat produktivitas ubi jalar di Desa Cikarawang ... 3

2. Kandungan gizi ubi jalar dan komoditi pangan lain (per 100gr) ... 7

3. Variabel-variabel bauran pemasaran... 10

4. Perbedaan conventional research dan participatory research... 15

5. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)………...18

6. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 19

7. Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threaths (SWOT) ... 21

8. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) ... 22

9. Tugas pokok pengurus Kelompok Tani Hurip... 37

10. Karakteristik anggota Kelompok Tani Hurip... 49

11. Kandungan nutrisi tepung ubi jalar, tepung beras,dan terigu ... 57

12. Tingkat inflasi Indonesia... 66

13. Hasil analisis matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 67

14. Hasil analisis matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 69


(21)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Tahap-tahap pengambilan keputusan... 11

2. Siklus Participatory Action Research (PAR) ... 16

3. Matriks Internal External (IE) ... 20

4. Kerangka pemikiran operasional ... 26

5. Struktur organisasi Kelompok Tani Hurip... 36

6. Proses pembuatan tepung ubi jalar ... 43


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Kontribusi setiap skala usaha terhadap penyerapan tenaga kerja, nilai

ekspor nasional, investasi nasional, dan Pembentukan PDB nasional... 82 2. Industri kecil pangan di wilayah Bogor ... 83 3. Profil responden ... 84 4. Kuesioner penelitian ... 85 5. Penentuan bobot... 88 6. Penentuan bobot faktor strategis internal Kelompok Tani Hurip ... 89 7. Penentuan bobot faktor strategis eksternal Kelompok Tani Hurip ... 90 8. Penentuan rating... 91 9. Penentuan rating faktor strategis internal Kelompok Tani Hurip ... 92 10. Penentuan rating faktor strategis eksternal Kelompok Tani Hurip... 93 11. Penentuan strategi terpilih dengan QSPM ... 94 12. Matriks QSP... 95 13. Hasil pengisian kuesioner pembobotan faktor internal KTH... 96 14. Hasil pengisian kuesioner pembobotan faktor eksternal KTH ... 98 15. Hasil pengisian kuesioner penilaian rating faktor internal KTH ... 100 16. Hasil pengisian kuesioner penilaian rating faktor eksternal KTH ... 101 17. Hasil analisis matriks IFE ... 103 18. Hasil analisis matriks EFE ... 104 19. Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk menentukan Attractive Score

pada strategi pengembangan pasar... 105 20. Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk menentukan Attractive Score

pada strategi promosi intensif dan efisien... 106 21. Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk menentukan Attractive Score

pada strategi integrasi kebelakang ... 107 22. Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk menentukan Attractive Score

pada strategi menjalin kerjasama ... 108 23. Hasil analisis QSPM ... 109 24. Siklus PAR penelitian ... 110


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup manusia itu sendiri. Pemenuhan kebutuhan pangan mayoritas penduduk Indonesia masih sangat tergantung pada satu sumber, yaitu beras. Hal ini menimbulkan permasalahan bagi bangsa Indonesia karena jumlah produktivitas beras nasional tidak mampu menutupi kebutuhan pangan penduduk yang semakin hari jumlahnya semakin meningkat. Program swasembada beras yang telah disosialisasikan oleh pemerintah sejak lama, sepertinya sulit untuk dicapai karena kenyataannya sampai saat ini kita masih mengimpor beras dalam jumlah yang cukup besar.

Alternatif lain yang ditempuh untuk keluar dari masalah pemenuhan kebutuhan makanan pokok masyarakat Indonesia adalah melalui diversifikasi pangan, yang telah berhasil mengarahkan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan alternatif selain beras, akan tetapi makanan alternatif tersebut adalah produk-produk pangan yang berbasis terigu. Padahal bahan baku terigu, yaitu gandum merupakan komoditas impor yang hampir tidak diproduksi di negara Indonesia yang beriklim tropis. Kenyataannya, Indonesia termasuk negara importir gandum ke-6 terbesar di dunia setelah Brazil, Mesir, Iran, Jepang, dan Algeria (Sawit, 2003). Tahun 2002, Indonesia mengimpor gandum sebesar 4,5 juta ton. Jumlah tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah impor gandum dan tepung terigu pada tahun 2000, yaitu sebesar 4,9 juta ton (Sisson, 2003).

Pola penggunaan tepung terigu di Indonesia sekitar 79,3% digunakan untuk industri pengolahan makanan. Sebanyak 34,4% dari jumlah tersebut digunakan untuk pembuatan roti, 20% untuk pembuatan mie, 11,5% untuk pembuatan kue, 6,7% untuk pembuatan biskuit, dan 6,7% sisanya untuk pembuatan keripik. Selain itu, 16% digunakan untuk keperluan rumah tangga, dan 4,7% sisanya digunakan untuk keperluan industri kayu lapis (Sisson, 2003).


(24)

Penyediaan gandum yang terus menerus mengandalkan pasokan dari luar negeri, dikhawatirkan dapat menyebabkan ketergantungan negara terhadap pasokan impor. Hal ini akan menyebabkan negara harus mengeluarkan dana dalam jumlah yang besar setiap tahunnya. Adanya sumber daya lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia terutama di bidang pertanian, tidak menutup kemungkinan dilakukannya upaya-upaya alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor gandum tersebut. Salah satu upaya alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan mengusahakan pembuatan sejenis tepung dari umbi-umbian lain selain gandum yang bisa tumbuh dengan baik di Indonesia untuk menggantikan fungsi tepung terigu. Salah satu jenis umbi-umbian tersebut adalah ubi jalar.

Selama ini, di Indonesia (kecuali Papua dan sebagian Maluku) komoditas ubi jalar dianggap sebagai barang inferior yang digunakan sebagai bahan pangan sampingan yang dikonsumsi langsung setelah melalui pengolahan tradisional, misalnya direbus, dikukus, atau digoreng. Pilihan untuk menjadikan ubi jalar sebagai salah satu alternatif menuju ketahanan pangan, bukan pilihan tanpa alasan. Selain (1) potensi penggunaannya yang cukup luas dan cocok untuk program diversifikasi pangan yang dicanangkan oleh pemerintah selama ini, ubi jalar juga (2) merupakan komoditas pertanian yang sangat cocok dengan iklim sebagian besar wilayah Indonesia, (3) mempunyai produktivitas yang tinggi, sehingga menguntungkan untuk diusahakan, dan (4) mengandung zat gizi yang berpengaruh positif pada kesehatan (prebiotik, serat makanan, dan antioksidan).

Penelitian terdahulu telah berhasil melakukan substitusi tepung terigu oleh tepung ubi jalar pada pembuatan produk roti sebesar 30%, cake sebesar 50%, bihun sebesar 40%, cookies sebesar 70 %, dan brownies kukus sebesar 100% (Sulistiyo, 2006). Penelitian-penelitian tersebut hanya dilakukan pada uji-uji yang berskala laboratorium tanpa upaya lebih lanjut untuk pengembangan ke arah skala industri. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan pemanfaatan ubi jalar ke arah skala industri.

Pemanfaatan ubi jalar untuk diproses menjadi tepung merupakan potensi yang besar dan mempunyai prospek yang baik dalam kaitannya dengan


(25)

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani. Tepung ubi jalar selain dapat dimanfaatkan untuk keperluan sendiri, juga dapat dipasarkan. Adanya keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh petani, maka perlu adanya pemotivasian dan pendampingan terhadap petani untuk dapat mengolah ubi jalar menjadi tepung yang dimaksud. Melalui pendekatan yang bersifat partisipatif, dimana para petani ikut terlibat dalam penggalian potensi dan permasalahan yang ada di desanya, para petani menyadari nilai lebih yang dimiliki oleh komoditas pertanian mereka sehingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk mendirikan usaha pengolahan pasca panen yaing mengolah ubi jalar menjadi tepung. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan pada tepung ubi jalar yang akan diproduksi.

1.2.Perumusan Masalah

Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga merupakan salah satu wilayah produksi komoditas ubi jalar di Kabupaten Bogor. Selama lima tahun terakhir, produktivitas ubi jalar di desa Cikarawang terus mengalami peningkatan seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Produktivitas Ubi Jalar di Desa Cikarawang

Tahun Produktivitas (ton/ha)

2003 19,20 2004 20.,00 2005 20,40 2006 20,48 2007 21,07 Sumber : UPTD Kecamatan Dramaga, 2007

Desa Cikarawang memiliki empat kelompok tani yaitu Hurip, Subur Jaya, Mekar, dan Setia. Kelompok Tani Hurip adalah kelompok tani yang khusus menangani komoditas ubi jalar, akan tetapi selama ini pengelolaannya masih belum optimal. Selain langsung dikonsumsi, setelah panen biasanya ubi jalar segar langsung dijual kepada tengkulak dan pasar-pasar tradisional yang ada di wilayah Bogor dan sekitarnya. Sistem agroindustri ini memperlihatkan petani Hurip baru terlibat sebagai penyedia bahan baku karena terbatasnya kemampuan


(26)

dan keterampilan yang dimiliki. Mereka sering merasa dirugikan karena ketidakmampuan dalam mengolah dan memasarkan produk.

Menyadari keadaan ini, para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Hurip memutuskan untuk mengembangkan ubi jalar menjadi produk olahan setengah jadi, yaitu tepung ubi jalar. Dengan harapan dapat meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut dan juga dapat meningkatkan kemampuan petani untuk mengolah dan memasarkan hasil pertaniannya. Keputusan ini diperoleh setelah melalui beberapa kali proses diskusi dan dengan mempertimbangkan berbagai faktor.

Adanya persaingan bisnis yang semakin ketat dan kompleks, maka diperlukan kajian dan analisis yang matang bagi suatu usaha untuk mengantisipasi resiko kegagalan dan ketidakpastian dalam industri. Salah satu kajian dan analisis bagi usaha yang akan didirikan oleh Kelompok Tani Hurip adalah kajian dan analisis di bidang pemasaran.

Pemasaran memegang peranan penting bagi suatu usaha untuk mengkomunikasikan keberadaan produk dan perusahaan kepada konsumen. Hal lain yang tidak dapat diabaikan oleh kelompok tani adalah penyusunan rancana dan strategi pemasaran yang efektif dan handal untuk mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan. Kelompok Tani Hurip perlu menganalisa lingkungan internal dan eksternal kelompoknya. Analisis lingkungan internal meliputi analisis terhadap kekuatan dan kelemahan kelompok tani itu sendiri, sedangkan lingkungan eksternal meliputi analisis peluang, ancaman, serta kondisi struktural dalam industri yang akan dimasuki oleh usaha yang akan didirikan. Analisis lingkungan ini perlu dilakukan oleh kelompok tani agar dapat menyusun dan memformulasikan strategi-strategi pemasaran yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran dari usaha yang akan didirikan.

Strategi pemasaran merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran suatu usaha dengan cara mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Strategi pemasaran memberikan arah pada fungsi manajemen organisasi kelompok tani


(27)

sebagai suatu usaha baru yang akan memasuki industri pertepungan. Permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah:

1. Apa saja faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang akan dihadapi oleh Kelompok Tani Hurip berkaitan dengan usaha tepung ubi jalar yang akan didirikan?

2. Bagaimana strategi pemasaran dan program pemasaran tepung ubi jalar yang tepat untuk diterapkan oleh Kelompok Tani Hurip?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kondisi internal dan eksternal Kelompok Tani Hurip berkaitan dengan usaha tepung ubi jalar yang akan didirikan.

2. Menyusun dan merekomendasikan strategi dan program pemasaran tepung ubi jalar yang tepat.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Kelompok Tani Hurip.

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pemasaran untuk produk yang akan dihasilkan.

2. Bagi Akademisi.

Memberikan gambaran dan pengetahuan tentang penerapan Participatory Action Research (PAR) dalam penyusunan strategi pemasaran, serta sebagai referensi atau sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Lembaga Pemerintahan

Sebagai bahan masukan dan informasi yang terkait dengan kebijakan pengembangan usaha kecil berbasiskan pertanian dengan komoditi unggulan ubi jalar.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi gambaran umum Desa Cikarawang, gambaran umum Kelompok Tani Hurip, gambaran umum usaha kecil tepung ubi jalar, analisis faktor internal dan eksternal


(28)

kelompok tani, serta perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh Kelompok Tani Hurip pada usaha kecil tepung ubi jalar yang akan didirikan. Pendekatan partisipatif dilakukan mulai dari penentuan jenis usaha yang akan didirikan serta pencarian informasi dan data yang terkait dengan penelitian ini sehingga diperoleh beberapa alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh Kelompok Tani Hurip sampai pada akhirnya terpilih strategi pemasaran yang tepat.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Tepung Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan palawija penghasil karbohidrat terpenting sesudah jagung dan ubi kayu. Sebagai negara penghasil ubi jalar terbesar ketiga setelah China dan Vietnam dengan tingkat produksi mencapai 1,5 juta ton per tahun (Abdullah,2005), di Indonesia terdapat lebih dari 1000 jenis ubi jalar yang bisa ditemukan hampir di semua daerah walaupun tidak semuanya jenis asli Indonesia. Lima daerah sentra produksi ubi jalar di Indonesia diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, dan Sumatera (BPS, 2006).

Di Indonesia, ubi jalar hanya berfungsi sebagai bahan pangan sampingan, kecuali di Papua dan sebagian Maluku (merupakan makanan pokok). Padahal ubi jalar sangat potensial sebagai sumber karbohidrat, vitamin dan mineral. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2, selain umbinya yang memiliki gizi cukup tinggi, daun ubi jalar muda dapat dijadikan sayur yang juga mengandung gizi cukup tinggi.

Tabel 2. Kandungan Gizi Ubi Jalar dan Komoditi Pangan Lain (per 100gr)

Ubi Jalar Ubi

Kayu

Talas Kacang Hijau

Beras Sosoh Parameter

Umbi Daun

Air (gr) 65,5 85,1 63,0 71,0 6,5 11,1

Protein (gr) 1,1 3,3 0,6 2,3 24,4 7,4

Karbohidrat (gr) 31,8 9,1 35,3 25,7 64,1 80,4

Serat (gr) 0,7 2,2 1,6 0,7 4,3 0,4

Lemak (gr) 0,4 0,8 0,2 0,2 1,0 0,5

Abu (gr) 1,2 1,7 0,9 0,8 3,9 0,6

Ca (mg) 55,0 137,0 30,0 39,0 142,0 27,0

Fe (mg) 0,7 4,6 1,1 0,9 5,7 1,0

P (mg) 51,0 60,0 49,0 62,0 337,0 155,0

Vitamin A (IU) 900,0 5.325,0 - 30,0 133,0 -

Vitamin C (mg) 35,0 28,0 31,0 9,0 10,0 -

Thiamin (mg) 0,10 0,10 0,12 0,17 0,66 0,10

Riboflavin (mg) 0,04 0,13 0,06 0,04 0,22 0,05

Niacin (mg) 0,60 0,8 2,2 1,2 2,4 2,8

Energi (kal) 135,0 47,0 75,0 112,0 354,0 367,0 Sumber : FNRIP dalam Setyono, 1989


(30)

Hal ini disebabkan masih sedikitnya teknologi pengolahan pasca panen yang diterapkan, nilai ekonomis ubi jalar yang rendah, dan status ubi jalar yang dianggap sebagai makanan orang miskin (barang inferior). Selain itu, ubi jalar juga memiliki masa simpan yang relatif pendek. Untuk meningkatkan nilai tambahnya dan juga untuk memperpanjang masa simpannya, komoditas ubi jalar ini harus diolah lebih lanjut menjadi produk setengah jadi yang salah satunya berupa tepung.

Tepung ubi jalar merupakan hancuran ubi jalar yang dihilangkan sebagian kadar airnya. Pengolahan ubi jalar dari bentuk segar menjadi tepung mempunyai beberapa keuntungan, antara lain dapat mengurangi jumlah ubi jalar yang rusak (busuk), meningkatkan daya simpan, menghemat ruang penyimpanan, tersedia sepanjang waktu, mempermudah pendistribusian, meningkatkan daya guna, dan meningkatkan citra ubi itu sendiri pada akhirnya (Suprapti, 2003).

Tepung ubi jalar relatif manis, sehingga dapat menghemat penggunaan gula (sekitar 30%) dalam pembuatan produk makanan yang memerlukan gula (Setyono, 1991). Tepung ubi jalar tidak termasuk dalam kategori tepung terigu, beras, sagu dan tepung kanji yang mudah dicerna tapi cepat meningkatkan glukosa darah serta tidak mengandung serat yang meningkatkan risiko sulit buang air besar. Sebab, tepung ubi jalar mengandung serat makanan (dietary fibre) relatif tinggi serta indeks glikmiki (glycemic index) yang rendah (GI=54), sehingga makanan berbasis tepung ubi jalar lebih lamban dicerna dan lamban meningkatkan kadar gula darah.

Sebagian besar serat ubi jalar merupakan serat larut, yang menyerap kelebihan lemak/kolesterol darah, sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap aman terkendali. Serat alami oligosakarida yang tersimpan dalam ubi jalar ini sekarang menjadi komoditas bernilai dalam pemerkayaan produk pangan olahan, seperti susu. Selain mencegah sembelit, oligosakarida memudahkan buang angin. Kandungan serat yang berfungsi sebagai komponen non-gizi ini, juga bermanfaat bagi keseimbangan flora usus dan prebiotik, merangsang pertumbuhan bakteri yang baik bagi usus sehingga penyerapan zat gizi menjadi lebih baik dan usus lebih bersih (Hardinsyah, 2006).


(31)

Tepung ubi jalar juga memiliki betakaroten dan vitamin E. Kandungan karotenoid (betakaroten) dapat berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menghalangi laju perusakan sel oleh radikal bebas. Kombinasi betakaroten dan vitamin E dapat mencegah stroke dan serangan jantung. Betakarotennya mencegah stroke sementara vitamin E mencegah terjadinya penyumbatan dalam saluran pembuluh darah, sehingga dapat mencegah munculnya serangan jantung.

2.1.2. Pemasaran

Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dengan pihak lain.

David (2004) menggambarkan pemasaran sebagai proses mendefinisikan, mengantisispasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran : (1) analisis pelanggan, (2) penjualan produk/jasa, (3) perencanaan produk dan jasa, (5) distribusi, (6) riset pemasaran, dan (7) analisis peluang. Pemahaman terhadap fungsi-fungsi ini membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pemasaran.

2.1.3. Perumusan Strategi Pemasaran

Merencanakan strategi pemasaran merupakan langkah yang memegang peranan penting bagi suatu perusahaan, karena keberhasilan pemasaran dapat menentukan hidup-matinya perusahaan. Assauri (2004) menyatakan bahwa strategi pemasaran merupakan rencana yang menyeluruh, terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran yang memberikan panduan tentang suatu kegiatan agar suatu perusahaan dapat mencapai tujuannya. Menurut Kotler (2002), strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dan hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan, dan kondisi persaingan yang dihadapi. Swastha dan Handoko (1987) menyatakan bahwa strategi pemasaran dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu :


(32)

1. Strategi segmentasi pasar

Sebelum memasarkan produknya, suatu perusahaan terlebih dahulu perlu mengetahui pasar yang dituju. Selain itu, konsumen harus dipisah-pisahkan dalam beberapa kelompok, misalnya berdasarkan faktor geografis (daerah, kota), faktor penduduk (jenis kelamin, umur, pendapatan, pendidikan), faktor sosiografis (kelas sosial, gaya hidup), faktor tingkah laku (motif pembelian, kebiasaan, tujuan pembelian). Kelompok-kelompok ini disebut dengan istilah segmen pasar. Masing-masing segmen memiliki konsumen dengan karakteristik yang sama.

2. Strategi Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran merupakan sekelompok variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen dalam pasar sasarannya.

Tabel 3. Variabel-Variabel Bauran Pemasaran

Sumber : Assauri, 2004

Perumusan strategi pemasaran suatu perusahaan didasarkan pada analisis menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat akan berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor-faktor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan

PRODUK DISTRIBUSI PROMOSI HARGA

Kualitas/ mutu Penampilan Pilihan Gaya Merek Kemasan Ukuran Lini produk Garansi Pelayanan Saluran distribusi Cakupan distribusi Lokasi Persediaan Alat transportasi Iklan Penjualan personal Promosi penjualan Publisitas Tingkat harga Diskon Potongan harga Syarat pembayaran Periode pembayaran


(33)

Menurut David (2004), teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yaitu tahap pengumpulan input (the input stage), tahap pemaduan/pencocokan (the matching stage), dan tahap keputusan (the decision stage), seperti yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap pertama dalam kerangka formulasi strategi terdiri dari matriks

External Factor Evaluation (EFE), matriks Internal Factor Evaluation (IFE), dan matriks Profil Pesaing. Tahap ini disebut tahap input karena meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk menentukan strategi. Tahap kedua disebut tahap pencocokan yang berfungsi untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari tahap input. Teknik yang dapat digunakan pada tahap kedua ini adalah matriks

Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT), matriks Internal External (IE), matriks Grand Strategi, matriks SPACE, dan matriks BCG. Sedangkan tahap ketiga disebut tahap keputusan, dimana pada tahap ini akan diambil keputusan strategi mana yang menjadi prioritas dengan menggunakan matriks QSPM. QSPM mengungkapkan daya tarik dari strategi alternatif yang diperileh pada tahap kedua sehingga menjadi dasar sasaran untuk memilih strategi spesifik.

Stage 1 : The Input Stage

Matriks EFE Matriks IFE Matriks Profil Pesaing

Stage 2 : The Matching Stage

Matriks SWOT Matriks IE Matriks Grand Strategi

Matriks SPACE Matriks BCG

Stage 3 : The Decision Stage


(34)

2.1.4. Lingkungan Pemasaran

Menurut Kotler (2002), lingkungan pemasaran perusahaan terdiri dari pelaku-pelaku dan kekuatan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mengembangkan dan mempertahankan transaksi-transaksi dan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan sasarannya. Dalam merumuskan suatu strategi pemasaran, perusahaan harus memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya agar sukses dalam jangka waktu lama (Hunger dan Wheelen, 2001). Lingkungan ini dibedakan menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

a. Lingkungan Internal

Lingkungan internal meliputi bagian dalam perusahaan yang merupakan sumberdaya perusahaan yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan perusahaan tergantung dari bagaimana perusahaan mengelolaannya. Lingkungan internal terdiri dari faktor pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, riset dan pengembangan. Faktor-faktor ini akan berpengaruh pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Disebut kekuatan jika variabel internal yang dievaluasi mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu sehingga membedakannya dengan pesaing. Disebut kelemahan jika perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat dikerjakan dengan baik oleh pesaingnya. Analisis terhadap lingkungan internal perusahaan akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam merumuskan dan menerapkan strategi pemasarannya (Hunger dan Wheelen, 2001).

b. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari faktor-faktor sosial di luar perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun ia dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung (Bloom, 2006). Lingkungan eksternal akan berubah secara terus-menerus dan perusahaan harus mampu beradaptasi agar dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada dan menghindari segala macam hal yang dapat mengancam perusahaan.


(35)

ekonomi, alam, teknologi, politik-hukum, dan sosial budaya. Serta lingkungan eksternal mikro (langsung), yang terdiri dari para pesaing, pemasok, pelanggan, produk substitusi, dan pendatang baru.

2.1.5. Kelompok Tani

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97, tanggal 18 Maret 1997, kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dalam rangka menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup anggotanya. Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang. Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal sedangkan susunan kepengurusan kelompok tani minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara serta dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelompok.

Ciri-ciri kelompok tani adalah sebagai berikut :

1. Ikatan di dalam kelompok tersebut didasarkan kepada keserasian (mempunyai minat, pandangan, kesenangan, dan kepentingan yang sama) sehingga menimbulkan saling pengertian antar sesama anggota, kerjasama yang baik serta kecenderungan para anggota untuk mengikuti dan mentaati keputusan yang telah dibuat bersama.

2. Diantara anggota dan ketua atau diantara sesama anggota terjalin hubungan yang luwes dan wajar sehingga hubungan komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

3. Adanya kegiatan yang bersifat informal

4. Anggota adalah petani yang berada dalam lingkungan pengaruh seorang kontak tani yang bertindak sebagai ketua kelompok.

Tujuan dari didirikannya kelompok tani adalah untuk memudahkan penerapan dan penyebaran teknologi baru, dengan melakukan kegiatan bersama yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok dan juga untuk mendiskusikan ide atau gagasan-gagasan baru, membentuk opini sampai kepada pengambilan keputusan. Sedangkan peranan dari kelompok tani itu sendiri adalah sebagai


(36)

media sosial yang dinamis, penyatuan aspirasi yang murni dan sehat, dan sebagai media kerjasama.

2.1.6. Usaha Kecil

Definisi usaha kecil mencakup paling tidak dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (Partomo dan Soejoedono, 2004).

Departemen KUMKM (2005) mendefinisikan usaha kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar satu miliar rupiah atau kurang. Adapun kriteria-kriteria dari suatu usaha kecil adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

3. Milik Warga Negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan UM atau UB.

5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum (termasuk koperasi).

Anderson (1987) mengemukakan definisi usaha kecil ditinjau dari jumlah pekerja terbagi dua, yaitu usaha kecil I – kecil yang memiliki 1 sampai 9 tenaga kerja, dan usaha kecil II – kecil yang memiliki 10 sampai 19 tenaga kerja.

2.1.7. Penelitian Aksi Partisipatif (Participatory Action Research/PAR)

Penelitian aksi partisipatif, yang selanjutnya disebut PAR, adalah salah satu bentuk penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas organisasi masyarakat, kehidupan masyarakat, dan keluarga dengan menggunakan sebuah pendekatan kolaboratif untuk mempertanyakan atau menyelidiki dan kemudian


(37)

(participatory research) memiliki perbedaan dan penelitian konvensional (conventional research) yang dilakukan oleh peneliti pada umumnya.

Tabel 4. Perbedaan Conventional Research dan Participatory Research

Kriteria Conventional research Participatory research

Tujuan Memperoleh informasi untuk

didiagnosa, direncanakan dan dievaluasi

Memancing penduduk lokal untuk mulai beraksi

Hasil riset Sesuai dengan yang ditentukan, lebih spesifik

Berkembang, berubah terus-menerus

Pendekatan Objektif, standarisasi, seragam, linier, disusun untuk menguji hipotesis

Fleksibel, berbeda-beda, disesuaikan, mendorong perubahan, iteratif, holistik

Gaya operasi Menggali, ada jarak dengan subjek riset, hanya data dan data

Memotivasi (memberi dorongan), partisipatif, fokus pada perkembangan orang Pembuat

keputusan

Eksternal, terpusat Penduduk lokal dengan atau

tanpa fasilitator Metode/teknik Sangat terstruktur, ketepatan

pengukuran, analisis statistic

Buka-tutup, tatap muka, sorting, skorring, ranking Peranan

peneliti

Mengkontrol, memanipulasi, expert, dominan, objektif

Perantara, fasilitator, mengawali, kemudian mengikuti Peran penduduk lokal

Contoh, sebagai target, responden pasif, reaktif

Generator pengetahuan, peserta, aktif, kreatif

Kepemilikan hasil

Hasil untuk sendiri dan dikontrol dari luar (akses terbatas)

Dimiliki oleh penduduk local

Output Laporan, publikasi, mungkin

perubahan kebijakan

Peningkatan kapasitas dan peran masyarakat setempat, pembelajaran setempat, mempengaruhi perubahan kebijakan

Sumber : Narayan, 1996

Penelitian aksi partisipatif adalah suatu penelitian sistematis yang dilaksanakan bersama (kolektif), saling bekerjasama (kolaboratif), merupakan refleksi diri, bersifat kritis dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian tersebut (McCutcheon and Jung, 1990). PAR memiliki seperangkat nilai-nilai yang menentukan proses penelitian haruslah demokratis, adil, bebas, dan dinamis.


(38)

Menurut Dick (1997), PAR merupakan suatu siklus, bukan proses linier, yang umumnya dimulai dengan membangun dasar bagi partisipan dengan mengembangkan hubungan diantara para stakeholder serta menegosiasikan peran dan tangungjawab. Membangun hubungan adalah aspek kunci dalam proses penelitian yang membutuhkan negosiasi dan sikap saling berbagi.

Zuber-Skerrit (1991), mengatakan bahwa siklus penelitian aksi terdiri dari empat kegiatan utama yaitu, perencanaan, aksi, pengamatan, dan refleksi seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus dengan harapan kegiatan perencanaan dan aksi yang dilakukan setiap kali kegiatan pemantauan dan refleksi dilakukan akan menghasilkan suatu output yang lebih baik dan bermanfaat.

Gambar 2 : Siklus Participatory Action Research (PAR)

Dari definisi-definisi diatas terdapat empat point dasar dalam penelitian aksi partisipatif yaitu : pemberdayaan pihak-pihak yang terlibat, kerjasama melalui partisipasi, memperoleh pengetahuan, dan perubahan sosial.

McTaggart (1989), menyatakan bahwa penelitian aksi partisipatif memiliki enam belas prinsip yaitu : (1) sebuah pendekatan untuk memperbaiki praktek sosial dengan jalan merubahnya, (2) bergantung pada partisipasi nyata, (3) kolaboratif, (4) membangun komunitas dengan sikap kritis-diri, (5) sebuah proses belajar yang sistematis, (6) melibatkan orang-orang dalam membangun teori mengenai praktek sosial mereka sendiri, (7) mengajak orang-orang menempatkan praktek, ide-ide dan asumsi mereka mengenai institusi untuk diuji, (8) melibatkan pembuatan catatan, (9) mengajak partisipan memahami pengalaman mereka sendiri secara obyektif, (10) sebuah proses politik, (11) melibatkan pembuatan Kondisi

Saat Ini

Aksi Aksi

Perencanaan Perencanaan

Pemantauan Pemantauan

Refleksi Refleksi


(39)

kecil, (14) dimulai dengan kelompok kecil, (15) memperbolehkan dan mengharuskan partisipan membuat catatan, (16) memperbolehkan dan mengharuskan partisipan memberikan sebuah alasan yang memberi justifikasi kerja sosial (pendidikan) mereka kepada yang lain.

2.1.8. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan digunakan dua matriks yang berbeda yaitu matriks Internal Factor Evaluation

(IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE).

a. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor strategis internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal dapat digali dari beberapa aspek fungsional, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut :

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh usaha pada kolom 1

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang seringkali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Semua bobot tersebut jumlahnya harus sama dengan skor total 1,00. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.

3. Hitung rating atau peringkat (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor-faktor kondisi perusahaan yang bersangkutan. 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.


(40)

5. Jumlahkan skor pembobotan (dalam kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor internalnya. Nilai rata-rata adalah 2,5. jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan jika nilainya diatas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internalnya kuat.

Tabel 5. Matriks IFE

Faktor-faktor internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan

1. 2. .... Kelemahan

1. 2. ....

Total 1,00 Sumber : David, 2004

b. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Matriks External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor strategis eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan persaingan di pasar industri, serta data eksternal lainnya. Hal ini penting dilakukan karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dalam matriks EFE adalah sebagai berikut :

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman yang mempunyai damapk penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha pada kolom 1


(41)

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Semua bobot tersebut jumlahnya harus sama dengan skor total 1,00.

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut kondisi perusahaan yang bersangkutan.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.

5. Jumlahkan skor pembobotan (dalam kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor eksternalnya. Skor total 4,0 menandakan bahwa perusahaan merespons dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman di pasar industrinya. Sementara itu, skor total sebesar 1,0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.

Tabel 6. Matriks EFE

Faktor-faktor eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang 1. 2. .... Ancaman

1. 2. ....

Total 1,00 Sumber : David, 2004


(42)

c. Matriks Internal-External (IE)

Matriks IE menempatkan suatu organiasi ke dalam 9 sel, yang didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu X dan total EFE yang diberi bobot pada sumbu Y. Pada sumbu X matriks IE, total nilai IFE yang dibobot dari 1,00 - 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai 2,00 - 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,00-4,0 dianggap kuat. Demikian pula dengan sumbu Y, total nilai EFE diberi bobot dari 1,00-1,99 dianggap rendah, nilai 2,00-2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,00-4,0 dianggap tinggi (David, 2004).

4,0 Kuat (3,0-4,0) 3,0 Rataan (2,0-2,99) 2,0 lemah (1,0-1,99) 1,0 Tinggi

3,0 - 4,0

3,0 Sedang 2,0 - 2,99

2,0 Rendah 1,0 - 1,99

1,0

Gambar 3. Matriks Internal External (IE)

d. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT)

Alat analisis yang digunakan dalam menganalisis lingkungan yang berupa peluang (Opprtunities), ancaman (Threats), kekuatan (Strengths), dan kelemahan (Weaknesses) disebut analisis SWOT yang selanjutnya memperkenalkan matriks yang dinamakan Matriks SWOT.

Matriks ini memberikan gambaran bagaimana peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan digabungkan dengan kekuatan dan kelemahan dilingkungan internal perusahaan sehingga pada akhirnya perusahaan dapat melihat berbagai alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Alternatif strategi tersebut ialah strategi

I (Strategi Intensif) II (Strategi Intensif) III (Hold dan Maintain) IV (Strategi Intensif) V

(Hold dan Maintain)

VI (Harvest dan Divestiture) VII (Hold dan Maintain) VIII (Harvest dan Divestiture) IX (Harvest dan Divestiture)


(43)

kelemahan-ancaman (strategi WT) dan strategi kekuatan-ancaman (strategi ST). Penjabaran dari alternatif strategi adalah :

1. Strategi SO : strategi untuk mengerahkan segala kekuatan organisasi dalam merebut peluang yang terjadi di eksternal organisasi (strategi ofensif).

2. Strategi WO : strategi untuk meminimalkan kelemahan dalam merebut peluang yang ada (strategi defensif atau konsolidasi).

3. Strategi WT : strategi meminimalkan kelemahan agar terhindar dari ancaman eksternal (strategi diversifikasi).

4. Strategi ST : strategi ini diterapkan dengan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman yang ada (strategi diferensiasi).

Tabel 7. Matriks SWOT

KEKUATAN (S)

Daftar kekuatan internal

KELEMAHAN (W)

Daftar kelemahan internal

PELUANG (O)

Daftar peluang eksternal

STRATEGI S-O STRATEGI W-O

ANCAMAN (T)

Daftar ancaman eksternal STRATEGI S-T STRATEGI W-T

Sumber : David, 2004

Hasil dari matriks SWOT ini diharapkan dapat memberikan beberapa alternatif strategi pemasaran yang dapat dipilih oleh pihak manajemen perusahaan agar tujuan awal dari organisasi tercapai dan kegiatan pemasaran perusahaan mampu memberikan hasil yang maksimal.

d. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP)

Matriks QSP merupakan tahap ketiga dari tahapan perumusan strategi yang secara obyektif menunjukkan strategi alternatif yang paling baik karena metode QSPM menggunakan masukan dari analisis tahap pertama yaitu tahap masukan dan hasil analisis tahap pencocokan (David, 2004).

Beberapa langkah untuk mengembangkan QSPM adalah :

1. Membuat daftar peluang atau ancaman eksternal kunci dan


(44)

2. Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal, yang datanya sama dengan yang digunakan dalam matriks EFE dan IFE

3. Memeriksa matriks-matriks pada tahap pencocokan dan mengenali strategi alternatif yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diterapkan.

4. Menentukan Nilai Daya Tarik atau Atractiveness Score (AS) yang didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. Ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing faktor internal dan eksternal usaha.

5. Menghitung Total Nilai Daya Tarik atau Total Atractiveness Score (TAS)

6. Menghitung jumlah Total Nilai Daya Tarik (TAS). Jumlah TAS

mengungkapkan strategi yang paling menarik dari masing-masing rangkaian alternatif.

Tabel 8. Matriks QSP

Alternatif strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Faktor-faktor sukses kritis Bobot

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor-faktor kunci eksternal 1.

2. ...dst

Total bobot 1,0

Faktor-faktor kunci internal 1.

2. ...dst

Total bobot 1,0

Jumlah nilai TAS Sumber : David, 2004 Keterangan :

a. AS : Nilai daya tarik. Penilaian ini berdasarkan skala : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. Jika faktor sukses kritis tidak memberikan pengaruh pada pilihan spesifik yang akan dibuat, maka tidak


(45)

b. TAS : Total nilai daya tarik. Merupakan hasil perkalian anrara bobot dengan nilai daya tarik dalam setiap baris.

c. Jumlah Total Nilai Daya Tarik merupakan penjumlahan Total Nilai Daya Tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Nilai ini mengungkapkan mana yang paling menarik dalam setiap sel strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi itu semakin menarik dan strategi tersebut lebih diinginkan relatif terhadap yang lain.

2.2. Penelitian Terdahulu

Firdaus (2002) melakukan penelitian tentang strategi pemasaran koperasi tapioka sebagai perusahaan yang membeli tapioka kasar dari industri kecil tapioka kasar dan mengubahnya menjadi tapioka halus, menyatakan bahwa faktor yang menjadi peluang terbesar industri tapioka ialah potensi pasar yang besar dan tingginya permintaan tapioka. Industri pengolahan tapioka halus sebaiknya menerapkan strategi integrasi ke belakang dengan pengadaan unit bisnis tapioka basah, mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan diferensiasi produk, mengoptimalkan kegiatan penelitian dan pengembangan pasar untuk mendukung proses produksi dan produk-produk bermutu, mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan dengan melakukan penetrasi pasar.

Sembiring (2005), yang melakukan penelitian tentang formulasi strategi usaha perusahaan cabe giling dan bumbu Gerak Tani Jakarta, menyatakan bahwa peluang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan adalah segmen pasar yang besar dan jumlah penduduk Jabotabek yang tinggi. Strategi yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan adalah intensif dalam pembukaan penjualan baru, mengoptimalkan dan meningkatkan iklan maupun promosi sesuai sasaran, publikasi departemen kesehatan dan hak paten, diversifikasi produk, efisiensi semua tahapan, peluncuran produk baru dan paket hemat, penambahan fasilitas pesan antar, relokasi tempat penjualan, peningkatan perhatian product life cicle

(PLC), dan mengoptimalkan program R&D.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Jati (2006) dengan judul analisis nilai tambah dan strategi pemasaran kopi bubuk arabika Kelompok Tani Manunggal VI Kecamatan Jambu Semarang.. Dari hasil analisis faktor internal yang dilakukan, diketahui bahwa kelompok tani tersebut berada pada posisi


(46)

internal rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang dihadapi kelompok tani. Sedangkan dari anlisis faktor eksternal menunjukkan bahwa kelompok tani tersebut berada pada posisi eksternal sedang dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi oleh kelompok tani. Pada akhirnya dari analisis dengan menggunakan matriks QSP diperoleh bahwa prioritas utama strategi pemasaran kopi bubuk Arabika kelompok tani Manunggal VI kecamatan Jambu Semarang adalah membuka kesempatan investasi kapada pihak lain yang berminat.

2.3. Kerangka Pemikiran Operasional

Dari hasil pengkajian bersama dengan pemerintah Desa Cikarawang dan tokoh-tokoh setempat diketahui bahwa komoditas unggulan pertanian di Desa Cikarawang adalah ubi jalar dan kelompok tani yang khusus menangani komoditas ini adalah Kelompok Tani Hurip.

Selama ini, komoditi ubi jalar hanya dijadikan sebagai makanan cemilan bagi warga setempat atau dijual langsung kepada tengkulak dan pasar-pasar tradisional. Bahkan ketika ”banjir” ubi jalar, komoditi ini akan terbuang sia-sia atau dijual dengan harga yang sangat rendah. Melalui diskusi dengan seluruh anggota Kelompok Tani Hurip dan tokoh-tokoh setempat dimana tim mahasiswa sebagai pemandunya (fasilitator), muncul keinginan dari anggota kelompok tani Hurip untuk meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut dengan cara mendirikan usaha pengolahan ubi jalar menjadi tepung di Desa Cikarawang. Usaha kecil ini perlu dikembangkan, karena berbasis sumber daya lokal, yaitu ubi jalar, sedikit banyak akan menyerap tenaga kerja di sekitarnya dan berkontribusi positif terhadap perekonomian daerah pada khususnya.

Usaha tepung ubi jalar yang akan didirikan oleh Kelompok Tani Hurip ini akan melakukan serangkaian kegiatan seperti pengadaan bahan baku, produksi atau pengolahan, dan pemasaran. Ketiga kegiatan ini saling berkaitan satu sama lain. Kegagalan pada kegiatan awal, akan mengakibatkan kegagalan pada kegiatan selanjutnya. Untuk itu, dalam pelaksanaannya perlu direncanakan sebaik-baiknya.

Salah satu bagian penting dari kegiatan pemasaran adalah perumusan strategi pemasaran. Perumusan strategi pemasaran dari usaha ini akan melalui tiga


(47)

lingkungan kelompok tani termasuk usaha yang akan didirikan yang dilakukan oleh peneliti secara kolaboratif dengan tim usaha yang ditunjuk oleh Kelompok Tani Hurip. Analisis lingkungan yang akan dilakukan terdiri atas dua faktor, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Identifikasi faktor internal dilakukan dengan analisis lingkungan internal yang digambarkan dengan kekuatan dan kelemahan kelompok tani sehingga didapat faktor-faktor sukses kritis internal yang kemudian dirangkum ke dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan analisis lingkungan eksternal direfleksikan oleh peluang, ancaman industri, ketersediaan lahan di desa dan dampak pengembangan usaha tepung ubi jalar terhadap lingkungan perdesaan yang kemudian dirangkum ke dalam matriks External Factor Evaluation (EFE).

Tahap berikutnya memadukan antara analisis faktor-faktor internal dan eksternal dalam bentuk analisis SWOT. Melalui analisis ini, peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan akan dicocokkan satu dengan lainnya sehingga akan didapatkan 4 tipe strategi, yaitu strategi kekuatan dan peluang (SO), kelemahan dan peluang (WO), kekuatan dan ancaman (ST), serta kelemahan dan ancaman (WT). Selanjutnya memposisikan kelompok ke dalam matriks yang terdiri dari 9 sel yang disebut matriks Internal External (IE).

Keluaran dari alternatif strategi tersebut akhirnya dipilih strategi yang terbaik melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM merupakan tahap ketiga dan terakhir dari tahap kerangka pengambilan keputusan strategi David. Output matriks QSP berbentuk skor. Skor tertinggi merupakan prioritas utama untuk diterapkan, sehingga dihasilkan umpan balik yang akan dipertimbangkan dalam penentuan visi dan misi berikutnya. Dengan dipilihnya strategi terbaik dan manfaat dari usaha kecil tepung ubi jalar kelompok tani Hurip, maka diharapkan pendirian usaha kecil di desa Cikarawang tersebut dapat bersaing dipasar sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya.

Seluruh kegiatan penelitian ini dilakukan secara partisipatif. Dimulai dari penentuan jenis usaha yang akan dikembangkan oleh kelompok tani Hurip sampai tersusunnya alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh kelompok sebagai keluaran dari matriks SWOT hingga pada akhirnya terpillih strategi


(48)

pemasaran yang paling tepat untuk diterapkan oleh kelompok tani Hurip untuk memasarkan tepung ubi jalarnya. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

DesaCikarawang

Kelompok Tani Hurip

Usaha Kecil Tepung Ubi Jalar

Ubi Jalar

Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

MatriksSWOT

AlternatifStrategi Pemasaran

MatriksQSPM StrategiPemasaran

Terpilih MatriksIE


(49)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Hurip yang sekretariatnya berada di Kampung Carangpulang Bubulak RT 04 RW 03 Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa kelompok tani ini merupakan satu-satunya kelompok tani yang khusus menangani komoditas ubi jalar yang merupakan komoditas andalan di Desa Cikarawang. Kegiatan penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Juni 2007.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan berasal dari Kelompok Tani Hurip yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dan mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD), dan kaji lapang atau observasi yang dilakukan secara partisipatif bersama anggota Kelompok Tani Hurip. Data tersebut meliputii profil desa, profil kelompok tani, visi, misi, dan tujuan kelompok tani, fasilitas dan peralatan yang akan dibutuhkan untuk membuat tepung ubi jalar, pasar yang akan dituju, serta kegiatan produksi dan operasi yang akan dilaksanakan ketika usaha tersebut berdiri.

Sedangkan data sekunder yang digunakan berasal dari tulisan-tulisan yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti seperti literatur dari Pemerintahan Desa Cikarawang, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor dan Pusat, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bogor, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kecamatan Darmaga,

Center for International Forestry Research (CIFOR), Balai Besar Industri Agro (BBIA), dan literatur-literatur lainnya berupa jurnal, makalah, dan hasil penelitian terdahulu.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data menggunakan metodologi Penelitian Aksi Partisipatif (PAP) atau Participatory Action Research (PAR), yaitu sebuah


(50)

metode yang melibatkan dan sekaligus mendorong masyarakat, dalam hal ini anggota Kelompok Tani Hurip, untuk mengenali potensi dan permasalahan sumberdaya lokal (ubi jalar) yang ada di desa, sehingga para petani berinisiatif untuk melakukan tindakan penyelesaian masalahnya sendiri.

Penelitian Aksi Partisipatif (PAP) ini melalui beberapa tahapan yaitu tahap pra kondisi, tahap pengumpulan data dan tahap validasi data. Tahap pra kondisi dimulai dengan merancang proses dimana masyarakat terlibat dalam penelitian. Berikutnya, sosialisasi akan dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tujuan penelitian serta manfaatnya bagi masyarakat.

Tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan menggunakan tiga metode, yaitu :

1. Wawancara terstruktur dan mendalam dengan anggota Kelompok Tani Hurip dan pihak yang terkait dalam penelitian.

2. Focus Group Discussion (FGD), yaitu diskusi kelompok terfokus yang melibatkan anggota Kelompok Tani Hurip dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam kelompok.

3. Resource Mapping, yaitu kajian lapang atau observasi bersama para petani untuk memetakan potensi dan permasalahan sumber daya (ubi jalar).

Data sekunder diambil dari instansi pemerintah dan pengambil kebijakan yang berkaitan dengan penelitian seperti Disperindag, BPS, BBIA, CIFOR, UPTD, Pemerintah Desa dan juga melalui studi literatur dari berbagai tulisan ilmiah.

Tahap validasi data adalah sebuah proses untuk melakukan cross check

dan verifikasi kebenaran data yang telah dikumpulkan. Proses ini mengunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Secara umum, data pada penelitian ini ialah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram, sedangkan data kualitatif akan dijelaskan secara deskriptif.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data


(51)

terakhir adalah tahap pengambilan keputusan atau decision stage. Dalam setiap tahap penelitian, peneliti akan bekerja sama dengan anggota Kelompok Tani Hurip secara partisipatif. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

Microsoft Excel dan alat hitung kalkulator.

Rincian dari proses penentuan strategi adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, data yang diambil berkaitan dengan gambaran umum Desa Cikarawang, Kelompok Tani Hurip dan usaha yang akan didirikan, faktor internal kelompok yaitu kelemahan dan kekuatan kelompok, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh Kelompok Tani Hurip atas usaha yang akan didirikan. Data-data faktor internal akan dirumuskan dalam sebuah matriks yang dinamakan matriks IFE dan data-data faktor eksternal akan dirumuskan dalam matriks EFE.

b. Pencocokan Data

Tahap pencocokan data merupakan tahap dimana terdapat usaha untuk mengkombinasikan antara sumber daya internal dengan peluang dan ancaman yang terdapat pada faktor-faktor eksternal yang diperoleh pada tahap pertama. Pada tahap ini digunakan matriks SWOT dan matriks IE.

Hasil dari matriks SWOT dan matriks IE ini diharapkan dapat memberikan beberapa alternatif strategi pemasaran yang dapat dipilih oleh kelompok agar tujuan awal dari usaha yang akan didirikan tercapai dan kegiatan pemasaran produk mampu memberikan hasil yang maksimal.

c. Pengambilan Keputusan

Pada tahap ini, akan ditentukan strategi pemasaran terbaik dari beberapa alternatif strategi yang muncul dari matriks SWOT dan matriks IE. Penentuan strategi terbaik dan tepat bagi Kelompok Tani Hurip untuk memasarkan produk yang akan dihasilkan ini dilakukan dengan menggunakan matriks QSP.


(1)

114

- Merencanakan kegiatan

ujicoba pembuatan tepung ubi jalar bersama

masyarakat

Melakukan uji coba pembuatan tepung ubi jalar sebanyak tiga kali. Disetiap percobaan menggunakan metode yang berbeda dengan menggunakan alat apa adanya dan mesin penggiling tepung sederhana yang dipinjam dari penduduk setempat Pada ujicoba pertama dibantu oleh mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian, sedangkan pada ujicoba kedua dan ketiga dilakukan sendiri oleh tim pokja dan peneliti. Ujicoba ini dilanjutkan dengan membuat berbagai jenis makanan dengan menggunakan tepung ubi yang telah jadi.

Karena pengalaman dan pengetahuan yang masih sangat terbatas, ujicoba dilakukan tanpa panduan yang jelas, sehingga hasilnya juga kurang bagus - - Mahasiswa belajar pengetahuan dan ketrampilan baru tentang pembuatan tepung ubi jalar Mahasiswa belajar membangun aksi kolaboratif, dimana pengetahun teknis akademis dipertemukan dengan pengetahuan/pengalaman praktis masyarakat - - Masyarakat belajar pengetahuan dan ketrampilan baru tentang pembuatan tepung ubi jalar Masyarakat belajar membangun aksi kolaboratif, dimana pengetahuan/pengalaman praktis masyarakat dipertemukan dengan pengetahuan teknis akademis mahasiswa - - Diperoleh pengetahuan baru mengenai berbagai metode yang dapat digunakan untuk membuat tepung ubi jalar dan

pemanfaatannya melalui serangkaian ujicoba yang telah dilakukan

Perlu dilakukan studi banding ke usaha tepung ubi jalar yang sudah berjalan sebagai pembanding sekaligus agar mendapat gambaran lebih riil

- Merencanakan studi

banding ke usaha tepung ubi jalar yang sudah berjalan

-

-

Mencari informasi mengenai usaha tepung ubi jalar, khususnya yang ada di sekitar Bogor Melakukan kontak dengan pemilik usaha tepung ubi jalar ’Kaki Patani’ di Kuningan untuk kemungkinan studi banding - - Usaha sejenis yang pernah ada di Bogor sekarang tidak beroperasi lagi. Yang masih eksis ada di Kuningan dan Malang. sehingga membutuhkan

- Melalui kunjungan sharing

dari pemilik usaha yang sudah lama berpengalaman dalam usaha pembuatan tepung ubi jalar mahasiswa banyak mendapat informasi penting mengenai usaha tepung ubi jalar

- Melalui kunjungan sharing

dari pemilik usaha yang sudah lama berpengalaman dalam usaha pembuatan tepung ubi jalar masyarakat banyak mendapat informasi baru yang akan berguna untuk menyusun rencana usaha

- Berdasarkan informasi

yang diperoleh dari sharing , masyarakat melakukan refleksi dengan hasil: (1) pasar akan difokuskan ke Bogor dan sekitarnya, (2) pasar akan lebih difokuskan untuk konsumen


(2)

115

-

dana dan waktu yang tidak sedikit Karena

ketidaksesuaian waktu, maka tidak jadi dilakukan studi banding ke Kuningan, diganti dengan kunjungan pemilik ”Kaki Patani’ ke KTH

-

-

industri dan (3) akan mengolah/memproduksi makanan berbahan baku tepung ubi Dilakukan penajaman topik penelitian dengan pembatasan cakupan konsumen dan wilayah disesuaikan dengan rencana kelompok tani Perlu segera melakukan pengumpulan data sekunder maupun primer untuk analisis penelitian dimaksud

Mengidentifikasi faktor

internal dan eksternal Kelompok Tani Hurip

- - -

-

FGD : mahasiswa dan Pokja

Wawancara dengan ketua kelompok dan

pengurusnya Observasi atau pengamatan langsung terhadap kelompok tani Matriks IFE dan matriks EFE

Adanya sedikit

kesulitan dari petani untuk mengelompokkan faktor-faktor internal dan eksternal kelompok mereka.

-

-

Mahasiswa belajar untuk melihat secara tajam kondisi lingkungan Kelompok Tani Hurip Mahasiswa belajar menuangkan kondisi internal dan eksternal kelompok tani dalam susunan kalimat yang bisa dimengerti oleh petani

-

-

Petani menjadi lebih mengenal kondisi internal dan eksternal kelompok taninya

Petani belajar

mengelompokkan faktor-faktor internal dan eksternal kelompok taninya

-

Diperoleh faktor internal dan eksternal kelompok yaitu sbb: Internal : (kekuatan) Kelompok tani sangat terbuka kepada pihak luar, Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota kelompok tani untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar, Anggota kelompok tani adalah petani ubi jalar yang berpengalaman, Kelompok tani sudah mempunyai struktur organisasi yang jelas, Kelompok tani


(3)

116

-

mempunyai hubungan yang baik dengan para petani dan penjual ubi jalar di luar Desa Cikarawang. (kelemahan) Modal kelompok terbatas, Kurangnya regenerasi anggota kelompok tani, Tingkat pengetahuan anggota kelompok rendah, Jenis varietas ubi jalar yang ditanam oleh anggota kelompok beraneka ragam Eksternal : (peluang) Kondisi geografis Desa Cikarawang yang cocok untuk pengembangan komoditas ubi jalar, Tersedianya tenaga kerja, Peningkatan jumlah penduduk dan kecenderungan perubahan pola konsumsi masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat, Tepung ubi jalar dapat mensubstitusi tepung terigu, Perkembangan ilmu dan teknologi


(4)

117

yang semakin modern,

Peluang kerjasama dengan pemerintah dan atau pihak lain, Adanya peluang pasar tepung ubi jalar di wilayah Bogor. (ancaman) Tepung ubi jalar belum dikenal oleh masyarakat luas, Harga tepung substitusi lebih murah

dibandingkan harga tepung ubi jalar , Laju inflasi terus meningkat.

- Memberi bobot dan rating

dari setiap faktor internal dan eksternal kelompok

- -

Wawancara terstruktur dan mendalam

Matriks IFE dan matriks EFE

-

-

Mahasiswa agak sedikit kesulitan untuk

mencocokkan waktu untuk bertemu dengan pihak-pihak yang berkepentingan dari kelompok tani

Kesulitan yang dihadapi oleh petani untuk membedakan antara bobot dan rating

- Mahasiswa belajar untuk

meyakini petani bahwa pendapat dan penilaian mereka terhadap faktor-faktor tersebut sangat bernilai dan tidak ada yang akan menilai itu benar atau salah.

- Petani belajar untuk menuangkan pendapat dan penilaian mereka terhadap kelompok dalam bentuk tingkatan skala secara bebas dan netral

- Berdasarkan analisis

terhadap lingkungan internal Kelompok Tani Hurip dengan menggunakan matriks IFE diketahui bahwa Kelompok Tani Hurip mempunyai posisi internal yang kuat. Kekuatan terbesaar kelompok adalah pada faktor adanya

keinginan dan motivasi yang besar dari anggota Kelompok Tani Hurip untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar,


(5)

118

-

sedangkan kelemahan terbesar kelompok adalah tingkat pengetahuan anggota kelompok yang rendah. Berdasarkan analisis terhadap lingkungan eksternal Kelompok Tani Hurip berkaitan dengan usaha yang akan didirikan dengan menggunakan matriks EFE diketahui bahwa Kelompok Tani Hurip memiliki kemampuan yang tinggi dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Peluang utama kelompok ialah perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin modern , sedangkan ancaman utama yang dihadapi oleh Kelompok Tani Hurip adalah tepung ubi jalar belum dikenal

oleh masyarakat luas.

Perlu segera

merumuskan alternatif-alternatif strategi.


(6)

119

- Merumuskan

alternatif-alternatif strategi

- -

FGD

Matriks IE dan Matriks SWOT : Mahasiswa dan pokja

- Menentukan waktu yang tepat agar semua anggota pokja dan mahasiswa dapat berkumpul bersama untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat dihasilkan dari faktor-faktor internal dan eksternal kelompok tani

Belajar memetakan hasil analisis pada matriks IFE dan matriks EFE ke matriks IE dan merumuskan strategi pada matriks SWOT

Masyarakat belajar untuk merumuskan strstegi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT

Dari matriks IE dan SWOT diperoleh empat alternatif strategi yang diperoleh dari matriks SWOT dan IE, yaitu strategi perluasan target pasar, penetrasi pasar, integrasi kebelakang, dan menjalin kerjasama dengan pemerintah dan atau pihak lain.

- Menentukan strategi yang

akan diterapkan

- FGD dan matriks QSPM Tidak ada Belajar untuk lebih teliti

memasukkan setiap penilaian yang diberikan kelompok terhadap alternatif strategi yang diperoleh

Memberikan penilaian

secara lebih independen terhadap aetiap alternatif strategi yang diperoleh

Berdasarkan perhitungan pada matriks QSP, diketahui bahwa strategi pemasaran yang harus dilaksanakan oleh Kelompok Tani Hurip untuk tepung ubi jalar berturut-turut adalah strategi promosi yang intensif dan efisien, menjalin kerjasama dengan pemerintah dan atau pihak lain, integrasi ke belakang, dan perluasan pasar